TEMPO.CO, Lombok - Voluntourism alias berwisata sembari menjadi relawan. Seperti Komunitas 1000 Guru yang programnya dinamai Traveling and Teaching. Namun voluntourism juga bisa menempatkan pelancong dalam situasi kerja. Lalu bagaimana mengatasinya?
Pendiri 1000 Guru Jemi Ngadiono berbagi kiat bila pelancong ingin melakukan voluntourism. Hal utama, kata dia, adalah memiliki niat untuk menikmati tantangan selama perjalanan.
"Karena ini bukan traveling yang bisa tidur di tempat mewah. Tapi bisa tidur di sekolah, tenda, dan melewati jalan yang tidak bagus," katanya kepada TEMPO di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu, 18 Agustus 2019.
Kemudian, ia menjelaskan seperti umumnya bepergian wisata hal yang mesti disiapkan adalah dana, "Untuk biaya bepergian," ujarnya. Jemi menambahkan bahwa dana yang disiapkan pelancong juga bisa untuk anggaran pribadi saat ingin berdonasi di tempat tujuan.
"Mereka diperbolehkan membawa donasi yang peruntukannya ditentukan sendiri," katanya. Ketika donasi sendiri untuk diberikan langsung kepada anak-anak, itu kan berbeda dengan cuma punya duit terus titip donasi."
Selain itu, harus memiliki persiapan materi yang ingin dibagikan saat berada di tempat tujuan. "Itu harus dipersiapkan dengan baik dari rumah, targetnya seperti apa," tuturnya. "Hal itu yang membuat traveling menjadi bermanfaat dan berkesan dalam diri," katanya.
Komunitas 1000 Guru mengajar di setiap destinasi yang mereka tuju. Foto: @irahusienn
Adapun komunitas 1000 Guru dibentuk pada 22 agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono. Mulanya, 1000 Guru merupakan sebuah akun yang mengabarkan kondisi pendidikan di berbagai pelosok Nusantara. Namun kini berkembang menjadi sebuah aktivitas untuk ikut ambil peran dalam berbagi pengetahuan, yang programnya dinamai Traveling and Teaching.