Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekaten Tanpa Pasar Malam, Masih Ramai?

image-gnews
Wisatawan tengah mengabadikan para pemain karawitan di sela pembukaan pameran Sekaten di Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Wisatawan tengah mengabadikan para pemain karawitan di sela pembukaan pameran Sekaten di Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tradisi Sekaten pada awalnya memang tak dipadukan pasar malam. Inilah salah satu sebab yang membuat Sultan Hamengku Buwono X mengembalikan Sekaten ke bentuk aslinya. Selain itu, perayaan Pasar Malam membuat sampah bertumpuk dan merusak rerumputan Alun-alun Utara.  

Sekaten tanpa Pasar Malam mulai dibuka Jumat petang, 1 November 2019. Rencananya, Pasar Malam hanya dihelat dua tahun sekali bersamaan dengan Sekaten. Dalam pantauan TEMPO, tak ada lagi suasana riuh komidi putar atau bianglala, parkir yang menyemut hingga tengah jalan, kemacetan sepanjang jalan menuju area juga dentum musik dangdut bercampur lagu wahana permainan.

Di depan Bangsal Keraton hanya terdapat sebuah instalasi tulisan Sekaten. Empat bergada menyambut pengunjung di pintu masuk. Suasana Sekaten kali ini memang berganti lebih kalem -- jika tak bisa disebut sakral. Parkir kendaraan hanya tertata di seputaran kompleks Keraton, pengunjung tak terlalu berjejalan dan alunan gamelan dari Bangsal Keraton kental terasa.

Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta istri dan para putri juga menantunya, datang menghadiri pembukaan pameran Sekaten yang digelar di Keraton Yogyakarta itu.

Sri Sultan Hamengku Buwono X menyaksikan pameran benda-benda bersejarah peninggalan para raja Yogyakarta usai pembukaan Sekaten. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Sultan dan keluarga begitu datang langsung menuju Bangsal Pagelaran Keraton untuk menyaksikan penampilan tari spesial Beksan Guntur Segara, sebelum membuka resmi pameran.

Beksan Guntur Segara merupakan salah satu tari klasik Gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sumber cerita dalam tari ini adalah kisah Panji, yang menggambarkan peperangan antara Raden Guntur Segara melawan Raden Jayasusena. 

Legenda menyebutkan Raden Jayasusena menghadap Raja Jenggala dan memohon agar dirinya diakui sebagai putranya dari ibu Dewi Wandansari. Raja Jenggala belum mau mengakuinya sebagai putra, sebelum Raden Jayasusena dapat mengalahkan putra Raden Brajanata yang bernama Raden Guntur Segara.

Keduanya sama kuatnya dan tidak bisa saling mengalahkan, hingga akhirnya Raja Jenggala mengakui Raden Jayasusena sebagai putranya. Beksan Guntur Segara ini memiliki spirit keprajuritan yang tinggi dan mengajarkan untuk tidak mudah menyerah. Pada tarian ini, digunakan pula properti berupa gada dan tameng.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sambutan pembukaannya, Sultan mengatakan sejatinya Sekaten adalah wujud tradisi dinamika Jawa yang religius, yang diberi aksentuasi dan warna khas, "Artinya ciri religius Sekaten tetap dipertahankan, bahkan digali akar tradisinya," ujar Sultan.

Sultan mengatakan wadah dan isi Sekaten dalam tata ruang bentuk anjungan atraksi kegiatan ekspresi budaya, penyelenggaraannya diharapkan tampil dalam sosok yang selalu baru sebagai ekspresi peradaban yang transformatif.

Oleh sebab itu Sekaten diharapkan menjadi wahana dialog peradaban secara luas, yang merangsang inspirasi tumbuh mekarnya kreativitas masyarakat. "Sehingga bukanlah gebyarnya yang dituju. Melainkan harus memiliki kedalaman makna spiritual sarat bobot kultural dan punya dampak sosial yang luas," ujarnya.

Tari Beksan Guntur Segara merupakan salah satu tari klasik Gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berkisah tentang Panji, yang menggambarkan peperangan antara Raden Guntur Segara melawan Raden Jayasusena. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Dalam pembukaan itu, Sultan pun juga turut mengamati pameran berbagai hal yang mengusung tema Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman. Pameran yang berlangsung 1-9 November 2019 ini berlokasi di Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta.

Segala jenis koleksi yang dipamerkan dan pementasan yang digelar, berkaitan dengan tema tersebut. Pameran Sekaten, sejatinya merupakan bagian dari pelaksanaan rangkaian Hajad Dalem Garebeg Mulud.

Prosesi akan dimulai dengan Miyos Gangsa sebagai tanda dimulainya Sekaten pada tanggal 3 November, dilanjutkan Numplak Wajik pada 7 November, lalu Kondur Gangsa pada 9 November dan Garebeg Mulud pada 10 November.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

5 jam lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

Pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menyambangi Kota Yogyakarta selama 10 hari libur Lebaran, 5-15 April 2024 totalnya bekisar 277 ribu lebih wisatawan.


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

18 jam lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

1 hari lalu

Tersangka mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto saat mencoblos di TPS 901 di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. KPK berkerjasama dengan KPU Provinsi DKI  Jakarta memberikan fasilitas bagi 75 tahanan korupsi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

KPK kembali menetapkan bekas pejabat Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana pencucian uang atau TPPU.


Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

1 hari lalu

Bus jurusan Yogyakarta - Pati terbakar di Ring Road Barat Sleman Yogyakarta pada Kamis (18/4). Dok. Istimewa
Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

Temuan sementara kepolisian, komponen yang pertama kali terbakar dari bus itu diduga di bagian mesin.


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

1 hari lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

1 hari lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

1 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

2 hari lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

Okupansi rata-rata hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini meleset dari target 90 persen, hanya berkisar 80-an persen.