TEMPO.CO, Mataram - Wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Pegunungan Tambora (Samota) akan diresmikan sebagai salah satu cagar biosfer sekaligus menjadi bagian dari jaringan dunia untuk cagar biosfer. Peresmian akan dilakukan dalam agenda The International Coordinating Council Of The Man, And The Biosphere Programme, UNESCO di Paris, Prancis, pada 17 sampai 21 Juni 2019.
Baca: Indonesia Usulkan 3 Taman Nasional Ini Jadi Cagar Biosfer Dunia
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) punya beberapa alasan untuk mendorong wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Pegunungan Tambora, sebagai cagar biosfer. Pertama, tiga tempat itu berada di antara bukit dan pegunungan yang di dalamnya terdapat berbagai flora dan fauna yang dilindungi. Tiga titik itu juga merupakan lokasi dari Gunung Tambora yang diketahui pernah menjadi salah satu erupsi volcano terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Kedua, deklarasi Samota menjadi cagar biosfer diharapkan dapat memfasilitasi dan mempercepat pemerintah daerah dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan atau SDGs di daerah masing-masing. Ketiga, dengan dideklarasikannya Samota sebagai cagar biosfer, akan memberikan manfaat bagi NTB dalam melindungi sumber alam dan mempercepat kesejateraan ekonomi dan sosial di provinsi tersebut
Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov NTB, Najamuddin Azmy mengatakan kawasan Gunung Rinjani dan Samota akan menjadi tuan rumah 13rd South East Biosphere Reserve Network tahun depan. "Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB dengan mendatangkan pengunjung dan upaya memperbaiki kondisi di daerah," kata Najamuddin Azmy di kantornya, Jumat 14 Juni 2019.
Saat ini, ada sejumlah wilayah yang sudah ditetapkan sebagai cagar biosfer di Indonesia. Wilayah itu antara lain Gunung Leuser, Pulau Siberut, Lore Lindu, Pulau Komodo, Gunung Gede Pangrango, Tanjung Putting, Giam Siak, Taman Laut Wakatobi, Bromo - Semeru - Tengger - Arjuno, Taka Bonerate, Blambangan, Berbak Sembilang, Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu, Rinjani, Lore Rindu dan Samota. Dua wilayah terakhir akan dideklarasikan tahun 2019 di Paris, Prancis.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Sitti Rohmi Djalilah bersama jajaran pejabat Pemprov NTB akan memenuhi undangan pendeklarasian tersebut. "Kami menyambut baik penghargaan dan amanah yang diberikan oleh PBB-UNESCO tersebut," katanya.
Baca juga: Kisah BKSDA Riau Musnahkan Kebun Sawit Ilegal di Cagar Biosfer
Keberhasilan dalam mendorong penetapan Samota sebagai cagar biosfer ini bermula dari dukungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Komite Program Nasional MAB chapter Indonesia, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Dompu, Bima, dan Sumbawa. Ada pula andil dari komunitas lokal dan berbagai elemen masyarakat di tiga wilayah tersebut.