Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beda Sadranan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan Surakarta

image-gnews
Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah ritual dilakukan di sebagian daerah Pulau Jawa menjelang bulan puasa Ramadan. Salah satunya adalah tradisi sadranan atau nyadran, yaitu bersih-bersih makam. Tak hanya tempat pemakaman umum, makam para raja di Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta juga dibersihkan. Ritual nyadran di makam raja ini berbeda dari makam pada umumnya.

Baca: Populer, Inilah Rizky, Abdi Dalem Cilik dari Keraton Yogyakarta

Di makam Raja-raja Mataram Kotagede, Yogyakarta terdapat makam raja pertama Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati dan makam ayahnya yang menjadi pendiri Kerajaan Mataram Islam, Ki Ageng Pemanahan. Ada pula makam anak Raja Mataram Islam Panembahan Senopati, Panembahan Hanyakrawati; makam Sultan Hamengku Buwono II; dan makam Sultan Pajang Hadiwijaya yang memberi hadiah Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan.

Sebelum memulai tradisi sadranan, para abdi dalem berbaris di depan kompleks makam Raja Mataram dengan mengenakan beskap biru dan berkain jarit. Mereka berbaris dua-dua menuju Masjid Agung Kotagede. Mereka membawa aneka ubarampe yang diletakkan di atas nampan yang ditutup kain merah. Ada pula yang berisi sesaji makanan, seperti ingkung.

Sampai di Masjid Agung Kotagede, semua ubarampe itu diletakkan di lantai masjid. Para abdi dalem kemudian duduk berbanjar untuk berdoa bersama. “Ini barisan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta,” kata Arta, anggota Paksi Katon yang mengawal barisan abdi dalem tersebut.

Sementara sadranan yang dilakukan abdi dalem Keraton Kasultanan Yogyakarta dilakukan esok harinya. Sadranan abdi dalem Keraton Yogyakarta biasanya tidak hanya dilakukan di Kompleks Makam Kotagede. Abdi dalem Keraton Yogyakarta melanjutkan tradisi nyadran ke Makam Hastorenggo yang merupakan pemakaman keturunan Sultan Hamengku Buwono VIII. Lokasinya di selatan Makam Raja-raja Mataram Kotagede. Di sana terdapat makam adik Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendara Pangeran Haryo Joyokusumo.

Kehadiran dua kelompok abdi dalem dari dua kerajaan yang berbedahanya ditemukan di kawasan Makam dan Masjid Kotagede. Musababnya, kawasan tersebut merupakan lokasi pertama didirikannya Kerajaan Mataram Islam yang menjadi cikal bakal Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta yang masih berdiri hingga kini.

Baca juga: Aktif di Usia Senja, Intip Semangat Abdi Dalem Keraton Yogya Ini

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kerajaan Mataram Islam pecah menjadi dua, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Perpecahan wilayah itu tertuang dalam Perjanjian Giyanti di masa Pakubuwono III pada 13 Februari 1755. Dengan adanya dua kerajaan ini, maka masing-masing kerajaan punya karakteristik berbeda.

Pemandu wisata dari Jelajah Pusaka Kotagede, David Nugroho menjelaskan perbedaan karakter antara abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan abdi dalem Keraton Surakarta. "Pertama, bisa dilihat dari deretan rumah-rumah tempat tinggal para abdi dalem," kata David Nugroho.

Rumah-rumah para abdi dalem berderet saling berhadapan dan berbanjar ke timur di depan gapura menuju Kompleks Masjid Agung Ktagede yang dibelah jalan. Setiap deretan rumah dihuni terpisah sisi kiri dan kanan antara abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan abdi dalem Keraton Surakarta.

Sebuah situs Tugu Jam di halaman Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, yang dibuat oleh Sunan Pakubuwono X untuk menandai kawasan makam dan masjid Kootagede tidak hanya dimilik Keraton Yogyakarta, tetapi juga Surakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Kedua, tugu jam. Tugu setinggi sekitar 2 meter berada di pelataran Masjid Agung Kotagede. Tugu jam itu dibangun oleh Raja Keraton Surakarta, Sunan Paku Buwono X. Tugu jam ini menjadi penanda, meski masjid dan makam berada di wilayah Keraton Yogyakarta, tapi Keraton Surakarta juga mempunyai hak di sana.

Andil dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terlihat dari bentuk pagar masjid. Pagar di sisi utara menggunakan ornamen bulat, sedangkan ornamen pada pagar di sisi selatan berbentuk lonjong. “Seolah menyatakan ini dibuat berdua, bukan hanya Keraton Yogyakarta, tapi juga keraton Surakarta,” kata David Nugroho.

