Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagian Benteng Keraton Yogyakarta Bakal Tersambung Kembali

image-gnews
Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dua bagian beteng baluwarti (pertahanan) Keraton Yogyakarta yang sempat terputus ratusan tahun silam dan menjadi akses jalan umum warga, bakal segera tersambung lagi.

Dua bagian beteng Keraton Yogya yang terputus itu berada di pojok beteng (jokteng) kulon atau barat laut Keraton Yogyakarta, yang selama ini menjadi jalan tembus yang menghubungkan jalan Nagan Kulon dan Nagan Kidul dengan jalan MT. Haryono.

Sedangkan satu bagian beteng lain yang putus itu ada di sebelah timur laut (jokteng lor wetan).

Proyek revitalisasi untuk menyambung dua bagian beteng (benteng) keraton itu dimulai awal Agustus 2019 ini. Pada Rabu (31/7) sudah dimulai dengan penutupan akses jalan untuk masyarakat, khususnya untuk beteng di Jokteng Kulon.

"Dulu bangunan utuh beteng Keraton Yogya ini ada lima pintu atau plengkung. Filosofinya melambangkan keseimbangan," ujar Sekretaris Daerah DIY, Gatot Saptadi dalam keterangannya Jumat 2 Agustus 2019.

Sehingga, ujar Gatot, jika terdapat satu pintu baru akan mengubah filosofi awalnya untuk mengembalikan bentuk aslinya. Pada awalnya, beteng ini berfungsi sebagai tembok pertahanan keraton saat melawan penjajah.

Selain terdapat lima gerbang dengan pintu melengkung sebagai sarana keluar masuk beteng. Di atas gerbang terdapat pelataran yang dinamakan panggung.

Pintu gerbang benteng ini disebut Plengkung atau Gapura Panggung. Masing-masing plengkung dilengkapi dengan dua gardu jaga dan empat buah longkangan sebagai tempat meriam.

Gatot menuturkan untuk bagian beteng sebelah timur laut atau Jokteng Lor Wetan yang menjadi jalan umum, sejarahnya terputus karena di masa lalu diledakkan penjajah.

"Revitalisasi beteng di sisi timur laut butuh waktu lebih lama karena harus ada relokasi penduduk," ujar Gatot.

Penduduk yang ada di tanah Magersari-tanah milik Keraton- sudah diajak berembug namun masih terdapat 13 kepala keluarga lagi yang perlu direlokasi, “Targetnya revitalisasi ini selesai tahun ini juga," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Revitalisasi beteng sendiri tak hanya berhenti di pengerjaan menyambung bagian terputus lantas selesai.

Rencananya revitalisasi akan dilanjutkan dengan pembenahan parit atau elemen-elemen yang dulunya turut mengitari beteng, termasuk gapura, “Tapi saat ini fokusnya merevitaliasi beteng terlebih dahulu, mengedepankan lima akses (pintu) itu dulu,” ujar Gatot. Peserta kirab dari Pasar Beringharjo menari di depan gapura beteng keraton pada gelaran acara Kirab Pasar memperingati HUT Kota Yogya ke-259, Ngasem, Yogyakarta, 4 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga

Selain merevitalisasi beteng, penataan Alun-Alun Utara juga akan digarap. Rencananya untuk Alun Alun Utara akan dikurangi elemen batu dan dikembalikan ke tanah sebagaimana aslinya. Namun, ujar Gatot, yang mengerjakan revitalisasi Alun Alun Utara nanti pihak keraton.

Melansir laman resmi Keraton Yogyakarta, kratonjogja.id, beteng Keraton ini berfungsi sebagai tembok pertahanan keraton saat melawan penjajah. Benteng ini menjadi tembok lapis terluar yang mengelilingi Keraton Yogyakarta. Sebab, pada dasarnya, Keraton Yogyakarta memiliki dua lapis tembok.

Lapisan dalam berupa tembok cepuri yang mengelilingi kedhaton, atau kawasan keraton. Tembok berikutnya jauh lebih luas dan kuat, disebut dengan tembok Baluwarti, yang memiliki kesamaan bunyi dengan kata baluarte dari Bahasa Portugis yang juga berarti benteng. 

Selain kedhaton, tembok Baluwarti juga melingkupi kawasan tempat tinggal kerabat Sultan dan pemukiman Abdi Dalem, area yang kini sering disebut sebagai kawasan Jeron Beteng.

Beteng Baluwarti keraton ini dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan selesai pada era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Fungsinya adalah sebagai pertahanan dari serangan yang dilakukan oleh penjajah. Satu kesatuan beteng itu sendiri dulunya terdiri dari lima buah pintu sebagai akses atau yang dikenal dengan plengkung dan dikelilingi oleh empat bastion pada empat sudut beteng.

Plengkung tersebut antara lain Plengkung Tarunasura (Wijilan), Plengkung Nirbaya (Gadhing), Plengkung Jagasura, Plengkung Jagabaya, dan Plengkung Madyasura/Tambakbaya (Plengkung Bunthet).

Saat ini, hanya dua dari lima plengkung tersebut yang masih dapat dilihat keberadaannya yakni Plengkung Tarunsura dan Plengkung Nirbaya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

15 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

16 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

30 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

45 hari lalu

Serah terima uborampe atau sesaji mengawali Tradisi Labuhan Merapi di Kecamatan Cangkringan Sleman Minggu (11/2). Dok. Istimewa
Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

46 hari lalu

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

50 hari lalu

Putra capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo, Alam Ganjar menyambangi Keraton Yogyakarta Selasa 6 Februari 2024. TEMPO| Pribadi Wicaksono.
Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.


Jokowi Bertemu Sultan HB X, Ganjar Bilang Semoga Dapat Pesan Indonesia Harus Dikelola dengan Baik

28 Januari 2024

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat menghadiri Hajatan Rakyat Cirebon di Stadion Bima, Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu 27 Januari 2024. ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas
Jokowi Bertemu Sultan HB X, Ganjar Bilang Semoga Dapat Pesan Indonesia Harus Dikelola dengan Baik

Ganjar Pranowo tidak mempersoalkan pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.


Beda dengan Para Capres, Jokowi Ditemui Sultan HB X di Keraton Yogya

28 Januari 2024

Pintu gerbang Keraton Kilen Yogyakarta ditutup saat Presiden Jokowi bertemu Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Keraton Kilen Yogyakarta Minggu (28/1). Tempo/Pribadi Wicaksono
Beda dengan Para Capres, Jokowi Ditemui Sultan HB X di Keraton Yogya

Jokowi ditemui Sultan HB X di kediaman Sultan di Keraton Kilen Yogyakarta.


Jokowi Temui Sultan HB X, Jubir Keraton Minta Tak Dinarasikan yang Tidak-tidak

28 Januari 2024

Presiden Jokowi meninggalkan Keraton Kilen Yogyakarta usai melakukan pertemuan tertutup dengan Raja Keraton Sultan HB X. Tempo/Pribadi Wicaksono
Jokowi Temui Sultan HB X, Jubir Keraton Minta Tak Dinarasikan yang Tidak-tidak

Pertemuan Jokowi dan Sultan HB X selama satu jam itu berlangsung tertutup.