TEMPO.CO, Kawali, Ciamis - Salah satu wisata sejarah yang ada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, adalah Situs Astana Gede Kawali. Tempat ini adalah ibukota Kerajaan Galuh yang berdiri sejak abad ke-7.
Baca: 10 Wisata Halal Terbaik Dunia, Indonesia Nomor 1
Situs Astana Gede Kawali terletak di Dusun Indrayasa, Kecamatan Kawali, sekitar 21 kilometer ke utara dari Kota Ciamis. Di Situs Astana Gede Kawali terdapat banyak peninggalan arkeologi, seperti batu prasasti, batu menhir, dan makam.
Salah satu peninggalan sejarah yang menarik adalah sebuah batu berukuran besar di halaman situs budaya Astana Gede Kawali. Namanya Batu Sanghyang Bongkok atau penduduk sekitar menyebutnya batu jubleg yang berarti batu sebagai tapak rumah.
Masyarakat sekitar meyakini Batu Sanghyang Bongkok ini memiliki misteri karena konon tak bisa dihancurkan. Batu tersebut ditemukan pada 2008 ketika pemerintah desa setempat hendak membuat lapangan sepak bola. Lantaran batu itu berada di area yang hendak digunakan sebagai lapangan, maka sejumlah pekerja mencoba menghancurkannya.
Berbagai upaya untuk menghancurkan batu itu sia-sia. Para pekerja sudah mencoba cara manual hingga menggunakan alat berat, namun Batu Sanghyang Bongkok tetap kukuh di tempatnya.
"Kabarnya ada pekerja yang meninggal beberapa hari seusai mencoba menghancurkan batu itu dan mesin alat berat yang akan dipakai untuk meratakan batu dengan tanah mendadak mati," kata Fahmi, warga Kawali yang juga budayawan. Ketika mencoba menghancurkan batu tersebut, penduduk sekitar dan para pekerja banyak menemukan benda bersejarah, seperti keramik dan lainya.
Baca juga: Aneka Pilihan Wisata Bahari, Mulai Pantai Sampai ke Bawah Laut
Sisi misterius batu itu kian menjadi ketika ada penduduk sekitar yang mengaku melihat hal-hal gaib di sekitarnya. Fahmi menceritakan, pada malam-malam tertentu, beberapa orang sempat melihat sosok kakek berjubah putih, berjengot panjang, dan bertubuh bungkuk tengah mengelilingi atau duduk di atas batu tersebut. "Sebab itu disebut Batu Sahnghiang Bungkuk," katanya.
Fahmi mengatakan usaha untuk memecahkan batu itu sampai mendatangkan paranormal dan melakukan ritual. Tetap batu tersebut tak bisa dihancurkan. "Pemerintah desa juga mendatangkan ahli purbakala karena mungkin saja itu batu yang memiliki jejak sejarah. Tapi hasilnya ini hanya batu biasa,” ucap Fahmi. Pemerintah kemudian membangun pagar dan atap yang mengeliliingi Batu Sanghyang Bungkuk.