Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arkeologi Lore Lindu yang Melimpah, Diusulkan Jadi Warisan Dunia

image-gnews
Arca Tadulako setinggi 2.20 meter di Situs Tadulako, Desa Doda, Kecamatan Lore Tengah, Poso, Sulteng. TEMPO/Abdi Purnomo
Arca Tadulako setinggi 2.20 meter di Situs Tadulako, Desa Doda, Kecamatan Lore Tengah, Poso, Sulteng. TEMPO/Abdi Purnomo
Iklan

TEMPO.CO, Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo sedang menyiapkan naskah pengajuan wilayah cagar budaya di Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai Warisan Dunia kepada Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Ketua Unit Pelindungan BPCB Gorontalo Romi Hidayat mengatakan, naskah tersebut ditargetkan rampung untuk kemudian diserahkan ke UNESCO pada 2020. Wilayah kerja BPCB Gorontalo mencakup Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, dan Provinsi Gorontalo.

Wilayah cagar budaya yang diusulkan itu, berintikan empat kawasan megalitik yang dinamakan Kawasan Megalitik Lore Lindu (KMLL). Tiga kawasan masing-masing berupa lembah (Bada, Behoa, dan Napu) di Kabupaten Poso, ditambah satu kawasan gabungan Lembah Palu dan Danau Lindu di Kabupaten Sigi. Gabungan tiga lembah di Poso itu, biasa disebut sebagai Lembah Lore Lindu.

Sejauh ini, kata Romi, BPCB terus mendorong kedua pemerintah daerah setempat, untuk membuat regulasi penetapan KMLL sebagai kawasan cagar budaya. Penetapan cagar budaya dilakukan dengan merujuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Penetapan oleh pemerintah daerah akan memunculkan program kerja yang integratif dan berkelanjutan.

Selain itu, “Tanpa regulasi penetapan KMLL, maka nanti susah memperjuangkannya ke UNESCO karena penetapan itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Pemerintah daerah Poso dan Sigi bergerak ke arah yang kami harapkan,” kata Romi kepada Tempo, Senin, 9 September 2019.

Menurut Romi, Indonesia mempunyai modal besar untuk memperjuangkan KMLL ke UNESCO sebagaimana terangkum dalam Kajian Delineasi Kawasan Megalitik Lore Lindu, September 2018. Modal besar itu berupa kekayaan tinggalan arkeologi yang variatif.

Delineasi berarti pemetaan kawasan yang bertujuan untuk menentukan garis batas ruang KMLL, sebagai dasar pembentukan ruang pelestarian yang meliputi ruang pelindung, pengembang, dan pemanfaatan.

Kajian delineasi merupakan hasil serangkaian kegiatan delineasi sepanjang Juli-September 2018. Kegiatan delienasi merupakan rekomendasi tindak lanjut dari diskusi terpumpun atau focus group discussion 23 September 2017 di Gorontalo, yang kemudian dimantapkan dengan penyusunan Pedoman Delineasi Kawasan Megalitik Lore Lindu pada 30 Oktober 2017 di Gorontalo pula.

Ia menjelaskan, luas wilayah cagar budaya megalitik Sulawesi Tengah hampir seluas wilayah ibu kota baru Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur. Luasnya 156.126 hektare dengan KMLL seluas 692 hektare. Sedangkan luas lahan ibu kota baru Indonesia 180 ribu hektare dengan kawasan induk 40 ribu hektare.

Secara geografis, wilayah cagar budaya itu berada di wilayah morfologi Pegunungan Telawi, yang memanjang dari Sulawesi Tengah hingga perbatasan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil kajian delineasi diketahui, di dalam KMLL terdapat 118 situs atau lokasi yang berisi 2.007 tinggalan arkeologi di KMLL yang bervariasi lebih dari 20 jenis. Tinggalan arkeologis yang ditemukan didominasi oleh tinggalan arkeologi Zaman Megalitikum atau zaman prasejarah alias zaman pra-abad Masehi.

Jenis arkeologi itu, antara lain, kalamba/tong batu atau stone-vats, dolmen (meja batu datar), menhir (batu tegak), dakon, lumpang, batu berlubang, tempayan kubur batu, peti kubur, batu berlubang, altar batu, dan jalan batu.

