TEMPO.CO, Yogyakarta - Sekitar 6.000 pesilat dari seluruh Indonesia dan luar negeri meramaikan Pencak Malioboro Festival yang berlangsung sejak Jumat sampai Minggu, 6 - 8 September 2019. Mereka mementaskan jurus silat sesuai aliran dan menyatu dalam kebersamaan. Juga ada pawai pesilat pada hari ini.
Para utusan dari berbagai negara meramaikan Pencak Malioboro Festival di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret Yogyakarta atau ujung kawasan Malioboro. Perhelatan yang digelar oleh Tangtungan Indonesia dan Paseduluran Angkringan Silat ini untuk melestarikan seni budaya leluhur.
"Kami berkumpul dengan satu semangat yang sama. Semangat melestarikan dan mencintai budaya bangsa, serta semangat menghargai keberagaman dalam satu kesatuan keluarga pencak silat," kata Humas Tangtungan Project Shinta Kertasari, Sabtu 7 September 2019.
Menurut dia, pencak silat sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Indonesia. Keberadaannya bukan sekadar olahraga, tapi lebih menitikberatkan dalam membangun pendidikan karakter. Pencak Malioboro Festival menjadi bukti dalam usaha melestarikan budaya Indonesia. Mengajak masyarakat umum, khususnya generasi muda untuk bangga dengan budaya sendiri. "Kita tanamkan untuk bangga pada budaya bangsa," kata Shinta.
Selama ini panitia penyelenggaraan selalu mandiri, menjauhkan dari donatur agar terbebas dari berbagai kepentingan dan politik. Perhelatan semacam ini sudah dilaksanakan sebanyak enam kali. "Kami mengemban amanat para guru untuk menjauhkan budaya pencak silat dari berbagai kepentingan dan politik," dia menambahkan.
Selama tiga hari, beragam acara digelar. Di antaranya kompetisi Koreografi Pencak Silat, Kaulan Open Air, Ayo Menggambar Pencak Silat, dan lainnya. Dalam Koreografi Pencak Silat, para peserta kompetisi ditantang untuk mengasah kreativitas dan terus berinovasi dalam mengemas pencak silat menjadi pertunjukkan yang menarik.
Kaulan Open Air merupakan pertunjukan jurus-jurus pencak silat yang dilakukan secara spontan oleh para guru pencak silat atau pendekar kepada khalayak umum. Sementara Ayo Menggambar Pencak Silat diikuti oleh orang tua dan anak untuk beraktivitasbersama demi melestarikan budaya pencak silat sejak dini.
"Ada juga Malam Anugerah Pencak Malioboro Festival yang memperlihatkan keunikan dan keindahan pencak silat. Pawai Raya Pencak Silat diikuti lebih dari 6.000 pemerhati dan praktisi pencak silat dari berbagai daerah dan luar negeri," kata Shinta Kertasari.
Bagi masyarakat atau wisatawan yang ada di Yogyakarta dapat melihat lebih dekat keberagaman pencak silat dengan pawai di sepanjang Jalan Malioboro. Acara ini juga diramaikan dengan Pencak Wisata Budaya, yakni program memperkenalkan pencak silat serta budaya khas Nusantara kepada para pencinta dan pemerhati pencak silat.
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X mengatakan, Pencak Malioboro Festival ini menjadi upaya Yogyakarta untuk meminimalisir residu pertentangan antar-kelompok. Harapannya, dari Yogyakarta misi Indonesia Damai dapat tersebar luas ke seluruh Nusantara. "Pencak silat itu mempunyai filosofi tinggi, mampu menyatukan banyak perbedaan dalam satu kecintaan demi Indonesia Damai," kata Paku Alam X.