Artikel lainnya: Wisata Sejarah, Teka-teki Letak Kerajaan Mataram di Kotagede

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10 Tempat Wisata Paling Populer di Indonesia Versi Tripadvisor

21 jam lalu

Pura Luhur Uluwatu, Bali. shutterstock.com
10 Tempat Wisata Paling Populer di Indonesia Versi Tripadvisor

Berikut ini Deretan daftar tempat wisata paling populer di Indonesia versi Tripadvisor, didominasi oleh objek wisata di Bali.


Deretan Destinasi Wisata Terfavorit di 3 Provinsi Selama Libur Lebaran, Apa Saja?

22 jam lalu

Bhikhu berdoa bersama saat perayaan hari raya Magha Puja 2024 di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu 8 Maret 2024. Hari raya Magha Puja diperingati setiap bulan purnama di bulan ketiga kalender Buddha untuk mengenang Sang Buddha saat membabarkan Dharma pentingnya umat menghindari perbuatan jahat, menambah kebajikan, kesucian hati dan pikiran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Deretan Destinasi Wisata Terfavorit di 3 Provinsi Selama Libur Lebaran, Apa Saja?

Kemenparekraf mengungkap destinasi wisata favorit selama libur lebaran.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

4 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Pengguna Commuter Line Tujuan Wisata Mendominasi di H+3 Lebaran, KAI Commuter Imbau Keamanan dan Kenyamanan

5 hari lalu

Sejumlah penumpang berdesakan di dalam gerbong kereta rel listrik (KRL) Commuterline Jabodetabek di Stasiun KA Depok Baru, Depok, Jawa Barat, Senin, 24 April 2023. VP Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylviane Purba menyebutkan kepadatan penumpang KRL Jabodetabek sejak H+1 hingga H+2 Lebaran didominasi pengguna musiman yang memanfaatkan waktu liburnya untuk bersilaturahmi dengan kerabat ataupun berwisata ke sejumlah tempat di Jabodetabek, seperti Kota Tua, Monas, Kebun Raya Bogor, dan sejumlah obyek wisata lainnya. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Pengguna Commuter Line Tujuan Wisata Mendominasi di H+3 Lebaran, KAI Commuter Imbau Keamanan dan Kenyamanan

Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba berujar selama Lebaran volume pengguna commuter line Jabodetabok mendominasi, khususnya pada H+3 Lebaran.


Besok Kawasan Wisata Monas Gelar Special Show Lebaran, Hadirkan Musisi Hingga Komedian

5 hari lalu

Suasana wisata Monumen Nasional (Monas) pada Lebaran hari kedua, Jakarta, Kamis, 11 April 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Besok Kawasan Wisata Monas Gelar Special Show Lebaran, Hadirkan Musisi Hingga Komedian

Selama pekan lebaran khususnya tanggal 13 April 2024, Monas mengadakan special show bagi pengunjung, mulai dari aktor, musisi, dan komedian.


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

5 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Hari Kedua Lebaran, Pantai di Selatan Jabar Mulai Dipadati Wisatawan

6 hari lalu

Pantai Batu Karas Pangandaran (disparbud.jabarprov.go.id)
Hari Kedua Lebaran, Pantai di Selatan Jabar Mulai Dipadati Wisatawan

Pada hari kedua Lebaran 2024, Pantai di wilayah Jawa Barat, mulai dipadati wisatawan.


Hari Kedua Lebaran, BMKG Prediksi Hujan Petir Siang di Sejumlah Lokasi Wisata Jawa Barat

6 hari lalu

Deretan villa berdiri di atas danau buatan di kawasan wisata Dusun Bambu di Situ Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, 22 Februari 2015. Villa-villa tersebut dibuat dengan konsep rumah panggung atau gubuk. TEMPO/Fardi Bestari
Hari Kedua Lebaran, BMKG Prediksi Hujan Petir Siang di Sejumlah Lokasi Wisata Jawa Barat

Kondisi cuaca di sejumlah lokasi wisata di Jawa Barat pada hari kedua Lebaran umumnya cerah berawan pada pagi hari


Di Spanyol, TikTok Digunakan untuk Merencanakan Perjalanan

9 hari lalu

Sejumlah peserta berjoged bersama sambil disiram dengan air menjelang pembukaan Festival San Fermin di Pamplona, Spanyol, 6 Juli 2018. Festival San Fermin juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Spanyol. REUTERS/Susana Vera
Di Spanyol, TikTok Digunakan untuk Merencanakan Perjalanan

TikTok dinilai berperan untuk perencanaan perjalanan, karena banyak orang mengunggah rencana perjalanan, harga, dan yang dilihat di berbagai tempat


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

14 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.