TEMPO.CO, Papua Barat - Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat memiliki mangrove atau hutan bakau seluas 200 hektare. Mangrove di Teluk Bintuni terbaik di dunia setelah Raja Ampat dan mencakup 10 persen dari luas hutan mangrove Indonesia.
Baca: Ada Elang Bondol, Bekasi Tata Ekowisata Mangrove Muara Gembong
Mangrove di Teluk Bintuni memungkinkan penduduk sekitar mengembangkan komoditas perikanan, seperti udang dan kepiting. Pada 1980, World Wild Foundation atau WWF mengusulkan hutan mangrove di Teluk Bintumi masuk dalam cagar alam. Usulan ini ditindaklanjuti oleh Konservasi Internaional (CI).
Untuk pengembangan cagar alam, Teluk Bintuni masuk dalam kawasan strategis nasional, setelah Raja Ampat. Salah satu program pemerintah daerah setempat adalah peningkatan pembangunan berbasis konservasi karena mangrove dinilai penting bagi perdagangan karbon.
Teluk Bintuni merupakan satu dari dari empat daerah di Papua yang akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK. Tiga daerah lain adalah Raja Ampat, Sorong, dan Merauke. Untuk mencapai Teluk Bintuni, wisatawan yang menempuh jalur laut bisa naik perahu dan bersandar di Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni. Sejauh mata memandang, kapal dan hutan mangrove menjadi pemandangan yang menghiasi tepian perairan.
Baca juga:
Tanam Mangrove seperti Iriana Jokowi? Tilik Manfaatnya di Mataram