TEMPO.CO, Jakarta - Selama 70 tahun terakhir, Cina telah berubah. Melalui proses panjang, negeri itu kini menjadi salah satu negara modern dan adidaya.
Saat Mao Zedong memproklamirkan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, sejarah masa lalu Cina kerap terancam sesuai suasana hati Mao. Korbannya, tentu situs-situs bersejarah seperti makam Dingling, kompleks pemakaman para kaisar Dinasti Ming.
Dibangun pada abad ke-15, Necropolis -- kompleks makam dalam kota tua -- Dinasti Ming merupakan salah satu kuburan terbesar di dunia. Lokasinya kian eksotik karena berada di kaki Gunung Tianshou. Pemilihan lokasinya bukan hanya karena faktor keindahan alam, namun juga menuruti "kebaikan" feng shui-nya.
Necropolis itu menampung semua jenazah Kaisar Ming sampai akhir dinasti tersebut pada tahun 1644. Namun, keindahan sesungguhnya bukan pada makam, namun tersembunyi di bawah makam yang mewah.
Pada tahun 1956, mengutip Atlas Obscura sekelompok arkeolog mengusulkan penggalian ilmiah makam Dingling sebagai persiapan untuk mengungkap rahasia Makam Ming terbesar, Changling.
Pasalnya, makam Dingling hanya memberi gambatan singkat mengenai Changling. Lalu makam Dingling digali untuk dieksplorasi mengungkap harta dan sejarah makam. Tim arkeologi juga mendirikan museum di situs makam Dingling. Koleksinya berupa temuan tim arkeolog, semisal mahkota Ming, perhiasan dan kerangka Kaisar Wanli dan permaisuri. Museum dan situs itu, meskipun sulit dipertahankan, digunakan untuk menghormati Dinasti Ming.
Namun hanya satu dekade kemudian, Revolusi Kebudayaan dicanangkan Mao, yang mengubah nasib kompleks makam raksasa itu. Sekelompok Pengawal Merah, dengan wewenang penuh dari negara, mengunjungi makam-makam itu dan memulai penggerebekan yang mengerikan di Dingling.
Mumi dari Dinasti Ming (Daily Mail)
Mereka menghancurkan artefak Ming yang tak ternilai dan mengeluarkan kerangka Kaisar Wanli dan Ratu. Alasannya, situs beserta museum serta segala isinya merupakan simbol borjuasi. Mereka membakar kerangka Kaisar Wanli dan permaisurinya. Selain itu, harta benda museum juga dijarah.
Namun, pemerintah Cina kini berubah. Arti penting sejarah dan keperluan untuk wisata sejarah, membuat pemerintah Cina mengadopsi kebijakan baru. Mereka merestorasi makam dan museum serta mengembalikan harta benda Dinasti Ming sebisa mungkin.