Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alpine Route, Musim Gugur Bermandi Salju

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

image-gnews
Murodo, sisi tertinggi perjalanan Alpine Route. Lokasi yang menjanjikan salju abadi. TEMPO/Dian Andryanto
Murodo, sisi tertinggi perjalanan Alpine Route. Lokasi yang menjanjikan salju abadi. TEMPO/Dian Andryanto
Iklan

TEMPO.CO, Kanazawa -  Alpine Route, destinasi wisata yang tengah populer di Jepang belakangan ini. Terutama menjelang akhir tahun pada musim gugur menjelang musim dingin, wisatawan ingin menikmati rinai salju di Pegunungan Tatoyama, tanpa harus ke pegunungan Alpen di Swiss.

Bus yang membawa kami dari Nagano perlu waktu hampir 2 jam untuk sampai di Ogizawa -- titik mula kami melakukan perjalanan hari ini. Waktu tempuh yang sama jika dilakukan dari Kota Kanazawa. 
 
Jalan menuju Ogizawa, setelah melewati jalan tol, kemudian meniti  perbukitan di jalanan berkelok-kelok. Ini bulan musim gugur, nyaris seluruh  dedaunan di hutan berubah warna merah dan kekuningan. Itu terhampar sepanjang jalan, menjadi pemandangan yang elok. 
 
Anissa, pemandu wisata sudah sejak dari Jakarta menekankan, sesi perjalanan Alpine Route bukan hanya menantang tapi akan membawa kenangan seumur hidup.  Ah, masa iya?
 
Sampai di Ogizawa, bus yang membawa kami  -- rombongan media nasional undangan PT Honda prospect Motor setelah melihat Tokto Motr Show --  dari Nagano tidak bisa melanjutkan pejalanan membawa kami lagi.
 
Ogizawa Station adalah pemberhentian terakhir segala macam kendaraan dengan bahan bakar minyak. Pemerintah Jepang sangat peduli terhadap lingkungan daerah Pegunungan Tatayama ini, sehingga melindungi dari segala polusi emisi kendaraan bermotor.
 
Tidak hanya bus, kendaraan pribadi pun tak diperkenankan melanjutkan perjalanan. Belum lagi memang medan bakal berat.
 
Bus-bus listrik di Stasiun Ogizawa untuk memulai perjalanan menuju Kurobe Dam. TEMPO/Dian Andryanto
 
Dari Ogizawa perjalanan dilanjutkan dengan bus listrik menuju Kurobe Dam sejauh sekitar 6 kilometer yang ditempuh 15 menit. Bendungan terbesar di Jepang yang dikelola perusahaan listrik negeri Matahari terbit. Di tempat ini bisa disaksikan bendungan raksasa yang membelah di antara gunung-gunung itu. 
 
Dalam perjalanan melewati pula Terowongan Kanden yang cukup panjang.
Di Kurode Dam, selain menyaksikan keindahan bendungan tersebut, juga dapat melihat hutan dan gunung yang mengitarinya. Musim Gugur membuat pemandangan kian indah, pegunungan yang biasanya hijau menjadi merah kekuning-kuningan.
 
Kemudian perjalanan menjadi lebih menegangkan kembali. Karena harus naik kereta listrik dengan kemiringan sekitar 45 derajat, yang akan membawa naik sekitar 800 meter dari Kurobeko. Jika melihat ke bawah, terowongan tampak jauh tertinggal di bawah bagai keluar dari liang yang dalam.
 
Kereta listrik “miring” ini menuju Kurobedaira. Setelah itu, seperti di film-film, ketegangan makin tinggi, karena harus naik kereta gantung dari Gunung Akazawa – ke tempat Kurode Dam dan Kurobedaira, ke gunung sebelahnya yaitu Tatayama tempat perhentian selanjutnya, Daikanbo.
 
Kereta gantung ini di atas ketinggian sekitar 8 meter dari permukaan tanah, terlihat bergantungan pada sling yang melintang antara dua gunung tersebut. Pemandangan begitu indah dari ketinggian, dingin makin mendekap, kabut mulai menutupi kemudian.
 
Bus listrik melintasi Terowongan Kanden yang cukup panjang di Kurode Dam. TEMPO/Dian Andryanto
 
Sesampainya di Daikanbo, di atas ketinggian 2.316 meter di atas permukaan laut, rinai salju sudah terlihat. Memutih. Salju berbentuk butiran kristal turun terus menerus, makin lebat. Dingin makin hebat. Untunglah, sebelumnya kami sudah diingatkan membawa jaket tebal, sarung tagan, penutup kepala, dan sepatu yang sebaiknya alasnya tidak datar, sehingga saat menapak di atas salju tak gampang tergelincir. 
 
