TEMPO.CO, Lubeck, Jerman - Dalam sebuah kunjungan ke Warsawa, Polandia pada 7 Desember 1970, Kanselir Jerman Barat, Willy Brandt berkunjung ke Monumen Pemberontakan Ghetto. Di depan sebuah karangan bunga, Brandt berlutut depan monumen tersebut, memohon maaf atas kelakuan Nazi di masa lalu.
Langkah politik Brandt, yang belakangan dikenal sebagai Ostpolitik, merupakan upaya untuk mendekati Blok Timur pada era Perang Dingin. Setahun kemudian, upaya Brandt untuk memulai rekonsiliasi pasca-Perang Dunia II mendapat anugerah Nobel Perdamaian.
Kira-kira inilah yang ingin diceritakan dalam kunjungan saya ke Willy Brandt Haus di Lübeck pada akhir April 2019. Perjalanan hidup Brandt diabadikan lewat museum Willy Brandt Haus. Willy Brandt Haus terletak di kawasan pusat kota Lübeck.
Di kota ini, Brandt lahir pada 18 Desember 1913 dengan nama Herbert Ernst Karl Frahm. Lübeck terletak di negara bagian Schleswig-Holstein, bagian utara Jerman. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Denmark bagian selatan. Lübeck merupakan kota terbesar kedua setelah Kiel. Kota ini berjarak satu jam perjalanan dari Hamburg dengan mengendari mobil atau 45 menit naik kereta api.
Museum Willy Brandt Haus didirikan pada 1994 oleh Federal Chancellor Willy Brandt Foundation. Selain mengelola museum ini, organisasi tersebut juga mengelola Forum Willy Brandt Berlin. Selain museum, semangat perdamaian Brandt juga dihadirkan lewat berbagai eksibisi yang berlangsung sepanjang tahun di museum ini.
Willy Brandt. Wikipedia
Pengunjung bisa masuk ke museum Willy Brandt Haus dengan gratis. Hanya saja, jika ingin ditemani oleh pemandu mesti membuat janji secara berkelompok terlebih dulu. Museum ini beroperasi setiap hari dari pukul 11.00 sampai 18.00.
Museum Willy Brandt Haus menceritakan masa kecil Brandt hingga kehidupan politiknya melalui berbagai dokumen, foto, video, dan rekaman suara. Pada usia 16 tahun, Brandt bergabung dengan Social Democratic Party di Jerman.
Tiga tahun kemudian dia menjadi eksil di Norwegia dan bekerja sebagai wartawan. Dengan profesinya ini, Brandt mulai melancarkan propaganda anti-Nazi. Akibatnya, pemerintahan Nazi yang dipimpin Adolf Hitler mencabut kewarganegaraannya pada 1938.
Ketika Jerman menginvasi Norwegia pada masa Perang Dunia II, Brandt mencari suaka ke Swedia, tinggal di Stockholm untuk melanjutkan perlawanannya pada kediktatoran Hitler. Pada 1945-1946, dia kembali ke Jerman dan bekerja sebagai koresponden untuk koran Scandinavian.
Baca juga: Menikmati Sejarah The Beatles di Liverpool
Setahun kemudian, dia menjadi press officer untuk Norwegian Mission di Berlin. Pada 1948, Brandt meninggalkan dunia jurnalistik dan memulai karir politiknya dengan menjadi anggota parlemen Berlin melalui Social Democratic Party.
Setelah itu, karir politik Brandt melesat. Dia menjadi Ketua Social Democratic Party sejak 1964 hingga 1987. Pada 1966, dia ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri Jerman dan belakangan menjadi Wakil Kanselir Jerman. Pada 1969, dia menjadi Kanselir Jerman Barat. Salah satu misinya selama memimpin Jerman adalah mempromosikan integrasi Eropa dan memperkenalkan model politik baru antara Jerman dengan kawasan Eropa Timur.
Pada tahun-tahun itulah Brandt memulai rekonsiliasi dengan sejumlah negara di Eropa Timur. Sebagai kanselir, Brandt meneken traktat anti nuklir dan memulai perjanjian damai dengan Uni Soviet dan Polandia. Lewat sebuah perjanjian dengan Polandia, Brandt mempermudah kunjungan warga dua negara tersebut untuk mengunjungi sanak keluarga yang tercerai berai usai Perang Dunia II. "Kita membutuhkan perdamaian bukan hanya untuk meniadakan kekerasan, tetapi juga sebagai dasar kerjasama," kata Brandt dalam Nobel Lecture pada 11 Desember 1971.
Museum Willy Brandt Haus di Lubeck, Jerman. TEMPO | Wayan Agus Purnomo
Di internal Jerman, langkah politik Brandt melalui Ostpolitik menuai kontroversi karena ingin mempererat kerjasama antara Jerman Barat dan Jerman Timur, termasuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan Soviet dan Polandia.
Media Jerman, Der Spiegel membuat survei untuk mengetahui pendapat masyarakat Jerman atas langkah Brandt berlutut di Warsawa. Hasilnya, 41 persen responden menyetujui tindakan itu. Namun, lebih banyak responden yang tidak sepakat. Majalah Time menobatkan Brandt sebagai “Man of the Year” atas tindakannya tadi.
Pada April 1974, seorang asisten pribadi Brandt ditangkap karena melakukan kegiatan spionase di Jerman Timur. Beberapa bulan berikutnya, Brandt mundur dari jabatannya atas tindakan asistennya tersebut. Namun, Brandt tetap melanjutkan karir politik di luar Jerman. Dia menjadi anggota parlemen Eropa sejak 1979 hingga 1983. Dia juga tetap memimpin Social Democratic Party hingga 1987. Lima tahun kemudian, Brandt meninggal di Bonn akibat menderita kanker.
Ketika saya datang pada akhir April 2019, pengelola museum sedang melatih beberapa pemandu baru untuk memperkenalkan isi museum. Saya mengikuti satu kelompok tur dan yang dipandu dengan bahasa Jerman. Penerima tamu mengatakan, pengelola bisa menyediakan pemandu dalam bahasa Inggris asalkan pengunjung datang secara berkelompok dan membuat janji lebih dulu. Selain menampilkan foto-foto, dokumen dan video perjalanan hidup dan politik Brandt, museum ini juga menyuguhkan diorama tentang masa perang dunia hingga pembangunan Jerman pasca perang.