Agar bisa utuh memahami Semana Santa, datanglah sebelum Jumat Suci. Minimal dua hari sebelum prosesi. Mungkin hotel-hotel sudah penuh. Larantuka tak punya banyak hotel atau losmen. Namun Anda bisa menginap di rumah penduduk. Atau beberapa biara menyediakan kamar-kamar khusus untuk peziarah. Memang lebih baik menghubungi mereka dulu daripada dadakan. Tinggal di rumah penduduk justru akan memahami bagaimana suasana batin warga.
Susurilah lebih dulu kota mungil ini. Larantuka adalah kota kapel. Di segala penjuru bertebaran tempat ibadah kecil-kecil. Rumah-rumah warga banyak memiliki bilik berdoa. Mereka memiliki kisah-kisah gaib sendiri sehubungan dengan kapel-kapel ini. Kunjungilah pelabuhan. Lihatlah perahu-perahu dan sampan-sampan. Amatilah bagaimana warga bahu-membahu memasang kayu-kayu tempat lilin di rute-rute prosesi.
Pada hari Kamis Putih, para sesepuh memandikan patung Maria. Sepanjang hari itu sampai subuh Jumat, jemaat bersimpuh meminta air bekas cucian. Ribuan orang berbaris tertib memanjang hingga tepi laut. Satu per satu mereka bersimpuh, mengusap kaki dan mencium kaki Maria. Bergantian lima menit, mereka melakukan permesa—permohonan. Sedangkan di kapel itu, ibu tua—para mama muji atau mama pendoa—terus-menerus mendaras doa dengan bahasa Portugis kuno yang orang Portugal sendiri sekarang tak mengerti. Mereka meminta keselamatan Larantuka.
Pada saat bersamaan di Katedral, pada sore hari para Konfreria dalam balutan jubah putih berkalung medali Santo Dominikus melantunkan lagu-lagu dari ratapan Nabi Yeremias:
"Jalan-jalan Sion diliputi dukacita.... Lalu disambut kor bersama: Yerusalem,Yerusalem berbaliklah kepada Allah Tuhanmu…."
Jumat pagi, warga mengarak patung Maria dari Kapel Tuan Ma ke Katedral. Dari sinilah pada pukul 7 malam itu inti prosesi dimulai. Dari sinilah kaki Anda seolah-olah ditarik oleh iring-iringan gaib. Mengikuti ke mana saja devosi itu bergerak. Bila esok, setelah bangun pagi, tubuh Anda pegal-pegal, mandilah, lalu bersantai. Seruputlah kopi. Tubuh Anda yang letih semoga segar kembali. Menghamburlah ke jalanan dan hiruplah udara Sabtu pagi. Anda bisa menyaksikan atmosfer Larantuka berangsur pulih setelah prosesi dukacita.
Di sini, pada Sabtu pagi itu, seolah-olah terjadi sebuah katarsis. Larantuka kembali normal. Di mana-mana warga mulai menggemakan Maria Hallelujah, yang mengalihkan suasana murung ke arah gembira yang mengharukan. Perubahan suasana ini terasa menggetarkan dan sangat membekas. Bahkan bagi seorang muslim seperti saya.
Hotel dan Kuliner
Tidak banyak hotel di Larantuka, jadi kamar perlu dipesan sejak jauh hari. Biaya penginapan Rp 200-300 ribu per malam. Ongkos ini sudah termasuk sarapan kue atau roti ala kadarnya plus teh atau kopi. Jika tidak mendapat kamar di hotel, Anda bisa menginap di rumah penduduk dengan tarif lebih murah. Beberapa biara membuka diri bagi tamu luar kota khusus pada hari-hari Semana Santa.
Ikan menjadi lauk utama di kota ini. Menu non-ikan juga tersedia di banyak warung makan besar dan kecil. Larantuka memiliki beberapa rumah makan Padang. Biaya sekali makan sekitar Rp 15-20 ribu.
Waktu Terbaik
Perarakan patung Maria Dolorosa dilakukan pada Jumat Agung di bulan April, tapi upacara Semana Santa sudah mulai digelar sejak Rabu Trewa, sebelum Kamis Putih. Jadi usahakan tiba sebelum Rabu Trewa atau minimal Kamis Putih.
Bagaimana ke Sana:
Ada banyak cara ke Larantuka. Terletak di pesisir selatan Flores Timur—salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur—kota ini bisa dicapai lewat darat, laut, dan udara. Dari luar pulau, Anda bisa naik pesawat, turun di Kupang, Timor. Teruskan perjalananan dengan penerbangan lokal Transnusa dan Susi Air ke Bandara Gewayantana, Larantuka. Tarif pesawat Kupang-Larantuka sekitar Rp 650 ribu.
Cara lain adalah turun di Bandara Frans Seda, Maumere, di Kabupaten Sikka—sekitar 100 kilometer dari Larantuka. Dari Maumere, ada bus antarkota dengan biaya Rp 50 ribu per orang. Mobil carteran juga banyak tersedia. Biayanya agak mahal, sekitar Rp 650 ribu dengan waktu tempuh Maumere-Larantuka sekitar 4 jam.
Peziarah mencium salib Tuan Ana (Tuhan Yesus) di Kapela Tuan Ana Larantuka, Flores Timur, NTT, 13 April 2017. Prosesi mencium Tuan Ana dan Tuan Ma (Bunda Maria) merupakan salah satu rangkaian menuju Prosesi Jumat Agung. ANTARA/Kornelis Kaha