Tiba di Katong, Yu menunjukkan sebuah kios jajanan pasar tradisional bernama Rumah Kim Choo. Gerai ini menjual beragam makanan peranakan, seperti kuecang, lapis, putu, dan dadar gulung. Gerai Rumah Kim Choo berada di kompleks pertokoan Katong. Bagi yang menonton film Crazy Rich Asians, pasti ingat tokoh semi-antagonis Michelle Yoh berjalan di koridor pertokoan Cina yang autentik. Nah, di sinilah tempatnya.
Tak lama-lama berada di Katong, tur dilanjutkan menuju kompleks mewah selanjutnya, yakni Singapore River yang lokasinya berhadap-hadapan dengan Fullerton Hotel. Sungai ini menandai awal peradaban Singapura. Di tengah sungai ini terbentang sebuah jembatan yang dulunya merupakan suspension bridge. Di jembatan ini, turis-turis biasa berfoto berlatar gedung-gedung mewah dan kapal yang melintas di sungai.
Dalam film gubahan Chu, kapal bermata ikan ini menggambarkan ikon Singapura yang lekat dengan kehidupan maritim pada tempo dulu. Kapal berwarna hijau muncul sebagai ikon, yang menggambarkan kehidupan negeri Singa dari sudut pandang lain.
Konon, menurut Yu, kapal berwarna hijau dengan gambar mata ikan itu sarat makna. Pembuatnya memaksudkan kapal itu mesti siap menghapi rintangan apa pun yang muncul. Para turis bisa menikmati secuplik Singapura dengan menunggang kapal ini dengan membeli tiket.
Bila malas mengantre, turis bisa membeli tiket menyusuri sungai dengan Singapore Cruise bermesin listrik melalui aplikasi Agoda. Bernama “Singapore River Cruise E-ticket”, tiket naik kapal ini dijual seharga S$17,43 atau setara dengan Rp170.000-an. Saat menunggang kapal itu, wisatawan diajak menjalau kawasan Fullerton Hotel, Marina Bay Sands, Marlion Park, hingga Victoria Building dengan durasi lebih kurang 45 menit.
Sungai di sepanjang selatan Singapura ini tampak benar-benar bersih. Airnya bening dan tidak berbau. Dulunya, sungai ini pernah jorok karena orang-orang Singapura yang berjualan di mulut sungai membuang sampah ke air. Namun, pemerintah melakukan tindakan tegas dengan merevitalisasi habis-habisan.
Walhasil, seperti sekarang, Singapore River menjadi tempat yang sangat nyaman. Mungkinkan sungai di Jakarta disulap sebersih dan sewangi Singapore River?
Cruise di Singapore River yang mengantar turis berkeliling di kawasan Marina Bay Sands hingga Victoria Building. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Puas menyusuri sungai yang bernilai sejarah tinggi, perjalanan selanjutnya adalah Fullerton Hotel untuk memecah penasaran. Di muka hotel, tamu akan disambut sebuah bangunan mirip kerajaan di Eropa yang menghadap langsung ke mulut sungai.
Di depan bangunan itu terbentang beberapa tiang bendera. Kata Yu, pihak hotel mengganti bendera di hotel itu saban hari. “Bendera yang dipasang berasal dari beragam negara, ini untuk menghormati tamu-tamu yang datang dari banyak negara,” ujarnya. Namun, karena saat itu berdekatan dengan hari kemerdekaan Singapura, pihak hotel pun memasang bendera negeri singa.
Menapaki sisi dalam hotel, amatan lagi-lagi dibuat takjub. Hotel beratap tinggi itu mempunyai interior yang sangat mewah. Menariknya, dulu kala hotel ini merupakan kantor pos pertama di Singapura sekaligus menandai titik nol kilometer negara itu.
Masih terpampang jelas kotak pos yang tingginya hampir 2 meter berwarna merah menyala. Di situ, pengunjung bisa mengirim kartu pos untuk siapa pun, ke negara mana pun. Di sana tersedia kartu-kartu pos yang secara gratis bisa dimanfaatkan oleh turis untuk mengirim selembar “halo” dari Singapura kepada para kerabatnya.
Syaratnya, turis tinggal membawa prangko. Setelah itu, kartu diberi stempel, dan dimasukkan ke kotak. Kartu pun siap meluncur.
Kemewahan Fullerton Hotel tak sampai di situ. Di basement hotel, TEMPO diajak menilik deretan mobil klasik keluaran Inggris, Rolls Royce, terparkir. Setidaknya ada tiga mobil dengan tahun keluaran berbeda-beda. Mobil ini digunakan untuk menjemput tetamu hotel dari dan menuju bandara.
Di film Crazy Rich Asians, mobil ini muncul dengan lambang kemewahannya. Salah satu yang digunakan dalam film itu muasalnya pun dari Fullerton Hotel ini. Siap berkeliling Singapura dengan mobilnya para crazy rich?
Menuju matahari tenggelam, TEMPO tak lama-lama berada di hotel. Seperti akhir film itu, menikmati Marina Bay Sands dari balik Merlion Parks adalah ide menarik. Disambut langit yang biru jernih, sore itu hampir sempurna. Di balik bangunan ikonik negeri singa, tur itu ditutup dengan canda renyah bersama orang-orang lokal yang menikmati kota pada sore hari.
Tapi tunggu, kok banyak terdengar orang berbahasa Indonesia? Oh tentu saja, Marlion Park adalah tempat wajib orang Indonesia berfoto kalau berkunjung ke Singapura.