Gubernur jenderal dari Jepang yang bertugas di Taiwan kala itu, Sakuma Samata, yang ingin menguasai daerah pegunungan Hualien untuk mengeksploitasi sumber daya alam seperti mineral dan kayu, gemas akan perlawanan suku Truku. Pasukan ia kerahkan. "Karena hanya suku Truku yang tak menurut perintah mereka," ujarnya.
Sakuma Samata mengirimkan 20 ribu tentara untuk menundukkan Truku pada 1914. Penduduk Truku kala itu berkisar 8.000 orang. Dari jumlah tersebut, cuma 3.000 yang berangkat perang. Orang Truku mampu bertahan selama 74 hari di pegunungan, sampai akhirnya semua dibantai oleh tentara. "Semuanya gugur karena kalah jumlah," tutur Zheng.
Upaya Jepang melemahkan Truku berlanjut dengan memberikan arak dan memecah belah orang-orang di antara mereka. “Mereka juga meminta kami untuk menghentikan kebiasaan berburu dan menato wajah karena dianggap kurang berpendidikan,” kata Dadao seorang Suku Truku. Hanya sebagian kecil penduduk Truku yang melanjutkan warisan leluhur tersebut. Dadao tak mengikuti tradisi itu.
Jepang pergi setelah kalah dalam Perang Dunia II pada 1945. Pemerintah Taiwan kemudian menetapkan kawasan Taroko, yang mencakup lebih dari 92 ribu hektare, sebagai taman nasional pada 28 November l986 guna melindungi alam, peninggalan bersejarah, margasatwa; serta melestarikan sumber daya alam dan tempat penelitian.
Suku Truku memiliki kesamaan dengan Suku Dayak di Indonesia. Hidup dari berburu dan memiliki tradisi memenggal kepala. Foto: Dmtip.gov.tw
Sebelum penetapan itu, orang Truku diminta pindah dari kawasan. Mereka tinggal di pinggir-pinggir pegunungan di sekitar taman nasional. “Pekerja di hotel ini semuanya orang Truku. Ada yang mesti berjalan kaki 1,5 jam, mendaki dua gunung untuk sampai ke sini,” kata Zheng.
Mereka juga diminta untuk berhenti berburu di taman nasional. Orang-orang Truku diminta bekerja di pabrik, seperti orang Taiwan lain. Tapi, karena mereka tak pernah bekerja seperti itu, mereka sering mengalami kecelakaan kerja. Akhirnya mereka malas berangkat dan mulai meminum arak.
Kondisi mereka diperparah ketika angin topan muncul. Samudra Pasifik mengirimkan angin topan ke Pulau Taiwan rutin setiap tahun, biasanya sekitar Juli sampai Oktober. Rumah mereka yang terbuat dari kayu beterbangan. Mereka tak punya tempat tinggal, juga pekerjaan.