Bangunan tersebut sempat vakum pada 1940-an lantaran terimbas bom. Kala itu, Perang Dunia II pecah. Belakangan, kompleks Chijmes mengalami renovasi dan kembali dimanfaatkan sebagai ruang publik. Saat ini, bangunan utama Chijmes lebih kerap dimanfaatkan untuk pesta pernikahan para “crazy rich Singapore”. Harga sewanya tampak mahal—dan biasanya orang yang menikah di Chijmes bukan berasal dari kalangan biasa.
Bagi turis, Chijmes adalah ruang foto yang ideal. Arsitektur khas Katedral dengan lekukan atap yang neo-Gothic membuat pengunjung seolah berada di zaman 1700-an. Unik dan sangat arsty. Saat Tempo berkunjung, gedung itu tengah disiapkan untuk pesta pernikahan sehingga tak dapat leluasa menyusuri bangunan utama.
Di bagian belakang gedung utama Chijmes, kini dibangun deretan restoran dengan ragam menu berbeda. Ada menu Eropa, Jepang, Asia, dan Cin. Tentu saja orang-orang yang makan di restoran ini juga termasuk golongan “rich” karena harga menu yang disajikan tak main-main. Bagi turis yang sudah jauh-jauh datang, bolehlah sesekali menjajal. Mengeluarkan kocek sedikit lebih banyak rasanya tak sia-sia karena: “kapan lagi makan dengan pemandangan bangunan yang fantastis.”
Penampakan kamar suites Raffles Hotel di Singapura yang megah. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Atawa, bagi yang ingin bersantai, Chijmes kini menyediakan ruang terbuka hijau. Taman kecil ini terletak di antara restoran dan gedung utama katedral. Di sana, belasan bean bag teronggok. Wisatawan bisa duduk-duduk santai, membaca buku, atau sekadar berfoto layaknya seorang “crazy rich”.
Beranjak dari Chijmes, Yu mengajak menyambangi Raffles Hotel. Lokasi Raffles Hotel bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Chijmes karena masih berada di kompleks jalan yang sama. Dalam film Crazy Rich Asians, hotel ini merupakan tempat menginap dua tokoh utama, Rachel Chu dan Nick Young.
Raffles hotel konon menjadi bangunan bersejarah di Singapura yang eksis sejak 1887. Bangunan hotel ini bergaya kolonial dan sampai saat ini arsitekturnya sama sekali tidak berubah. Nama hotel Raffles diambil dari nama akhir pendiri Singapura, Thomas Stamford Raffles. Sesuai namanya, hotel ini adalah bangunan peninggalan sang tokoh. Penghargaan terhadap Raffles pun ditunjukkan dengan diletakannya patung kecil tokoh itu di tengah kompleks hotel.
Menyusuri Hotel Raffles, mulut tak bisa berhenti berdecak. Semua lantai bangunan ini terbuat dari marmer murni. Arsitekturnya detail dengan bahan-bahan furnitur kelas premium.
Hotel memiliki sekitar 22 kamar dengan harga sewa mencapai Rp 140-an juta per malam. Tentu saja orang yang menginap berasal dari golongan tertentu. Namun, ada pula kamar standar yang harga menginap per malamnya menurut situs Agoda dipatok Rp 9 jutaan.
Di sisi lain hotel, tepatnya di lantai dua, terdapat sebuah bar bergaya kolonial bernama Long Bar. Di sini, pengunjung dapat menjajal alkohol atau rum yang diracik dengan mesin manual. Sambil menyeruput segelas alkohol, amatan akan dimanjakan dengan interior yang serba kuno; seperti kipas angin berbaling satu yang umum berada di bar-bar Belanda tempo dulu. Ada pula drum-drum anggur yang diposisikan acak dan berfungsi sebagai pemanis ruangan.
Hotel Raffles juga menyediakan butik yang menjual beragam aksesoris. Bernama The Gift Shop, barang-barang yang ditawarkan di etalase memang aksesoris yang cocok dibeli untuk oleh-oleh. Harga cenderamata di sini tentu saja berlipat lebih mahal ketimbang di Bugis Street, Little India, atau China Town. Namun, barang-barang yang dipajang sudah pasti berkualitas high premium.