TEMPO.CO, Yogyakarta - Tak seperti biasanya, Jalan Malioboro, Yogyakarta pada Selasa 12 Maret 2019, ramai oleh puluhan tumpeng lengkap dengan lauk pauknya. Inilah cara para pelaku usaha dan komunitas di Malioboro tetap guyub dan menjaga silaturahmi.
Baca juga: Jangan Terjebak di Warung 'Nuthuk' Saat Travelling ke Malioboro
Itulah tradisi baru para pelaku usaha di Malioboro untuk menjaga kerukunan. Ya, puluhan tumpeng itu digelar Forum Lintas Komunitas Malioboro untuk menjaga agar suasana kawasan wisata Malioboro tetap diselimuti nuansa guyub, rukun, dan gayeng para warganya.
Acara Merti Malioboro itu diawali dengan acara tumpengan dan dhahar kembul atau makan bersama dengan sajian 80 tumpeng yang dibuat oleh komunitas Malioboro.
Sebelum dibagikan dan disantap bersama masyarakat, puluhan tumpeng itu didoakan terlebih dahulu di kompleks Kepatihan Yogyakarta.
Setelah tumpengan selesai, Forum Lintas Komunitas Malioboro mengajak seluruh elemennya menyatakan sikap bersama untuk aktif bersama menjaga keamanan dan kedamaian di kawasan Malioboro serta Yogyakarta umumnya menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 yang jatuh April nanti.
Kesibukan lalu-lintas di Jala Malioboro, dipotret pada Januari 2014. Tempo/Tulus Wijanarko
Merti Malioboro pun lantas ditutup dengan pagelaran wayang semalam suntuk dengan dalang Ki Seno Nugroho.
"Pedagang seyogyanya harus mampu beradaptasi dengan perubahan Malioboro, misal saat ada kebijakan penataan. Namun ada hal yang kami tidak ingin berubah yakni silaturahmi dalam wujud Merti Malioboro ini," ujar Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang turut hadir dalam acara itu.
Haryadi menuturkan acara Merti Malioboro bisa menjadi event yang bermanfaat agar suasana Malioboro tidak monoton dengan aktivitas perekonomian. Tapi juga ada wadah bagi komunitas di Malioboro sendiri khususnya pedagang kak lima untuk saling berinteraksi dan silaturahmi.
"Kami berharap Merti Malioboro bisa menjadi agenda rutin, seperti kegiatan Selasa Wage yang sudah berjalan," ujarnya.
Selasa Wage merupakan tradisi para pelaku usaha di Malioboro yang libur beraktivitas saat hari Selasa pasaran Wage (penanggalan Jawa) untuk bersih bersih bersama kawasan Malioboro.
Dengan suasana pelaku usaha dan komunitas yang rukun dan kuat silaturahminya, ujar Haryadi, tujuan menjadikan Malioboro sebagai kawasan yang nyaman lewat gerakan bersih, tertib, dan aman juga mudah terwujud.
Haryadi juga menuturkan, setiap rencana proses penataan yang dilakukan di kawasan Malioboro, pemerintah daerah tidak pernah meninggalkan aspirasi komunitas. Para pelaku di Malioboro tidak akan dijadikan objek, melainkan subjek penataan. "Malioboro adalah tetap Malioboro, milik kita semua," ujarnya.
Puluhan tumpeng dalam event itu murni seluruhnya patungan.dari para pedagang Malioboro.