TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas berwisata terus berkembang dengan berbagai macam tren, salah satunya open trip. Mengutip Pegipegi.com, tren open trip ini mulai berkembang pada 2000-an.
Tren berwisata open trip ini dianggap sebagai cara yang paling mudah untuk bepergian. Alasannya, karena sudah ada tarif yang ditentukan saat awal sebelum bepergian. Dengan begitu, pelancong tidak lagi perlu repot merencanakan transportasi dan akomodasi saat pelesiran.
Ke mana mencari pelesiran paket open trip? Wisata open trip mudah ditemukan secara daring atau media sosial. Bahkan wisatawan bisa memperoleh ulasan terkait open trip, mulai dari aktivitas, destinasi, harga, dan rangkaian agendanya. Namun, reputasi agen perjalanan harus menjadi perhatian utama. Pasalnya, butuh pengalaman agar wisatawan mendapatkan fasilitas untuk transportasi dan akomodasi yang nyaman.
Bepergian secara open trip berarti pelancong tidak bepergian sendiri, dengan tujuan wisata yang sama. Namun bila merasa kurang nyaman dengan jumlah orang yang terlalu banyak, bisa memperhatikan kuota dari agen penyedia. Melancong secara open trip bisa sampai 20 orang per satu kali perjalanan.
Open trip umumnya menggunakan sistem kuota, sehingga tarif perjalanan bisa lebih murah. Hal inilah yang membedakan dengan perjalanan (trip) biasa, semisal salah satu contohnya adalah solo traveling.
Melakukan "solo traveling" dengan aman dan nyaman.
Lalu, apa bedangan dengan solo traveling? Mengutip tiket.com, bila solo traveling seluruh perjalanan ditentukan sendiri. Dengan begitu lebih teliti dalam mengambil keputusan saat perjalanan. Selain itu, dengan solo traveling, wisatawan bisa menikmati pengalaman pribadi dan membiasakan diri untuk lebih dekat dengan lingkungan yang dikunjungi.
Kelebihan lainnya, dengan solo traveling bisa bebas pula mengutak-atik rencana saat perjalanan berlangsung, misalnya ke mana memilih tempat makan, transportasi, dan akomodasi. Pun begitu dalam mengatur jadwal dan agenda melancong.