TEMPO.CO, Malang - Sejak awal September, usai pendakian dibatasi karena aktivitas vulkanik, para petualang harus bersabar lebih panjang. Pasalnya, Gunung Semeru mengalami kebakaran.
Kebakaran di Gunung Semeru meluas, selama 10 hari api melahap kawasan seluas 60 hektare. Kawasan yang terbakar meliputi blok pusung gendero, ungup-ungup dan batu tulis. Sekitar 30 personil petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), polisi, BPBD Lumajang dan relawan Saver dan Gimbal Alas bergotong royong memadamkan api.
Api membakar padang sabana, dan vegetasi antara lain pohon genggeng, petai cina, pakis, akasia, dan cemara. Lokasi kebakaran yang berada di area perbukitan dan medan curam, menghambat petugas yang hendak memadamkan api. Selain itu, angin kencang juga mendorong kebakaran terus meluas.
"Sumber air dari Ranu Kumbolo sekitar empat kilometer dari lokasi kebakaran hutan," kata Kepala Resor Ranupani, BBTNTS, Agung Siswoyo melalui sambungan telepon, Kamis 26 September 2019.
Kebakaran diperkirakan terus meluas, lantaran ada empat titik api yang belum mati. Petugas kesulitan mengendalikan empat titik api karena medan berat dan jalan curam. Pemadaman api menggunakan jetshoter, ranting pohon dan membuat sekat bakar, "Keselamatan dan keamanan personil diutamakan," katanya.
Sedangkan jalur pendakian aman dan steril dari aktivitas pendaki. Tujuannya untuk keselamatan pendaki, mencegah jatuh korban jiwa. Kebakaran terjadi sejak 17 September 2019. Titik api pertama kali terlihat di kawasan Kalimati, dan Watu Pecah. Kebakaran merembet, turun sampai ke kawasan Ranu Kumbolo. EKO WIDIANTO