Rinciannya begini. Di Lembah Bada berhasil diidentifikasi 186 tinggalan arkeologi yang tersebar di 35 situs, yang tersebar di atas lahan seluas sekitar 51 hektare. Wadah kalamba merupakan tinggalan arkeologi yang paling banyak ditemukan (64 buah), baik dalam kondisi utuh dan terbuka, maupun utuh tanpa tutup—dalam bahasa suku Lore, tutup kalamba disebut tutuna.

Selain wadah kalamba, tinggalan arkeologi lain yang terbanyak ditemukan di Bada ialah lumpang batu (40 buah), bakal wadah kalamba (21 buah), arca megalit (18 buah), dan batu berlubang (15 buah). Sedangkan tiap jenis tinggalan arkeologi lainnya ditemukan dalam jumlah bervariasi kurang dari 15 buah.

Di Lembah Bada terdapat patung batu terbesar di KMLL, yaitu Patung Palindo. Patung setinggi hampir 4 meter ini, persisnya berada di Padang Sepe, Desa Bewa, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso.

Selain tinggalan-tinggalan arkeologi itu, di Lembah Bada ditemukan juga sebaran fragmen gerabah motif terakota, dalam jumlah banyak di sejumlah lokasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, Lembah Behoa jadi lokasi temuan arkeologi terbanyak. Di lembah ini ditemukan 825 tinggalan arkeologi yang tersebar di 32 situs pada lahan seluas 477 hektare. Umpak batu merupakan tinggalan arkeologi terbanyak ditemukan (247 buah), disusul wadah kalamba (117 buah), batu berlubang (85 buah), lumpang batu (64 buah), dolmen (44 buah), bakal wadah kalamba (37 buah), dan tutup kalamba atau tutuna sebanyak 29 buah.

Sedangkan jenis arkeologi lainnya ditemukan dalam jumlah bervariasi kurang dari 25 buah untuk tiap jenis temuan. Di Lembah Behoa juga ditemukan sebaran fragmen gerabah dalam jumlah banyak di beberapa lokasi.

Selain fragmen gerabah, di Lembah Behoa terdapat rumah tambi dan buho yang masing-masing merupakan rumah adat dan lumbung padi kepunyaan suku Lore, suku asli yang mendiami Lembah Lore Lindu.

Satu hal menarik lagi, di Lembah Behoa pula ditemukan tulang-tulang tubuh manusia dalam kalamba, yang diperkirakan berkurun waktu 2351-1416 Sebelum Masehi dan kemungkinan punah dalam kurun antara 1452 sampai 1527 Masehi. Tulang rangka manusia ini persisnya ditemukan di Situs Wineki, Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah.

“Temuan tulang rangka manusia di Situs Wineki mengindikasikan bahwa KMLL merupakan kawasan megalitik tertua di Indonesia,” ujar Romi, arkeolog lulusan Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Selanjutnya, kata Romi, di Lembah Napu ditemukan 725 tinggalan arkeologi yang tersebar di 29 situs di atas lahan sekitar 135 hektare. Secara berurutan, tinggalan arkeologi terbanyak berupa batu monolit sebanyak 244 buah, 235 umpak batu, 68 batu datar/dolmen, 41 batu berlubang, 36 lumpang batu, 31 dulang, 29 menhir, dan 21 arca.

Jenis tinggalan arkeologi lainnya ditemukan dalam jumlah bervariasi kurang dari 20 buah untuk tiap jenis temuan, serta ditambah dengan sebaran fragmen gerabah yang ditemukan dalam jumlah banyak di beberapa lokasi.

Sedangkan di Lembah Palu dan Danau Lindu yang jadi satu kawasan seluas 30 hektare, ditemukan 244 buah tinggalan arkeologi yang tersebar di 21 situs. Lumpang batu merupakan tinggalan arkeologi yang terbanyak ditemukan (146 buah), disusul umpak batu 56 buah, dolmen 20 buah.

Tinggalan arkeologi lainnya ditemukan dalam jumlah bervariasi kurang dari 10 buah untuk tiap jenis temuan. Sama dengan di Bada, Behoa, dan Napu, di kawasan Lembah Palu dan Danau Lindu, juga ditemukan sebaran fragmen gerabah bermotif terakota.

