Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gunung Purba Nglanggeran Bakal Saingi Wisata Pantai Selatan

image-gnews
Embung Nglanggeran yang masuk dalam kawasan ekowisata Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, 10 Februari 2017. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan yang berfungsi untuk menampung air hujan dimanfaatkan untuk mengairi perkebunan petani pada saat musim kemarau. TEMPO/Pius Erlangga
Embung Nglanggeran yang masuk dalam kawasan ekowisata Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, 10 Februari 2017. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan yang berfungsi untuk menampung air hujan dimanfaatkan untuk mengairi perkebunan petani pada saat musim kemarau. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Bupati Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Badingah, tengah menaruh perhatian khusus bagi destinasi Gunung Api Purba Nglanggeran yang berada di Kecamatan Patuk.

Gunung Purba Nglanggeran merupakan kawasan Geosite Gunung Sewu yang melingkupi tiga kabupaten yakni Gunung Kidul (Yogyakarta), Pacitan (Jawa Timur) dan Wonogori (Jawa Tengah). Gunung Sewu telah ditetapkan Unesco sebagai Global Geoparks Network sejak tahun 2015 silam.

"Kawasan wisata sisi utara Gunungkidul, belum semapan kawasan tengah dan selatan (pantai-pantai), ini sedang jadi perhatian khusus kami," ujar Badingah saat ditemui TEMPO, Rabu 8 Agustus 2019.

Kawasan utara Kabupaten Gunungkidul, sebenarnya sudah ada sejumlah destinasi yang mendulang ribuan wisatawan tiap tahunnya. Sebut saja seperti Gua Pindul dan Sri Getuk. Namun Badingah melihat, masih ada kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran yang sebenarnya bisa 'boom' menjadi destinasi unggulan di masa datang.

Antrian panjang puluhan wisatawan memasuki area mulut Gua Pindul, dusun Gelaran 2, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, 8 Juli 2016. Selama susur Goa Pindul wisatawan akan disuguhkan beberapa ornamen batu stalagtit masih aktif maupun sudah tidak aktif yang menghiasi Goa Pindul. TEMPO/Pius Erlangga

Modal dasar untuk pengembangan Gunung Nglanggeran pun menurutnya sudah ada, yaitu modal sosial, yang terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat dalam mengelola kawasan itu, "Dulu masyarakat di situ (Nglanggeran) tak pernah kenal namanya homestay. Tapi sekarang, sudah ada lebih dari 100 homestay di kawasan itu," ujar Badingah.

Pantauan TEMPO, sejumlah homestay dengan bangunan tampak baru memang bertebaran di sejumlah desa kaki gunung Nglanggeran. Homestay yang ada pun bisa dibilang memiliki bangunan cukup megah. Berkonsep modern minimalis, ada pula yang bertingkat, menghadap anggunnya Nglanggeran.

Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran juga telah memiliki akses jalan memadai dan mudah dijangkau kendaraan bermotor maupun umum. Meski berkelok kelok dan sedikit curam, namun jalan menuju kawasan itu seluruhnya sudah beraspal.

Di kawasan Gunung Nglanggeran pengunjung tak hanya ditawari pemandangan bebatuan berukuran raksasa yang terbentuk ribuan bahkan jutaan tahun silam itu, namun juga wisata lainnya.

Misalnya, tak jauh dari pintu masuk gunung purba itu, tepatnya ke arah selatan, tak sampai 1 kilometer, terdapat pusat jajan menyenangkan bernama Griya Cokelat Nglanggeran.

Di Griya Cokelat yang diresmikan pada 2016 oleh Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X ini, pengunjung bisa mengetahui proses pembuatan aneka produk berbahan cokelat. Pengunjung bisa terlibat dan mempelajari pembuatan kakao sampai mencicipi produk hasil karya sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aneka cokelat batangan hingga minuman tersedia di Griya Cokelat ini cukup terjangkau, mulai Rp 15.000-45.000, "Salah satu yang paling diminati wisatawan sekarang itu cokelat yang dibudidayakan di Gunung Api Purba Nglanggeran," ujar Badingah.

Sebelumnya memang tak ada sentra kuliner unik di kawasan itu. Padahal, ujar Badingah, buah tangan menjadi bagian penting promosi wisata yang tak boleh diabaikan.

"Karena turis saat mau datang ke suatu tempat biasanya sudah merencanakan, mau kemana dan mau apa. Maka kami ciptakan apa yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan ini sehingga bisa disampaikan ke orang sekitarnya," ujarnya.

Tak jauh dari Griya Cokelat ini, atau 300 meter ke selatan lagi, ada destinasi wisata baru yang dikembangkam warga setempat dengan latar persawahan yang masih menganut konsep berundak atau terasering. Namanya Kampung Emas, masih di kaki Ngalenggeran.

Kampung Emas yang kerap disebut Ubud-nya Kabupaten Gunungkidul ini baru beroperasi 2015 silam. Kampung itu menawarkan konsep kuliner tengah sawah khas pedesaan, yang menyenangkan dengan menu andalan ingkung ayam.

Badingah menuturkan, dulu ia sering mendengar orang mengolok-olok kalau ke Gunungkidul sulit cari makan enak karena di mana-mana hanya menemukan bebatuan. Hal ini tak lepas dari Gunungkidul yang hanya mampu mengandalkan sawah tadah hujan.

