TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Surabaya menggelar kembali Festival Mlaku-mlaku Nang Tunjungan pada Sabtu (7/9). Acara ini dari tahun ke tahun menjadi daya tarik Surabaya. Masyarakat Surabaya dan kota-kota sekitarnya bertandang ke Jalan Tunjungan, yang sengaja dikosongkan dari kendaraan bermotor sejak pukul 16.00-21.30.
Pada perhelatan tahun ini, mengambil tema ‘Culinary and Craft Festival'. Namun, rupanya tak sekadar kuliner dan kerajinan yang tampil. Sebagai pembeda dengan festival sebelumnya, Dispar Kota Surabaya berkolaborasi dengan Tropical Hype Surabaya Fashion Week 2019, menggelar peragaan busana. Tentu, elemen-elemen kain Jawa Timur juga tampil dalam pakaian yang modis.
Para model – mengutip akun instagram @surabayasparkling -- memamerkan keindahan baju mereka di antara bangunan cagar budaya jalan Tunjungan. Beberapa di antara model membawa papan informasi, yang mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kanker.
Para model itu menampilkan busana modern berbahan batik dan kain jumputan. Mereka juga tampak menenteng tas dari enceng gondok dan kertas semen. Kerajinan itu, tak menampakkan dibuat dari barang-barang tak berguna.
“Tema Tropical Hype dipilih karena kini Surabaya kian sejuk, makin banyak taman di kota. Inilah yang menginspirasi peragaan busana Surabaya Fashion Week,” ujar Founder New Next Management, Nungky Putri.
Baca Juga:
Upaya New Next Management untuk mempopulerkan produk UMKM lokal Surabaya disambut baik oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Surabaya, Antiek Sugiharti. Menurut Antiek, UMKM Surabaya kini memiliki wahana dan kesempatan untuk memamerkan produk-produk mereka dalam peragaan busana, “Produk-produk yang dipamerakan unik, dan tentu membuat bangga UMKM yang berpartisipasi,” ujar Antiek.
Jalan Tunjungan merupakan jalan paling bersejarah di Surabaya selain Jembatan Merah. Di jalan itulah, tepatnya di Hotel Majapahit – yang saat itu bernama Hotel Yamato – bendera Belanda dirobek pada warna birunya. Lalu dikibarkan kembali sebagai sang saka merah putih. Perobekan itu memicu Perang Surabaya pada 10 November 1945 -- perang terbesar pertama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Mlaku-mlaku nang Tunjungan menjadi acara yang paling dinanti para penikmat kuliner khas Surabaya, yang sebagian besar pedagangnya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) binaan Pemkot Surabaya. Selain Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, pada Sabtu-Minggu pekan ini juga masih ada acara Cangkroekan Djoeang di Tugu Pahlawan, Surabaya.
Surabaya Fashion Week dalam Festival Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan menampilkan berbagai aksesoris produk UMKM. Foto: @surabayasparkling
Bedanya dengan Mlaku-mlaku Nang Tunjungan, Cangkroekan Djoeang menampilkan para penjaja kuliner tradisional, berjualan dengan mengenakan pakaian tradisional dan pejuang.