Kesan kuno depot ini terlihat dari perabot yang ada. Seperti toples kaca besar tempat menyimpan kerupuk dan meja kayu besar tempat sajian makanan.
Sebuah foto perempuan terpampang di dinding ruangan. Foto hitam putih itu menampakkan perempuan paruh baya dengan pose close up. Foto serupa juga terpasang di atas dinding dapur. “Itu foto Bu Harjo,” kata perempuan muda dari dapur.
Dia mengaku sebagai cucu keponakan Bu Harjo, pemilik depot. Karena tak memiliki keturunan, kelangsungan depot makan itu diserahkan kepada adik dan cucu keponakannya.
)Foto Bu Harjo yang terpasang di dinding depot. (TEMPO/Hari Tri Wasono)
Sebelum menempati gang kecil, depot Bu Harjo menghuni sudut Pasar Bandar di pinggir jalan raya. Depot ini berdiri sejak tahun 1945 dan bertahan di Pasar Bandar hingga tahun 1997. Mendiang Bu Harjo memindahkan usahanya ke rumah di dalam gang setelah Pemerintah Kota Kediri mengosongkan area pasar untuk direhab.
Uniknya, sejak dirintis di era kemerdekaan hingga sekarang, Depot Bu Harjo tak pernah mengubah menu. Satu-satunya menu andalan adalah nasi campur.
Asmiati, pensiunan kepala sekolah dasar di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri selalu mengandalkan nasi campur Bu Harjo untuk semua acara. Perempuan berusia 76 tahun ini menganggap nasi Bu Harjo sebagai makanan mewah untuk sajian dinas. “Kalau konsumsinya nasi Bu Harjo, semua peserta rapat semangat,” kenangnya.
Kala itu menu nasi campur Bu Harjo dianggap spesial dan elit. Karena itu tak setiap acara dinas maupun rumah membelinya untuk santapan. Kecuali jika budget yang tersedia cukup besar atau untuk menjamu tamu penting.
Menurut Asmiati, ada perbedaan penyajian nasi campur Bu Harjo dulu dan sekarang. Jika dulu nasi campur dibungkus kulit pisang, kini dibungkus kertas. Selain itu jumlah lauknya juga menurun drastis. “Dulu lauknya saja bisa buat makan beberapa kali,” katanya tertawa.
Sayang seiring pergantian juru masak, beberapa pelanggan turut merasakan perbedaan rasa pada nasi dan lauknya. Mereka mengaku tak menemukan sensasi masakan Bu Harjo yang asli meski tetap terbilang enak. Karena itu meski tak lagi sama, para pelanggan yang telah menyantap sejak puluhan tahun silam tetap bertahan memburu nasi campur Bu Harjo.
Satu porsi nasi campur di depot ini terbilang tak murah, yakni Rp 24.000 per porsi. Namun harga kuliner itu cukup pantas dengan jumlah lauk yang masih banyak.
Baca juga: Tak Cuma Makan dan Minum, Kafe Ini juga Usung Konsep Unicorn