TEMPO.CO, Jakarta - Menyelaraskan wisata dan konservasi memang sulit. Wilayah taman nasional biasanya memiliki lanskap atau biota yang unik. Nah, bila wisatawan membanjir tentu bisa merusak ekosistem sebagai syarat biota itu terus hidup. Inilah tantangan yang dihadapi Pulau Komodo: antara ekonomi dan konservasi.
Namun, akhirnya Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan mengambil jalan tengah: Pulau Komodo tak jadi ditutup pada 2020, namun aturan sangat ketat diterapkan. Pasalnya, masyarakat terlanjur menggantungkan hidupnya kepada pariwisata. Lalu apa syaratnya? Mengutip situs travelingyuk.com, tiket masuk Pulau Komodo bakal meningkat luar biasa.
Bila tiket masuk dulunya hanya Rp50.000 dan wisatawan asing Rp150.000, dengan aturan baru, wisatawan bakal dikenai jutaan rupiah dengan skema khusus, “Hal ini untuk membatasi wisatawan yang masuk ke Pulau Komodo,” ujar Luhut. Tiket yang disebut sebagai tiket kapasitas kunjungan itu, menggunakan sistem keanggotaan tahunan.
Kartu tersebut akan dibagi menjadi premium dan non premium. Untuk pemilik membership premium, akan diarahkan langsung ke Pulau Komodo. Sementara membership non premium diarahkan ke Pulau Rinca, yang habitat komodonya lebih sedikit dan kecil. Untuk membership non premium, pemerintah belum menetapkan besarannya.
Biaya tiket yang melambung itu, dibarengi dengan pembangunan fasilitas baru, seperti Pusat Riset Komodo dan juga penataan kapal cruise ke Pulau Komodo dan Labuan Bajo. Menariknya lagi, semua sarana dan prasarana yang akan dibangun berstandar internasional.
Wisatawan mancanegara mengambil gambar kawanan Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur, 3 Mei 2017. Nama komodo meluas setelah tahun 1912, ketika Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan jurnal tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil itu. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Kabar Pulau Komodo batal ditutup membuat lega masyarakat Labuan Bajo. Kehidupan mereka dalam satu dekade terakhir sangat bergantung kepada wisatawan, dengan bekerja sebagai agen travel, membuka usaha sewa alat selam, toko oleh-oleh, pramuwisata, dan perhotelan. Nah bila ditutup, tentu berdampak besar bagi wilayah yang terpencil itu. Solusinya, Pulau Komodo tak djual murah.