“Gembiranya orang-orang tropis melihat salju,” kata kawan perjalanan. “Persis seperti anak-anak kecil kegirangan,” ujar teman lainnya yang terus mengabadikan, salju turun membasahi kepala dan jaketnya.
 
Ketika tengah asyik bermain-main di sekitar Daikanbo,Ros, pemandu wisata lainnya mengingatkan jangan habiskan waktu di sini, karena masih ada keajabian lain yang akan dilihat, yaitu di Murodo, sisi tertinggi perjalanan Alpine Route ini.
 
Kemudian kami digiring ke bis troli, bertenaga listrik pula, menembus terowongan Tateyama sejauh 3,7 kilometer yang ditempuh sekitar 10 menit. 
Dan, ini keajaiban yang disebut itu. Murado, gunung bersalju di atas ketinggian 2.450 di atas permukaan laut, nendekati puncak Gunung Tateyama.
 
Menghambur kami ke luar, menyaksikan salju membuat putih sekitarnya, tak menggubris dingin hingga hari itu 0 derajat celcius, pas. Sejauh mata terlempar, putih saja yang ada. Tanah telah tertutup salju, gunung di kejauhan diselimuti salju pula. Inilah Murado itu. Cukup lama kami di area ini, “anak-abak tropis kegirangan memegang dan disiram salju”.
 
Setelah puas, dan diingatkan oleh pemandu wisata, kami melanjutkan perjalanan dengan bus listrik kembali. kendaraan yang disebut bus Hoghland Tateyama ini menempuh perjalanan sekitar 30 kilometer dengan waktu tempuh 15 menit. Dalam perjalanan beberapa persinggahan, kita bisa berhenti jika menginginkan, antara lain di Tengudaoira, Midagahara, dan Shomyom Fallas.
 
Bus Highland Tateyama berakhir di Bijodaira, di kaki Gunung Tateyama.  Kembali menggunakan kereta listrik “miring” menuruni gunung 1,3 kilometer selama 7 menit. Dan, berakhir di Tateyama Station. Kemudian bus yang menjemput sudah menunggu. Atau, bisa pula dilanjutkan berkereta ke Toyama Chiho ke penjuru Jepang.
 
Akses menuju tempat ini banyak. Selain dengan bus, dapat pula menggunakan kereta cepat Hokuriku Shinkansen. Transit  di Stasiun Toyoma untuk selanjutnya dengan  kereta ke  Stasiun Tateyama. Alpine Route ini bisa dimulai dari Ogizawa maupun dari Tateyama.
 
TEMPO bersama rombongan wartawan berwisata ke Alpine Route di sela-sela Tokyo Motor Show. TEMPO/Dian Andryanto
 
Inilah rute destinasi wisata yang sangat menarik di Jepang. Tak tanggung-tanggung, menggunakan enam alat tarnsportsi yang berbeda-beda untuk bisa menjelajahinya. Tiket dijual sebagai individu maupun grup, dapat sekali perjalanan atau round trip.
 
Jika dari Ogizawa Stationhingga Tateyama Station, untuk dewasa sekitar 8.430 Yen (dengan kurs Rp130 jadi sekitar Rp1 juta lebih per orang) dan  anak-anak 4.230 Yen  (Rp549.000 per orang). Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8 jam.
 
Alpine Route memang bukan main. Terbayar seluruh lelah dalam perjalanan ini, menyaksikan musim gugur yang mewarnai alam bagai lukisan dan menjamah salju secara langsung, bukan hanya dari buku dongeng semata. Seumur hidup memang akan menjadi kenangan.   S. DIAN ANDRYANTO (KANAZAWA)
 
 
 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

21 jam lalu

Ilustrasi video viral. shutterstock.com
Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

Kemenparekraf angkat bicara soal video viral perusakan pohon sakura oleh WNI.


Turis Thailand Dikritik karena Tulis Nama dan Ungkapan Cinta di Jembatan Jepang

2 hari lalu

Jalan Nakamise menuju kuil Senso-ji di distrik Asakusa, tempat wisata populer, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang, 24 Desember 2021. REUTERS/Issei Kato
Turis Thailand Dikritik karena Tulis Nama dan Ungkapan Cinta di Jembatan Jepang

Perilaku pasangan tersebut yang merusak properti publik di Jepang dianggap mencemarkan nama baik Thailand.


