TEMPO.CO, Jakarta - Travelling tidak selalu menghamburkan uang. Justru dari travelling, orang bisa mendapatkan penghasilan atau setidaknya ongkos perjalanan tertebus dengan sedikit berbisnis. Itulah yang dilakukan Raden Ayu.
Dalam sebuah diskusi "Traveling balik modal?", traveller Indonesia yang telah bepergian ke banyak negara, Raden Ayu menceritakan pengalamannya berhasil mengembalikan biaya liburan hanya dengan layanan jastip atau jasa titip belanja produk.
"Jastip ini bikin untung," kata Raden Ayu. Contohnya ketika dia travelling ke Jepang, ongkos tiket pesawat bisa tertebus dari keuntungan jastip. Jastip merupakan layanan titip belanja, di mana para traveller yang tengah melancong ke suatu daerah, baik dalam maupun luar negeri, menawarkan jasa untuk membelikan produk yang dijual di daerah tujuan dengan biaya jasa titip yang relatif murah.
Raden Ayu biasanya menawarkan layanan jastip kepada teman-temannya yang sedang mencari produk yang dijual di tempat dia berlibur. Beberapa produk yang biasa dititipkan antara lain kosmetik, item fashion, produk elektronik, hingga makanan kemasan.
Traveller Indonesia, Raden Ayu dalam diskusi "Traveling balik modal?" di Jakarta. ANTARA.
Untuk setiap produk yang harus dibeli, Raden Ayu memasang tarif jastip mulai Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung berat, ukuran dan seberapa sulit produk tersebut didapat. Semakin berat, besar, dan sulit produk itu dicari, maka biaya jastip-nya kian tinggi.
Raden Ayu tak keberatan menerima jastip dan tidak mengganggu agenda liburannya karena dia memang suka belanja. "Jadi, kalau ada barang yang sulit dicari, aku malah tertantang untuk bisa mendapatkannya," tuturnya. Lagipula, dia biasanya meluangkan waktu selama satu atau dua hari untuk mencari produk yang dititip, sehingga tak mengganggu kegiatan liburannya.
Baca: Asyiknya Bisnis Ini : Jalan-jalan, Belanja, lalu Dibayar
Setelah dua tahun menjalankan "bisnis" sampingannya itu, Raden Ayu menerapkan beberapa persyaratan kepada para pemesan. Misalnya untuk produk yang sama, dia membatasi jumlah barang yang dipesan tidak lebih dari tiga buah. Persyaratan ini untuk meminimalisir kerumitan yang mungkin terjadi saat berada di bagian bea cukai. "Kalau belanjanya terlalu banyak, di bea cukai Indonesia dikira aku mau jualan. Nanti barangnya malah diambil," kata Ayu.