TEMPO.CO, Yogyakarta - Layanan moda tradisional berbasis aplikasi, GrabAndong, resmi diluncurkan Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Jumat (23/8) petang di Jogja.
Meski demikian, di awal operasionalnya, GrabAndong baru sebatas diujicobakan di sepanjang jalan Malioboro dengan tarif sewa per jam pertama Rp150.000 dan apabila terdapat overtime, biayanya menjadi Rp 1.250 per menit.
Rohmat Riyanto, 38, seorang kusir yang menjadi bagian dari GrabAndong ini, mengaku senang karena jasa andong bisa menyesuaikan perkembangan zaman yang serba online, "Untuk pertama ini dicoba untuk 50 armada andong dulu yang menjadi GrabAndong," ujar Rohmat.
Rohmat mengaku ia dan teman temannya memang masih agak kikuk dengan konsep andong daring ini. Sehingga memang masih butuh adaptasi beberapa saat, "Karena biasanya kan manual, tawar menawar, dibayar cash," ujarnya.
Rohmat menuturkan pertimbangannya setuju terintegrasi dengan Grab pertama akan memberi pengalaman baru wisatawan saat menggunakan jasa andong. Wisatawan juga jadi lebih mudah mendapatkannya dengan perhitungan tarifnya serta rutenya jelas.
"Saat bukan musim liburan, tarif Grab Andong per jam Rp150.000 dengan rute sekitar Malioboro-Alun-Alun Kidul-Malioboro tentu menguntungkan," ujar Rohmat.
Namun saat musim liburan panjang, ketika jalanan Malioboro sejak pagi hingga petang penuh sesak wisatawan, Rohmat masih akan melihat apakah aplikasi GrabAndong ini bisa juga mendukung kondisi di lapangan.
Menurutnya, di musim libur panjang itu, untuk menempuh Malioboro sampai Alun-Alun Kidul bisa butuh waktu amat lama dibanding saat jalanan normal. Jadi tak otomatis padatnya wisatawan serta merta berbanding lurus dengan meningkatnya frekuensi para andong menarik wisatawan.
Dari rembug paguyuban andong dengan pihak Grab, ujar Rohmat, target Grab Andong sebenarnya hanya cukup 20 tarikan selama sebulan. Sementara dalam sehari para kusir andong sendiri rata rata bisa menarik penumpang dua sampai lima kali. Dengan catatan jika jalanan sedang lancar.
Saat jalanan crowded, kusir andong inginnya transaksi dengan cara biasa alias tawar menawar juga tetap bisa dilakukan. Hal ini mengingat kala ramai andong bisa jadi hanya menarik sekali dua kali saja karena waktunya habis di jalan.
"Jadi kalau sehari GrabAndong sudah dapat satu tarikan, aplikasi itu kalau mau di-off-kan oleh kusir juga tak apa apa, mau terus di on-kan juga tak masalah, tergantung situasi dan kudanya saja," ujar Rohmat.
Rohmat menuturkan, mengaplikasikan GrabAndong kala jalanan Malioboro padat pun sebenarnya juga tetap untung. Pasalnya, biaya overtime juga sudah dihitung jika sewa lebih dari satu jam. Yakni adanya tambahan Rp 1.250 per menitnya.
"Pas Malioboro ramai, ke Alun-Alun Kidul kan satu jam lebih, tetap untung juga kalau dihidupkan layanan GrabAndong-nya, seperti kalau tawar menawar," ujarnya.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut baik adanya andong online ini.
Sultan mengucapkan selamat atas diluncurkannya GrabAndong, sebuah moda transportasi tradisional yang ditawarkan secara online marketing sesuai zaman kekinian.
Sultan juga meminta dukungan dari Menteri Pariwisata Arief Yahya yang hadir saat itu, untuk mengembangkan kebijakan yang seimbang sehingga semua destinasi di kawasan Jogja Solo, dan Semarang alias Joglosemar terdampak positif atas hadirnya bandara baru YIA di Kulon Progo.
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kesempatan tersebut mengatakan andong online jadi terobosan bidang pariwisara. "Tidak ada daerah lain di Indonesia yang memiliki andong. Saya kira, peluncuran ini sangatlah tepat momennya," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO