Sekilas, formasi baris-berbaris yang ditampilkan di Singapura terlihat tak terlalu berbeda dengan yang ada di Indonesia. Seragam yang digunakan pun serupa: kaus kaki panjang, seragam berlencana, hingga sepatu pantofel. Hanya, lantaran komandonya berbahasa Inggris, atraksi itu terasa tampak lain dengan yang ada di dalam negeri.
Puas menyaksikan baris-berbaris, pandangan kembali menengadah ke langit. Tampak tiga pesawat jenis hercules bermanufer di angkasa. Dengan suara gemuruh, pesawat itu merentangkan sebuah bendera Singapura berukuran raksasa. Sontak, riuh sorak-sorai warga lokal kembali menggema.
Hampir berbarengan dengan atraksi pesawat hercules, puluhan kendaraan tempur milik tentara Singapura pun melaju di jalan-jalan protokol. Jalan itu merentang di antara Marina By Sands dan Victoria Theater sehingga kami dapat melihat dengan jelas.
Tak terasa, langit meredup. Jam menunjukkan pukul 7.30 malam. Goh lagi-lagi mengajak kami berpindah lokasi. “Jam 8 malam ada pertunjukan kembang api. Kita harus mencari tempat strategis untuk menonton. Paling bagus di depan Marina Bay Sands,” katanya.
Kembang api ini adalah salah satu atraksi yang ditawarkan kepada turis menjelang hari kemerdekaan. Dari Gedung Victoria Theater menuju Marina Bay Sands, kami hanya perlu jalan kaki 10 menit. Kami berjalan melewati jembatan untuk menyebrangi Singapore River lantas menapaki jalan di kawasan wisata Marlion Park. Di tepi sungai besar di negeri Temasek itu, turis sudah berjejal. Kami kesulitan mencari tempat. “Mereka sudah di sini sedari siang,” kata Goh.
Orang-orang sudah lebih dulu menggelar tikar di taman sekitar Marina Bay Sands dan Marlion Park pada akhir pekan itu. Kursi-kursi di tepi sungai pun penuh. Kami memilih jalan jauh mencari tempat yang benar-benar nyaman untuk menikmati kembang api sekaligus memotretnya.
Tibalah kami di dekat Marina Bay Sands Mall. Di sini cukup sepi. Namun ternyata, di sinilah tempat terbaik menyaksikan atraksi. Ya, kami berada tepat di garis linear munculnya kembang api itu.
Tepat pukul 8 malam, kembang api meletup-letup di udara. Cahayanya warna-warni: merah, hijau, kuning, biru. Spektrum letupannya luas. Rasanya sampai memenuhi langit Singapura malam itu. Atraksi yang berlangsung selama 15 menit ini membangkitkan kebahagiaan masa kanak-kanak. Di sela-sela menikmati kembang api, puluhan foto pun tertangkap.
Sesaat setelah kembang api padam, Goh izin pulang. Jam kerjanya untuk menemani kami telah kelar. Namun ia meminta kami tak langsung balik ke hotel. Ia menyarankan kami tinggal barang sebentar, menunggu pertunjukan Show Laser Spectra atau Water Show di kompleks Marina Bay Sands yang ditampilkan gratis setiap akhir pekan.
Kami tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Benar saja, tepat pukul 20.30, mata kami kembali dimanjakan. Kali ini dengan air mancur berwarna-warni yang melenggak-lenggok. Tarian air itu diikuti sahut-sahutan instrumen. Babak demi babak menampilkan atmosfer yang berbeda. Air bercahaya biru diikuti instrumen melodis menyajikan pertunjukan yang melankolis. Sedangkan air bercahaya merah disertai instrumen yang ritmis menyajikan pertunjukan yang lebih atraktif.
Kembang api dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Singapura. Foto: TEMPO/Francisca Christy Rosana
Penampilan Water Show itu berlangsung selama lebih-kurang 15 menit. Turis yang ingin menyaksikan pertunjukan dapat datang di kompleks Marina Bay Sands setiap akhir pekan. Pada hari normal alias bila tidak ada perayaan kemerdekaan, pertunjukan akan ditampilkan tiga kali pukul 20.00, 21.30, dan 23.00.
Selama pertunjukan berlangsung, turis akan merasakan hal yang magis. Air yang menari dan instrumen yang mengalun akan mengobati kelelahan selama berjalan kaki seharian di Singapura. Water Show menutup pelancongan di Singapura pada hari itu dengan sempurna.HUT
FRANCISCA CHRISTY ROSANA