Menurut Romi, temuan sebaran fragmen gerabah di empat kawasan mengindikasikan adanya ruang aktivitas permukiman kuno di Lore Lindu, sekaligus menunjukkan kesinambungan aktivitas manusia dari zaman prasejarah ke zaman yang lebih muda.

“Kita sampai sekarang masih mewarisi tradisi megalitik seperti menggunakan umpak batu untuk bangun rumah atau pakai cobek batu, untuk mengulek sambal,” kata Romi.

Populasi arkeologis sebanyak 2.007 buah yang jenisnya variatif semakin memperkuat nilai penting KMLL sebagai cagar budaya. Berdasarkan analisis tipologi pada masing-masing tinggalan arkeologi, secara umum karakteristik situs di KMLL dapat dibagi jadi tiga kategori, yaitu situs profan, situs sakral, serta perpaduan profan dan sakral.

Dolmen atau batu besar di Situs Pokekea, Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Poso, Sulteng. TEMPO/Abdi Purnomo

Adapun secara spesifik, tinggalan arkeologi di KMLL mengindikasikan adanya situs permukiman, situs penguburan, situs pemujaan, dan situs perbengkelan. Romi menekankan, seluruh tinggalan arkeologi di KMLL menjadi kekayaan cagar budaya yang sangat langka, yang tak mudah ditemukan di belahan dunia lain.

Kekayaan itu sekaligus menjelaskan era kuno sejarah budaya dan kebudayaan di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya, serta pembentukan sejarah manusia Indonesia maupun sejarah dunia umumnya. Sehingga Kawasan Megalitik Lore Lindu harus dilindungi dan dilestarikan hingga ke jenjang pelindungan tertinggi melalui UNESCO. ABDI PURMONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

14 jam lalu

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

Ada sejumlah hati penting tentang buku dan literasi. Di tingkat internasional, ada hari buku sedunia setiap 23 April


11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

1 hari lalu

Orang-orang berjalan di Lapangan Naqsh-e Jahan, setelah laporan serangan Israel ke Iran, di Provinsi Isfahan, Iran 19 April 2024. Rasoul Shojaie/IRNA/WANA
11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.


5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

1 hari lalu

Embung Cangkring menjadi salah satu destinasi wisata di Geopark Karangsambung-Karangbolong. Foto: @geoparkkarangsambung
5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

Geopark Kebumen diajukan untuk mendapat pengakuan dari UNESCO Global Geopark. Ini 5 keunikannya.


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

4 hari lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


18 Geopark di Cina dan Eropa Ditetapkan Sebagai UNESCO Global Geopark Baru

12 hari lalu

Geopark Meteora, Yunani. Unsplash.com/Jason Blackeye
18 Geopark di Cina dan Eropa Ditetapkan Sebagai UNESCO Global Geopark Baru

Geopark apa saja yang termasuk dalam 18 geopark yang ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark baru


Penetapan dan Kriteria UNESCO Global Geopark

12 hari lalu

Panorama kawah di Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Penetapan dan Kriteria UNESCO Global Geopark

UNESCO Global Geopark merupakan kawasan geografis yang memiliki signifikansi geologi internasional


Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

15 hari lalu

Pink Beach di Flores, NTT. shutterstock.com
Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

Mengenal destinasi wisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, NTT. Berikut 5 rekomendasinya, antara lain Pink Beach dan Pulau Padar.


Traveling ke Eropa Tak Melulu Prancis dan Italia, Ada Armenia yang Menarik Dikunjungi

22 hari lalu

Yerevan, Armenia. Unsplash.com/Alexander Popovkin
Traveling ke Eropa Tak Melulu Prancis dan Italia, Ada Armenia yang Menarik Dikunjungi

Beberapa blogger perjalanan yang mengunjungi Armenia mengaku selalu ingin kembali mengunjungi negara tersebut


Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

31 hari lalu

Senja di desa adat Waerebo, 28 April 2017. Desa adat Waerebo terletak di atas ketinggian 1200 Mdpl di Kabupaten Manggarai, NTT. ANTARA FOTO
Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO


Polemik Situs Gunung Padang, Berikut Sejarah dan Rute ke Sana

32 hari lalu

Situs Gunung Padang Akan Dipugar
Polemik Situs Gunung Padang, Berikut Sejarah dan Rute ke Sana

Jurnal online, Wiley Online Library umumkan tarik publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian Situs Gunung Padang. Bagaimana ke sana?