TEMPO.CO, Yogyakarta - Batik adalah salah satu jenis oleh-oleh yang banyak diminati wisatawan saat melancong ke Yogyakarta. Batik bisa dijahit menjadi pakaian, tahan lama, dan memberikan kesan mendalam bagi orang yang menerima.
Baca: Bateeq Gabungkan Lurik dan Batik pada Busana Pria, Begini Jadinya
Namun jika oleh-oleh batik yang diberikan memiliki corak dan warna yang sama, mungkin menjadi kurang istimewa bagi yang menerima. Lantas bagaimana supaya oleh-oleh batik lebih otentik dan tak sama dengan batik yang ada di pasaran?
Seorang perajin batik di Yogyakarta, Yuniati Eka Suraswati menyarankan pengunjung untuk memilih batik yang dibuat berdasarkan pesanan. “Saya mengembangkan motif batik tulis yang lebih menyesuaikan perkembangan zaman. Made by order, sehingga produknya lebih diminati pasar,” ujar Yuniati yang juga pendiri Suraswati Batik, Sabtu 13 April 2019.
Menurut Yuniati, saat ini konsumen lebih suka motif batik bernuansa modern, berwarna cerah, namun tak meninggalkan ciri motif legendaris yang sudah ada. Jika batik-batik halus selama ini cenderung menggunakan warna gelap dan motif tertentu, perempuan yang tinggal di Sewon Bantul, itu memilih mengembangkan gaya kontemporer juga kadang abstrak dengan warna lebih beragam.
Batik tulis kerajinan dari Suraswati Batik Yogya diminati pelanggan karena motifnya yang lebih berwarna dan eksklusif. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Pada beberapa produknya, Yuniati juga mengkombinasikan motif baku seperti parang dan kawung tetap masuk menjadi bagian dari desain abstraknya. Dengan begitu, motif batik yang dibuat menjadi sangat unik.
“Semua produk yang saya buat hanya satu. Jadi tak akan pernah ditemukan kembarannya karena semua dibuat berdasarkan pesanan," ujar Yuniati yang sudah empat tahun menjalankan usahanya itu.
Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten Bayuwangi, Jawa Timur misalnya, telah memesan batik tulis kepada Yuniati dengan motif ikan warna-warni. Ada pula yang memesan motif kontemporer kombinasi atau abstrak bercampur tradisional seperti parang.
Kerajinan berbahan batik dari Suraswati Batik Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Bagi wisatawan yang ingin memesan batik ini sebagai oleh-oleh, sebaiknya memberitahu dulu karena pengerjaannya bisa memakan waktu paling lama tiga bulan. Musababnya, Yuniati mengerjakan semuanya seorang diri.
Baca juga: Intip Motif Batik Sudagaran yang Subur di Luar Keraton Surakarta
Adapun harga batik tulis buatan Yuniati sekitar Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta per meter. “Paling mahal motif nyamping karena gambarnya penuh, cantingannya kecil-kecil, dan banyak isiannya. Pewarnaan juga tidak haya sekali dua kali,” ujarnya.
Selain membuat kain batik eksklusif, baju batik, jumputan, shibori, dan sampur (selendang tari), Yuniati juga membuat sepatu rajut yang sudah dikirim ke pelanggannya di Sumatera hingga Kalimantan.