Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Destinasi Wisata Sejarah Agung yang Terlupakan

image-gnews
Wisatawan mengunjungi situs bekas rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, 19 Oktober 2015. Rumah ini menyimpan barang-barang peninggalan Soekarno saat diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934-1938. TEMPO/Frannoto
Wisatawan mengunjungi situs bekas rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, 19 Oktober 2015. Rumah ini menyimpan barang-barang peninggalan Soekarno saat diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934-1938. TEMPO/Frannoto
Iklan
Pembuangan Kolonial, Boven Digul, Papua

Memisahkan diri dari Merauke, Papua, pada 2002, Boven Digul merupakan tanah pengasingan yang amat terkenal di zaman kolonial. Mohammad Hatta, Sayuti Melik, Sutan Sjahrir, dan tokoh pergerakan Mas Marco Kartodikromo pernah dibuang ke sini.

Mula-mula pemerintah Hindia Belanda menggunakan tempat ini pada 1927 untuk mengasingkan pemberontak. Lokasi pembuangan ada di beberapa tempat: Tanah Merah, Gunung Arang, zona militer, dan Tanah Tinggi. Bung Hatta datang membawa 16 peti buku. Dia rajin menulis selama di sana. Sjahrir lain lagi. Begitu tiba, dia disuruh menebang kayu dan membangun rumah sendiri. Awalnya Sjahrir suka mandi di Sungai Digul. Tapi, begitu mendengar cerita di sana banyak buaya, dia buru-buru pindah ke Kali Bening.

Pemerintah daerah kini mengembangkan Boven Digul sebagai daerah wisata terpadu. Peninggalan Belanda yang masih ada antara lain rumah sakit, penjara bawah tanah, makam tawanan, dan rumah panjang (loods) di Tanah Merah. Selain itu, pendatang bisa menyaksikan keindahan burung 12 antene dan cenderawasih kaisar; bertemu dengan suku Korowai, yang tinggal di rumah pohon; serta menikmati sajian budaya lokal. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat, Papua

Jejak seni ukir suku Asmat yang bernilai tinggi dirawat di sini. Terletak di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, Papua, museum ini menyimpan berbagai pahatan kayu, patung, panah dan anak panah, parang, tombak, perisai, serta atribut untuk perang dan tari-tarian. Di salah satu sudut museum, tergantung tengkorak kepala musuh, sisa prosesi perang di masa lalu.

Agats bisa dicapai dengan kapal laut dari Pelabuhan Pomako Timika atau dengan penerbangan lokal. Boleh dibilang, ini kota di atas rawa. Mayoritas orang Agats bekerja sebagai nelayan. Sebagian besar rumah mereka dan bangunan di sana, termasuk museum, merupakan rumah panggung. Mereka terhubung oleh jalan setapak dari jembatan papan setinggi sekitar satu meter.

Museum Kebudayaan dan Kemajuan dikelola gereja Katolik setempat, Keuskupan Agats. Setiap tahun, setelah Festival Budaya Asmat pada Oktober, isi museum ini bertambah. Semua ukiran yang dinilai paling baik dalam festival itu disimpan di sana.

Museum ini menyimpan sejarah batik di Jawa. Pengunjung juga bisa belajar membatik. Foto: Museum Danar Hadi

Museum Batik Danar Hadi, Solo

Ribuan koleksi batik dari berbagai zaman disimpan museum ini, termasuk yang berusia lebih dari seabad. Koleksi dipajang sesuai dengan tahun pembuatan, asal batik, dan budaya yang mempengaruhi. Ada Batik Djawa Hokokai, Batik Pengaruh India, Batik Keraton, Batik Pengaruh Keraton, Batik Sudagaran, Batik Petani, Batik Indonesia, Batik Danar Hadi, hingga batik kontemporer.

Terletak di Jalan Slamet Riyadi, jalan utama di Kota Solo, Jawa Tengah, Museum Batik Danar Hadi mudah dijangkau dari mana pun. Dari bandar udara, pengunjung bisa menumpang Solo Batik Trans, yang lewat persis di depan museum. Kalau datang berombongan dan ingin perjalanan yang unik, pengunjung boleh menyewa kereta uap wisata. Tentunya dengan merogoh kocek jutaan rupiah.

