"Event ini merupakan salah satu upaya melestarikan seni budaya yang memiliki nilai jual dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan,” kata Tenaga Ahli Sekretaris Kementerian Bidang Manajemen Krisis Kepariwisataan I Gusti Ngurah Putra, Jumat, 17 Agustus 2019.
Sekitar 2.000 pengunjung menghadiri acara musik jazz terbesar di Bali yang berlokasi di Arma Museum & Resort Ubud. Yang istimewa, panggung portabel yang ramah lingkungan digunakan untuk membuat panggung Giri, Pagi dan Subak.
Ngurah Putra juga terkesan karena acara UVJF 2019 digelar bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74. “UVJF memberikan makna tersendiri untuk kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Pada pembukaan UVJF 2019 menampilkan kesenian Okokan. Okokan, salah satu alat musik bunyi-bunyian yang pada umumnya terbuat dari bahan kayu yang dilobangi hampir menyerupai kentungan.
Ada sebelas grup musisi luar dan dalam negeri yang tampil pada hari pertama UVJF 2019 di antaranya, Aram Rustamyants “New Centropezn Quartet” musisi asal Rusia, Sri Hanuraga Trio Feat Dira Sugandi, musisi Indonesia, Arcing Wires asal Sydney, Australia dan Yvon Thibeault “perspectives”, drummer Jazz asal Kanada yang saat ini tinggal di Bali.
MADE ARGAWA