Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wisata Sejarah Masjid yang Diparuh untuk Yogyakarta dan Surakarta

image-gnews
Masjid Gede Mataram Kotagede yang dibangun Raja Mataram I Panembahan Senopati di Kotagede, Bantul, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Masjid Gede Mataram Kotagede yang dibangun Raja Mataram I Panembahan Senopati di Kotagede, Bantul, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Bantul - Masjid Gede Mataram di Kotagede, Bantul, Yogyakarta, memiliki sejarah yang panjang dalam urusan kepemilikan dan pengurusannya. Masjid yang berdampingan dengan makam raja-raja Mataram di Kotagede itu pernah dikelola para abdi dalem dari dua keraton, yaitu Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.

Baca: Benda Kuno di Masjid Kauman Bantul: Batu Hitam dan Jam Bencet

Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta memang menjadi pewaris masjid tersebut. Pembagian juga berlaku untuk pengurusan makam. Pengurusan bersama untuk masjid dan makam itu berlaku seusai Perjanjian Giyanti.

Perjanjian Giyanti yang disepakati pada 13 Februari 1755 membagi kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. "Sebelum Perjanjian Giyanti, masjid ini bernama Masjid Senopaten karena milik Panembahan Senopati (Raja Mataram I)," kata Warisman, Kepala Bagian Rumah Tangga Takmir Masjid Gede Mataram Kotagede, saat ditemui Tempo di kantor sekretariat masjid, Senin 20 Mei 2019.

Ketika masjid itu masih dikelola bersama, pihak Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta membedakan wilayah pengurusan masing-masing dengan membagi masjid menjadi dua bagian. Sisi selatan diurus abdi dalem Keraton Surakarta dan sisi utara oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Pembagian wilayahnya dilakukan mulai dari ujung gapura masuk hingga ke mihrab atau tempat imam. "Pembagiannya hanya simbolik saja, bukan benar-benar dipisah bangunannya," kata Warisman. Pembagian dari titik masjid dan makam merembet pada perbedaan nama wilayah di Kotagede. Sisi utara disebut Kotagede Yogyakarta, sedangkan sisi selatan disebut Kotagede Surakarta.

Baca juga: Asyik Ngabuburit di Masjid Ini, Tunggu Buka Puasa Sambil Dipijat

Sekarang Masjid Gede Mataram hanya dikelola oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta  dengan dibantu masyarakat sekitar. Adapun wilayah makam tetap diurus oleh abdi dalem dari dua keraton. "Masjid sekarang diurus oleh takmir sebagaimana masjid lainnya," kata Warisman tanpa tahu kapan tepatnya pengurusan itu dilimpahkan kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada 50 orang yang bergabung dalam takmir masjid, meliputi 13 abdi dalem Keraton Yogyakarta dan sisanya adalah penduduk setempat. Warisman adalah abdi dalem yang memiliki nama resmi pemberian keraton, yakni Mas Penewu Rekso Laksono.

Pria 64 tahun itu dilantik menjadi abdi dalem oleh adik Sultan Hamengku Buwono X, yaitu almarhum Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo. Para abdi dalem ini mengurus segala kebutuhan keraton secara turun-temurun.

Warisman menceritakan, sebelum melibatkan masyarakat sekitar sebagai anggota takmir masjid alias hanya dikelola oleh para abdi dalem, jemaah Masjid Gede Mataram terbilang sedikit. Akhirnya pihak Keraton Yogyakarta berembuk dengan perwakilan pemerintah Kabupaten Bantul dan imam masjid yang saat itu dijabat oleh Mbah Khambali.

Simak: Masjid Babul Firdaus, Tempat Para Raja Bikin Taktik Lawan Belanda

Dari pertemuan dengan tiga pihak tadi disepakati prinsip masjid sebagai tempat ibadah kembali ditegakkan. "Semua tujuannya satu: memakmurkan masjid," kata Warisman. Mbah Khambali mengingatkan agar mengembalikan fungsi masjid sebagaimana ajaran Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam.

Ajarannya adalah habluminnallah berupa aktivitas di dalam masjid dan habluminnannas di luar masjid. Untuk ibadah di dalam masjid berupa salat harian, yaitu salat lima waktu, kemudian salat mingguan yaitu salat Jumat, dan salat tahunan berupa salat Idul Adha dan Idul Fitri. Sedangkan ibadah di luar masjid dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi jemaah.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

10 jam lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

Pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menyambangi Kota Yogyakarta selama 10 hari libur Lebaran, 5-15 April 2024 totalnya bekisar 277 ribu lebih wisatawan.


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

22 jam lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

1 hari lalu

Tersangka mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto saat mencoblos di TPS 901 di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. KPK berkerjasama dengan KPU Provinsi DKI  Jakarta memberikan fasilitas bagi 75 tahanan korupsi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

KPK kembali menetapkan bekas pejabat Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana pencucian uang atau TPPU.


Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

1 hari lalu

Bus jurusan Yogyakarta - Pati terbakar di Ring Road Barat Sleman Yogyakarta pada Kamis (18/4). Dok. Istimewa
Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

Temuan sementara kepolisian, komponen yang pertama kali terbakar dari bus itu diduga di bagian mesin.


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

1 hari lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

1 hari lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

1 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

2 hari lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

Okupansi rata-rata hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini meleset dari target 90 persen, hanya berkisar 80-an persen.