Museum batik berada satu kompleks dengan House of Danar Hadi. Harga tiket masuknya Rp 25 ribu per orang, khusus untuk rombongan pelajar Rp 15 ribu per tiket. Pemiliknya, Santosa Doellah, mengintegrasikan museum, gerai batik, workshop batik, restoran, dan gedung pertemuan dalam satu kompleks. Pengunjung bisa berwisata sejarah sekaligus berbelanja dalam sekali berkunjung.

Kalau belum puas menyaksikan koleksi yang dipajang, pengunjung boleh melongok ke bagian belakang museum. Di sana akan terlihat ratusan perajin sibuk bekerja membuat batik tulis dan cap.

Museum Malang Tempo Doeloe, Jawa Timur

Museum ini memamerkan beragam benda purbakala, seni, dan budaya yang pernah hadir dalam sejarah Malang. Dari ruang ke ruang, pengunjung diantar untuk mengenal asal-usul Malang, bahkan dari zaman prasejarah.

Ada pula lorong berisi foto-foto zaman dulu. Masuk lorong ini, pengunjung dibawa menuju 1.500 tahun yang lalu, ketika kawasan sekitar Malang baru terbentuk akibat letusan gunung berapi. Semula berupa danau, cekungan akibat letusan gunung purba itu lambat-laun berubah menjadi rawa-rawa yang dikelilingi pegunungan Anjasmara, Arjuna, Welirang, Kawi, Bromo, dan Semeru.

Pengunjung juga diajak merasakan menjadi arkeolog, melakukan pekerjaan ekskavasi di ruangan bawah tanah selebar 3 meter, panjang 6 meter, dan kedalaman 2,5 meter. Di lorong ekskavasi, dua arkeolog digambarkan menggali dan menemukan patung Ken Dedes, batu gong, serta batu bata permukiman kuno. 

Museum Malang Tempo Doeloe terletak di Jalan Gajah Mada, persis di belakang Balai Kota Malang. Pengunjung dari kalangan umum dikutip biaya masuk Rp 15 ribu dan pelajar Rp 10 ribu. Pengelola juga menyediakan paket belajar membatik dan menjual topeng Malang sebagai oleh-oleh.

Seniman melakukan pementasan Tirta Pawitra atau Air Suci dari Penanggungan di patirthan Jolotundo di lereng Gunung Penanggungan di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 19 Maret 2017. Pementasan ini sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta sekaligus dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia. TEMPO/Aris Novia Hidayat

Gunung Penanggungan, Jawa Timur

Ragam peninggalan sejarah bertebaran di sekujur lereng Gunung Penanggungan. Kebanyakan berasal dari peradaban Hindu-Buddha sekitar abad ke-10 sampai ke-16 Masehi. Kala itu, gunung ini disebut Pawitra. Salah satu peninggalan tertua, pemandian Jalatunda, diperkirakan berasal dari tahun 977 Masehi. Berdiri di kaki Penanggungan, petirtaan ini dipercaya mengalirkan air keabadian.

Orang sering datang untuk melakukan meditasi atau bertapa di gunung yang terletak di perbatasan Pasuruan dan Mojokerto, Jawa Timur, ini. Penanggungan dipercaya memiliki karisma gaib. Puncaknya yang bulat, gundul, dan berbukit-bukit oleh masyarakat Jawa Kuno dianggap mirip puncak Mahameru, gunung suci di India. Sekitar 80 peninggalan sejarah ditemukan sejak dari kaki hingga puncak gunung ini. Ada punden berundak, gua pertapaan, hingga candi-candi kecil dengan berbagai arca dan pahatan batu.

Gunung setinggi 1.653 meter di atas permukaan laut ini memiliki kemiringan 30-70 derajat. Pendakian menuju puncak biasanya melewati jalur Trawas di Desa Duyung atau lewat Jalatunda di Desa Seloliman. Jalur Jalatunda agak menanjak, tapi banyak candi dapat ditemui di sepanjang jalur ini, seperti Candi Lurah, Guru, Gentong, dan Carik.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

27 November 2023

Salah satu sudut di kawasan Three Lanes and Seven Alleys di Provinsi Fujian, China, Senin (20/11). (ANTARA/ Heppy Ratna Sari)
Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

Berbagai peninggalan bersejarah, seperti resor di puncak gunung hingga masjid yang dibangun ribuan tahun lalu bisa ditemukan di Fujian.