Namun saat ini penduduk di desa desa justru didorong untuk melestarikan makanan lokal khususnya dari jenis hortikultura. Tak hanya kakao sebagai bahan cokelat di Nglanggeran. Tapi juga termasuk mengemas ulang tiwul dan getuk yang saat ini jadi primadona oleh-oleh pelancong seantero nusantara jika berkunjung ke bumi Handayani itu.

Bupati Gunung Kidul, Badingah. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Di kawasan Gunung Purba Nglanggeran ini, walau saat kemarau terasa terik, wisatawan bisa menyegarkan mata saat menyambangi Embung atau danau Nglanggeran yang diresmikan Sultan HB X pada 2013 silam.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Risiko-risiko Penyakit Antraks

9 Juli 2023

Sampel darah milik warga saat pengambilan sampel darah di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023. Dinas Kesehatan Gunungkidul melakukan pengambilan sampel darah untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks setelah satu orang meninggal dunia dan 87 warga Candirejo positif setelah mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Begini Risiko-risiko Penyakit Antraks

Antraks biasanya ditemukan pada hewan ternak dan dapat ditularkan ke manusia.


Penyebab Antraks yang Menimbulkan 3 Korban Jiwa di Gunung Kidul

9 Juli 2023

Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri antraks di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023. Penyemprotan tersebut untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks setelah satu orang meninggal dunia dan 87 warga Candirejo positif setelah mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Penyebab Antraks yang Menimbulkan 3 Korban Jiwa di Gunung Kidul

Antraks menjadi suatu kondisi yang masih kerap terjadi di seluruh negara berkembang.


Bangkitkan wisata gunung kidul dengan kampanye #inigunungkidul

28 Oktober 2022

Bangkitkan wisata gunung kidul dengan kampanye #inigunungkidul

Kampanye kali ini mengangkat tiga pilar utama sebagai landasannya.


Desa Wisata Nglanggeran Raih Predikat UNWTO Best Tourism Village 2021

4 Desember 2021

Berbagai kegiatan dilakukan di Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta. Foto. dok. Pengelola Dersa Wisata Nglanggeran
Desa Wisata Nglanggeran Raih Predikat UNWTO Best Tourism Village 2021

Desa wisata Nglanggeran bersaing dengan puluhan desa wisata lain dari seluruh dunia dalam ajang UNWTO Best Tourism Village 2021


Taman Kehati Eroniti di Gunungkidul Yogyakarta, Destinasi Wisata Ekosistem Karst

1 Juni 2021

Menanam padi gogo rancah diseling jagung di lahan Taman Kehati Eroniti. Dok. Instiper Jogja
Taman Kehati Eroniti di Gunungkidul Yogyakarta, Destinasi Wisata Ekosistem Karst

Taman Kehati Eroniti di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta merupakan ekosistem karst yang memiliki setidaknya 23 jenis flora.


Populasi Monyet di Gunung Kidul Kebanyakan, 1.200 Akan Diekspor

6 September 2019

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di pinggir jalan. (ANTARA)
Populasi Monyet di Gunung Kidul Kebanyakan, 1.200 Akan Diekspor

Pengurangan populasi monyet ekor panjang sebanyak 1.200 ekor atau sekitar 60 sampai 70 persen dari yang ada di Gunung Kidul


Petani Gunung Kidul Atasi Kekeringan dengan Irigasi Perpompaan

12 Agustus 2019

Poktan Tani Manunggal, Wediutah Ngeposari, Semanu, Gunung Kidul mengatasi kekeringan dengan irigasi perpompaan.
Petani Gunung Kidul Atasi Kekeringan dengan Irigasi Perpompaan

Kementerian Pertanian telah mengalokasikan 93.860 unit pompa air periode 2015-2018. Irigasi perpompaan telah disalurkan di Kabupaten Gunung Kidul.


Idul Adha, Dinas Kesehatan DIY Monitoring Kesehatan Ternak

2 Juli 2019

Ilustrasi pemeriksaan hewan kurban. TEMPO/Iqbal Lubis
Idul Adha, Dinas Kesehatan DIY Monitoring Kesehatan Ternak

Dinas Kesehatan DIY kian intens melakukan monitoring terhadap kesehatan ternak untuk persiapan hari raya Idul Adha.


Sultan Soroti Polemik SD Negeri Wajibkan Siswa Berseragam Muslim

27 Juni 2019

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta keluarga menggunakan hak pilihnya di TPS 15, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton Yogyakarta atau di rumah bernama Ndalem Cokronegaran pada Rabu, 17 April 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Sultan Soroti Polemik SD Negeri Wajibkan Siswa Berseragam Muslim

Sri Sultan Hamengku Buwono X tak percaya jika kasus sekolah negeri di Kabupaten Gunungkidul yang mewajibkan pakaian muslim pada siswanya karena kesala


Cerita Wali Siswa SD Negeri Gunung Kidul Protes Seragam Muslim

25 Juni 2019

Ilustrasi siswa Sekolah Dasar (SD). TEMPO/Iqbal Lubis
Cerita Wali Siswa SD Negeri Gunung Kidul Protes Seragam Muslim

Surat edaran Kepala SD Negeri Gunung Kidul itu diprotes seorang ibu bernama Rini Widiastuti.