TEMPO.CO, Garut - Petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Garut, Jawa Barat, mengingatkan agar para pendaki berhati-hati saat beraktivitas di sepanjang jalur wisata Gunung Guntur. Musababnya, kawasan gunung tersebut rawan kebakaran pada musim kemarau.
"Jalur pendakian masih dibuka selama musim kemarau. Namun setiap pendaki harus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kebakaran hutan," kata Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Garut, Purwantono di Garut, Jawa Barat, Minggu 1 September 2019.
Purwantoro menjelaskan ada berbagai faktor penyebab kebakaran di Gunung Guntur. Mulai dari aktivitas masak-memasak saat berkemah, acara api unggun, membuang puntung rokok sembarangan, sampai penyebab kebakaran yang belum dapat diketahui secara pasti, misalnya faktor alam akibat gesekan batu yang kemudian memicu percikan api.
Dari semua potensi penyebab kebakaran itu, menurut Purwantoro, sebagian besar diduga karena faktor kalalaian manusia. Para pendaki Gunung Guntur, dia melanjutkan, juga membantu bersedia membantu memadamkan api jika terjadi kebakaran di hutan.
Gunung Guntur di Garut, Jawa Barat. (goatrun.id)
Selama musim kemarau tahun ini, Purwantoso menjelaskan, sudah empat kali terjadi kebakaran di Gunung Guntur, tepatnya di kawasan konservasi dengan luasan sekitar 20 hektare. "Pendakian tidak ditutup karena kebkaran tidak terlalu mengancam jalur pendakian," kata dia.
Petugas BKSDA mengimbau siapa saja yang berada di Gunung Guntur tidak membuat api di sembarang tempat, apalagi meninggalkan tempat istirahat atau berkemah tanpa mengecek lagi kondisi keamanannya dari api atau bara. "Selama ini yang terbakar adalah tanaman kering, tidak sampai menjalar dan membakar pohon besar," katanya.