Destinasi Wisata Sejarah Peninggalan Portugis dan Belanda di Ambon

14 November 2023

Benteng Victoria di Ambon. Foto : Kemendikbud
Destinasi Wisata Sejarah Peninggalan Portugis dan Belanda di Ambon

Di Ambon, terdapat berbagai wisata sejarah, seperti museum dan bangunan peninggalan kolonial yang menarik hati juga memancing rasa ingin tahu.


Bekas Kantor Dagang Inggris di Banyuwangi Bakal Jadi Wisata Heritage

3 November 2023

Asrama Inggrisan, salah satu situs sejarah dari era kolonial di Banyuwangi, Jawa Timur. Gedung ini dulunya adalah kantor telegraf pertama yang dibangun Inggris. TEMPO/Ika Ningtyas
Bekas Kantor Dagang Inggris di Banyuwangi Bakal Jadi Wisata Heritage

Asrama Inggrisan merupakan salah satu cagar budaya di Banyuwangi yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1776.


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


3 Destinasi Wisata Sejarah di Kota Bukittinggi

1 November 2023

Benteng Fort De Kock yang berada di Kota Bukittinggi. Benteng tersebut dibangun oleh Pemerintah Belanda pada 1821. TEMPO/Fachri Hamzah
3 Destinasi Wisata Sejarah di Kota Bukittinggi

Jika berkunjung ke Bukittinggi ada banyak tempat wisata sejarah yang bakal ditemukan.


Ayah Ira dan Ari Wibowo Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Ini Syarat dapat Dikuburkan di TMP Kalibata

17 Oktober 2023

Ira Wibowo dan Ari Wibowo di pemakaman ayahnya. Instagram
Ayah Ira dan Ari Wibowo Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Ini Syarat dapat Dikuburkan di TMP Kalibata

Wibowo Wirjodiprojo, ayah Ari Wibowo dan Ira Wibowo meninggal, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata. Ini syaratnya.


Berkunjung ke Museum Penyimpanan Senjata Perang di Bukittinggi

9 Oktober 2023

Pesawat Havard buatan Amerika Serikat yang dipajang di depan Museum Tridaya Eka Dharma, Bukittinggi.  (TEMPO/Fachri Hamzah)
Berkunjung ke Museum Penyimpanan Senjata Perang di Bukittinggi

Museum Tridaya Eka Dharma di Bukittinggi menyimpan banyak senjata tentara PDRI dan PRRI.


Wisata Sejarah, Ini 5 Rekomendasi Benteng Peninggalan Belanda di Pulau Jawa

22 September 2023

Salah satu bangunan di area Museum Benteng Vredeburg. Tempo/Pribadi Wicaksono
Wisata Sejarah, Ini 5 Rekomendasi Benteng Peninggalan Belanda di Pulau Jawa

Deretan benteng peninggalan Belanda ini menarik untuk dikunjungi


Tempat Wisata Sejarah di Jakarta untuk Mengisi Libur 17 Agustus

16 Agustus 2023

Sejumlah warga berjalan di samping koleksi Museum Sejarah jakarta di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad, 25 Juni 2022. Libur Hari Raya Natal dimanfaatkan warga untuk berwisata di sejumlah lokasi Kota Tua seperti Museum Sejarah jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, hingga Museum Bank Indonesia. ANTARA/M Risyal Hidayat
Tempat Wisata Sejarah di Jakarta untuk Mengisi Libur 17 Agustus

Untuk mengisi libur 17 Agustus, Anda bisa mengajak keluarga ke wisata sejarah yang ada di Jakarta. Ini rekomendasinya.


5 Destinasi Wisata Bersejarah yang Saksi Bisu Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

11 Agustus 2023

Balkon Hotel Majapahit di Surabaya, 19 Juni 2012. Hotel Majapahit didirikan tahun 1910 oleh keluarga asal Armenia, Lucas Martin Sarkies, dengan nama Oranje Hotel. Tahun 1942, Jepang mengambil alih hotel ini dan menamakannya Yamato Hoteru, di hotel inilah peristiwa perobekan Bendera Belanda (insiden Yamato) terjadi. Fully Syafi
5 Destinasi Wisata Bersejarah yang Saksi Bisu Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Dari Gedung Joeang hingga Benteng Rotterdam, ketahui beberapa spot wisata sejarah yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.