Viral Diduga Turis Indonesia Rusak Pohon Sakura di Jepang, Ketahui Etika Menikmati Hanami

2 hari lalu

Pengunjung menikmati keindahan bunga sakura yang bermekaran di tengah pandemi COVID-19 di Taman Ueno di Tokyo, Jepang 30 Maret 2022. REUTERS/Issei Kato
Viral Diduga Turis Indonesia Rusak Pohon Sakura di Jepang, Ketahui Etika Menikmati Hanami

Jika ingin melihat sakura mekar di Jepang dan menikmati keindahannya, silakan melakukannya secara bertanggung jawab dan ikuti aturannya.


Video Viral WNI di Jepang Minta Bantuan Dana untuk Operasi

7 hari lalu

Kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jln. Pejambon, Jakarta. Sumber: Suci Sekar/Tempo
Video Viral WNI di Jepang Minta Bantuan Dana untuk Operasi

Kementerian Luar Negeri RI memastikan telah menangani kasus video viral WNI di Jepang yang meminta bantuan untuk biaya operasi.


Bandara Soekarno-Hatta Sekarang Punya Bus Listrik Ramah Lingkungan

8 hari lalu

Bus listrik VKTR-BYD yang beroperasi di jalur non-BRT Transjakarta. Dok. PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk
Bandara Soekarno-Hatta Sekarang Punya Bus Listrik Ramah Lingkungan

PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) bersama PT Gapura Angkasa meluncurkan bus listrik ramah lingkungan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.


Toilet Umum di Tokyo jadi Atraksi Wisata, Turis Rela Bayar Rp519 ribu untuk Ikut Tur

10 hari lalu

Seorang peserta melihat-lihat toilet umum yang didesain ulang sebagai bagian dari proyek untuk mengubah toilet umum menjadi toilet yang dapat digunakan dengan nyaman oleh semua orang, selama Tur Antar-Jemput Toilet Tokyo, di kawasan Shibuya, di Tokyo, Jepang 4 April 2024. REUTERS /Kim Kyung-Hoon
Toilet Umum di Tokyo jadi Atraksi Wisata, Turis Rela Bayar Rp519 ribu untuk Ikut Tur

Satu perjalanan, peserta akan diajak mengunjungi delapan atau sembilan toilet umum di Tokyo dengan menggunakan mobil.


Menilik Jembatan Gantung Akashi Kaikyo di Jepang yang Beroperasi Sejak 26 Tahun Silam

10 hari lalu

Akashi Kaikyo Bridge mempunyai Ketinggian 298,3M, berada di atas Selat Akashi dan menghubungkan kota Kobe di Pulau Honshu sampai Iwaya di Pulau Awaji. Jembatan ini adalah jembatan terpanjang di dunia kategori jembatan gantung, dengan rentang pusat 1.991 meter. panoramio.com
Menilik Jembatan Gantung Akashi Kaikyo di Jepang yang Beroperasi Sejak 26 Tahun Silam

Genap berusia 26 tahun, inilah fakta-fakta jembatan gantung cantik Akashi Kaikyo di Jepang, termasuk tahan gempa bumi hingga 8,5 SR.


AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

12 hari lalu

Kapal militer Tiongkok beroperasi di Whitsun Reef di Laut Cina Selatan, 2 Desember 2023. Penjaga Pantai Filipina/Handout via REUTERS.
AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

Pembahasan di KTT trilateral antara Amerika Serikat, Filipina dan Jepang pekan depan akan mencakup Laut Cina Selatan.


Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

13 hari lalu

Petugas Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya menunjukkan sampah impor terpapar limbah asal Australia di Terminal Petikemas Surabaya, 9 Juli 2019. Sampah plastik itu tercampur ke dalam sampah kertas (waste paper) yang diimpor dari negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Prancis, Jerman dan Hong Kong oleh sejumlah pabrik kertas untuk bahan baku kertas baru. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Jepang dinilai menjadi negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman.


Ini yang Dibahas Prabowo Subianto saat Temui Perdana Menteri Fumio Kishida di Jepang

13 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto (kiri) bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kanan) di kantor Perdana Menteri Jepang di Tokyo, Jepang, pada 3 April 2024. (ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI)
Ini yang Dibahas Prabowo Subianto saat Temui Perdana Menteri Fumio Kishida di Jepang

Fumio Kishida menerima kunjungan Menteri Pertahanan RI yang juga calon presiden RI terpilih Prabowo Subianto di Jepang.