Sementara ini penelitian masih terus berlangsung dan perlu waktu untuk menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan. Di antara pertanyaan itu adalah kenapa hanya ditemukan dua betina di Kwatisore. Padahal jumlah betina dalam sekumpulan satwa liar biasanya lebih banyak. Di berbagai tempat lain, paus betina juga tidak pernah mau muncul ke permukaan, tapi kenapa mereka muncul di Kwatisore? Kenapa yang datang ke sini hanya yang tanggung-tanggung? Ke mana mereka yang dewasa? Apakah mereka ke Kwatisore hanya mencari makan atau menetap? Di mana mereka kawin dan bagaimana bentuk anaknya?
Sementara peneliti bekerja keras menyibak misteri kehadiran hiu paus di Kwatisore, sejak dua tahun lalu wisatawan semakin banyak mendatangi bagan-bagan Kwatisore untuk melihat hewan langka ini. "Sebagian besar wisatawan datang dengan kapal pesiar selam (diving liveboard)," ujar Casandra Tania, anggota staf peneliti WWF-Indonesia yang berfokus pada hiu paus.
Sewaktu menyelam di sana, saya pun bertemu dengan rombongan penyelam dari berbagai negara yang tergabung dalam trip Seahorse. "Bulan ini kami tiga kali ke Kwatisore, membawa 16 orang, sesuai dengan kapasitas kapal," kata Joe Bates, warga Inggris, Direktur Operasional Seahorse. Hari itu ia memakai kacamata hitam, baju santai, dan topi lebar penahan panas. Bahasa Indonesianya lancar.
Joe tampak akrab berbaur dengan nelayan. Tiga tamunya dengan peralatan fotografi bawah air sibuk melakukan pemotretan hiu paus dengan dua model cantik. "Kami membawa rombongan pemotretan untuk majalah Ocean Geographic," ujar Txus Reiriz, pengusaha asal Spanyol pemilik Seahorse. Mereka membayar Rp 10 juta kepada nelayan bagan selama tiga hari. "Kami membayar mereka agar tidak memancing. Kami tidak ingin tamu-tamu kami terkena pancing ketika menyelam," kata Bates.
"Ini satu-satunya di dunia. Di tempat lain seperti di Australia atau Thailand, susah sekali menemukan hiu paus. Mereka selalu hidup di kedalaman dan jarang muncul ke permukaan. Kadang kami harus menggunakan helikopter untuk mencarinya. Kalaupun bertemu, paling hanya 5-10 menit, sehingga wisatawan harus berenang cepat untuk bisa melihatnya langsung. Tapi, di sini, hiu paus muncul sepanjang tahun dan mau berinteraksi dengan manusia. Ini yang kami cari," ujar Reiriz.
Hiu Paus di Kwatisore, Teluk Cenderawasih, papua, pada Oktober 2013. Hanya di Kwatisore sajalah ikan Hiu Paus mau muncul dan berinteraksi dengan manusia sepanjang tahun. TEMPO/Rully Kesuma
Taman Nasional Bawah Laut
Surga bawah laut di Indonesia timur tidak hanya ada di Raja Ampat. Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, kita bisa mendapati alam bawah laut yang berbeda. Di sini, hiu paus hadir dan lebih "jinak" daripada ikan lain.
Cara ke Sana
Nabire dapat ditempuh melalui penerbangan via bandar udara Ambon, Biak, atau Jayapura. Dari Ambon tersedia penerbangan Wings Air. Dari Biak tersedia pesawat Susi Air. Sedangkan dari Jayapura tersedia Merpati Air dan Wings Air. Melalui laut, Nabire dapat ditempuh dengan pelayaran kapal Pelni, yang melewati Ambon, Sorong, Manokwari, Biak, dan Jayapura.
Perjalanan dari Nabire ke Kwatisore dapat ditempuh sekitar dua jam dengan kapal cepat carteran (sekitar Rp 5-6 juta sekali jalan), yang berangkat dari Pelabuhan Nabire. Sebaiknya berangkat pada pagi hari karena ombak di Teluk Cenderawasih sering tinggi pada sore hari.
WAHYUANA WARDOYO