TEMPO.CO, Jakarta - Berlibur bersama keluarga kian digemari untuk mengisi waktu luang. Bepergian bermanfaat pula bagi anak-anak untuk mengenal lingkungan serta suasana yang baru.
Tapi mengajak anak-anak berlibur dengan perjalanan jauh butuh pula persiapan, "Kalau perjalanan jauh, orang tua harus memastikan fisik anak-anak sehat," katanya psikolog Ratih Ibrahim pendiri Personal Growth-Counseling & People Development.
Ia menjelaskan bila anak-anak dalam kondisi yang tidak nyaman akan mudah rewel. Bila bepergian jauh dengan jarak tempuhlama, misalnya menggunakan kereta, maka harus membawa perlengkapan sesuai dengan usia anak.
"Bisa membawa bantalnya, mainan, buku dongeng, makanan kesukaannya jadi enggak semata-mata anaknya dikasih gadget saja," tuturnya. Menurut dia hal tersebut perlu karena hal yang perlu diantisipasi agar anak-anak tidak jenuh dalam perjalanan.
Dua anak wisatawan asing membaca buku saat menunggu jadwal penerbangan di Bandara Internasional Lombok. AP/Firdia Lisnawati
"Kalau bosan, capek, anak akan rewel," ujarnya. "Orang tua mengajak anak traveling itu malah dianjurkan, supaya membuat anak tumbuh jiwanya kaya dan luas perspektifnya."
Namun di luar perbekalan, orang tua juga perlu memberi pemahaman tentang perjalanan pada anak. Ratih menjelaskan, pemahaman itu bisa ihwal waktu tempuh dan aktivitas yang bisa dilakukan, misalnya saat dalam transportasi umum.
"Anaknya dikasih tahu akan berapa lama perjalanan. Anak juga harus diajarkan berperilaku di tempat umum termasuk dalam transportasi," tuturnya. Ia menambahkan bahwa bila anak bosan, kemudian rewel, maka orang tua bisa bersikap untuk mengajak bermain atau bercerita.
"Kalau anak rewel, ditenangkan, dan perlu ditegur. Tapi yang paling penting semakin kecil anak bukan dimarahi, tapi dibujuk," katanya.
Ratih menjelaskan bahwa sikap orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak yang sedang rewel. "Orang tua harus mengerti, anak-anak enggak usah dimarahi, tapi dengan empati pada anak saja sudah cukup."