TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini dan tak mau jauh jauh dari kawasan Malioboro, ada dua agenda seni yang layak disambangi.
Agenda seni yang gratis dan terbuka untuk umum itu, lokasinya berdekatan. Hanya beberapa langkah kaki dan dalam satu kawasan Alun-alun Utara. Yang bisa ditempuh dengan naik andong, becak, atau jalan kaki dari Malioboro.
Agenda pertama, pameran fotografi bertajuk 'Momentum' yang digelar kelompok fotografer senior, Abad Fotografi yang berlangsung 12-30 September di Jogja Gallery. Kedua, Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) yang digelar di Museum Sonobudoyo Yogyakarta pada 14-17 September 2019.
Pada pameran fotografi yang digelar kelompok Abad Fotografi itu, tak kurang 14 perupa fotografer senior memamerkan sejumlah masterpiece-nya. Perupa foto yang terlibat seperti Oscar Motuloh, Risman Marah, Irwandi, Edial Rusli, Ngesti Liman, Ismar Partizki, Yusuke Mimasu, Jiri Kudran, Chusin Setiadikara, Hermandari Kartowisastro, Anton Ismail, Suherry Arno, Kun Tanubrata dan Sjaiful Boen.
Untuk memamerkan karya fotografer senior itu, ruang pameran ditata secara unik. Ruang besar Jogja Gallery itu seolah diiris-iris menjadi balasan ruang privat atau kamar tersekat. Sehingga tiap fotografer memiliki ruang masing-masing memamerkan karya-karyanya sendiri tanpa bercampur karya fotografer lain.
“Para perupa foto dalam pameran ini berusaha mendekonstruksi ulang makna fotografi agar kembali ke makna seni yang sebenarnya, yang tak melulu komersil," ujar Jim Supangkat, kurator pameran Kamis 12 September 2019.
Sejumlah karya senior fotografer pada pameran itu benar benar menggoda mata yang mencermatinya. Fotografi tak sekadar jadi ajang memajang foto, tapi lebih mirip pameran lukisan.
Seperti Edial Rusli, yang merespon situasi Yogyakarta lewat karya foto yang fokus memotret bagaimana wajah Malioboro tatakala dikonstruksi lewat imaji masa lalu dan sekarang. Konstruksi itu dibangun Edial secara parodi yang menyandingkan kehidupan di Malioboro dari pelaku urban, cagar budaya dan pemangku kebijakan.
Asyiknya, doktor bidang fotografi yang mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu mengkolase berbagai hiruk-pikuk Malioboro, dengan warna-warna kontras yang membuat penikmatnya seolah ikut riuh dalam karyanya.
Adapun fotografer kawakan yang juga Pengajar Program Pascasarjana ISI Yogyakarta Risman Marah juga menampilkan karya tak kalah dahsyat. Perintis Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogya itu, memamerkan ribuan image kontak print atau foto sebesar bungkus korek api hasil rekamannya selama puluhan tahun.
Image itu ditempel pada sebuah kubah box di mana di dalam kubah itu disematkan kamera tersembunyi untuk merekam setiap pengunjung yang tengah melihat foto yang dipajang. Lucunya, foto-foto pengunjung itu kemudian dicetak lalu ditempel dikubah box baru untuk materi pameran hari berikutnya.
Adapun Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) di Museum Sonobudoyo yang digagas Studio Grafis Minggiran, dengan Dinas Kebudayaan DIY tak kalah serunya dikunjungi.
Sebab dalam pameran ini turut ditampilkan karya bersejarah cukilan linoleum karya Baharudin Marasutan dan Mochtar Apin tahun 1946, yang menandai lahirnya seni grafis tanah air.
Karya foto Risman Marah yang dipamerkan dalam Pameran Abad Fotografi bertajuk Momentum di Jogja Gallery 12-30 September 2019. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Kurator PSGY 2019, Bambang Witjaksono mengatakan gelaran PSGY tahun ini akan fokus memamerkan karya-karya seni grafis dengan teknik relief print, sebutan untuk teknik cetak dalam seni grafis termasuk di dalamnya teknik cukil kayu.
PRIBADI WICAKSONO