Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Heritage dari Abad 19 di Balik Mal dan Hotel Ambarrukmo

image-gnews
Bangunan asri Gandhok Tengen yang masih terjaga di dalam kawasan megah Hotel Ambarrukmo. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Bangunan asri Gandhok Tengen yang masih terjaga di dalam kawasan megah Hotel Ambarrukmo. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pelancong yang menyambangi Yogyakarta tentu tak asing dengan sebuah kawasan destinasi wisata dan bisnis terintegrasi, Ambbarrukmo.

Di kawasan itu, berdiri Plaza Ambarrukmo mal termegah di Yogyakarta atau kerap dikenal warga dengan sebutan Amplaz. Sedang di sisi timurnya tegak berdiri hotel bintang lima nan bersejarah yakni Royal Ambarrukmo Hotel atau biasa disebut Hotel Ambarrukmo.

Ambarrukmo menjadi ikon hotel termegah berstandar internasional pertama di Yogyakarta yang berdiri sejak 1966 silam atau pada era Presiden Soekarno. Namun, sebelum hotel yang satu sisinya menghadap keindahan Gunung Merapi itu ada, di kawasan itu sudah terdapat bangunan bersejarah. Bangunan itu berada di dalam kawasan Hotel Ambarrukmo.

Bangunan bersejarah di balik kemegahan hotel dan plaza Ambarrukmo itu tak lain bangunan Bale Kambang dan Gandhok Tengen. Dua bangunan itu  dibangun sejak tahun 1857 atau saat Keraton Yogyakarta masih diperintah Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877).

“Kawasan Gandhok Tengen dan Bale Kambang ini merupakan situs abad 18 yang di masa lalu dimanfaatkan sebagai tempat jamuan raja,” ujar Chairul Anwar Marketing Communication Manager Royal Ambarrukmo, yang ditemui pada Sabtu 28 September 2019 lalu.

Bangunan Bale Kambang terbilang unik, mirip bungalow, namun memiliki tajug (atap) berbentuk segi delapan yang berdiri kokoh di tengah kolam dengan air nan jernih. Bangunan tingkat dua ini terinspirasi dari istana air Taman Sari Keraton Yogyakarta yang dibangun abad 17.

Lantai atas Bale Kambang difungsikan sebagai meditasi sang raja, sedangkan kolamnya difungsikan sebagai tempat rekreasi para istri, putri dan anggota keluarga raja.

Kolam Bale Kambang ini di masa silam berasal dari Sungai Tambak Bayan dan disaring terlebih dahulu dengan cara alami sebelum dimasukkan ke dasar kolam.

Bangunan Bale Kambang ini ikonik di tengah megahnya Hotel Ambarrukmo karena juga diselaraskan di atas pilar-pilar. Atapnya berbentuk kerucut segi delapan dengan mustika di pucuknya. Bangunan ini merupakan asimilasi gaya kolonial Belanda dan arsitektural Jawa. Pembangunannya untuk menghormati pemerintah Belanda namun tetap memegang kehormatan bangsawan Jawa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Gandhok Tengen merupakan paviliun panjang yang membentang dari utara ke selatan, yang juga masih berada di kawasan yang diapit antara mal dan hotel Ambarrukmo itu.

Sebenarnya pada masa awal, atau sebelum tahun 1960, terdapat dua gandhok di kawasan ini yakni Gandhok Tengen (paviliun timur) dan Gandhok Kiwo (paviliun barat). Dalam tradisi Jawa, Gandhok Kiwa atau biasa disebut Kastriyan berfungsi sebagai rumah para kstaria dan pangeran, tempat putra raja atau tamu laki-laki kerajaan. Sedang Gandhok Tengen atau Keputren didedikasikan untuk para puteri raja dan tamu perempuan kerajaan.

Bangunan Bale Kambang nan bersejarah, yang masih terjaga di dalam kawasan megah Hotel Ambarrukmo. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Namun kemudian, tahun 1960–an area bangunan Gandhok Kiwo ini ditiadakan untuk tempat berdirinya Hotel Ambarrukmo. Sedangkan Gandhok Tengen tetap dipertahankan dan dirawat hingga saat ini, sebagai situs warisan Keraton.

Namun kini bangunan itu berfungsi sebagai Nurkadhatyan The Ritual Spa atau rumah dari keaslian tradisi ritual kecantikan keraton khas Jawa. Nurkadhatyan The Ritual Spa, dikelola langsung kelima puteri Raja Keraton Yogyakarta saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Chairul Anwar menuturkan Ambarrukmo, sejak 2011 lalu kian membuka diri menjadi wadah bagi berbagai komunitas kreatif, budaya, seni hingga otomotif yang menghelat acaranya di Yogyakarta, “Kami berkomitmen menjaga dan merawat berbagai kegiatan komunitas agar tetap ingat dengan akarnya saat berada di Yogyakarta,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

10 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

21 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

42 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

43 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

57 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Serah terima uborampe atau sesaji mengawali Tradisi Labuhan Merapi di Kecamatan Cangkringan Sleman Minggu (11/2). Dok. Istimewa
Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Putra capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo, Alam Ganjar menyambangi Keraton Yogyakarta Selasa 6 Februari 2024. TEMPO| Pribadi Wicaksono.
Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.