Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kapal Cheng Ho: Kisahnya Sarat Sejarah, Kenapa Sepi Pelancong?

image-gnews
Setiap hari replika kapal Cheng Ho di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang sepi pengunjung, Sejarawan Sumsel Farida Wargadalam sebut replika tak sesuai kontruksi kapal Cheng Ho asli. (Tempo/Ahmad Supardi)
Setiap hari replika kapal Cheng Ho di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang sepi pengunjung, Sejarawan Sumsel Farida Wargadalam sebut replika tak sesuai kontruksi kapal Cheng Ho asli. (Tempo/Ahmad Supardi)
Iklan

TEMPO.CO, Palembang - Sebuah kapal terpajang di bibir kanal Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Karang Anyar, Palembang, panjangnya 17 meter dengan lebar 2 meter. Di buritan kapal itu, ada tempat berteduh beratap genting, dan berdinding papan bercat hijau, juga dilengkapi beberapa jendela kecil di sisi kiri, kanan mau pun belakang. Di tengah kapal, ada tiga layar berkembang. Pada luar papan kapal bercat kuning, putih, hitam dengan lis merah terlihat ada bagian-bagian sudah lapukan. Sedepah di depan papan warna-warni itu, ada tiga kata tegak terbuat dari stainless, tertulis: Kapal Cheng Ho.

Baca juga: Jejak Cheng Ho di Museum Shanghai

Namun, kapal itu bukanlah sisa-sisa atau salah satu bagian dari 62 kapal besar yang berisi 27.800 awak kapal dipimpin Cheng Ho ketika dia melakukan perjalanan pertama yang melintasi beberapa daerah Nusantara saat itu, termasuk Palembang.

“Sekali lintas, replika kapal itu mirip Perahu Kajang Khas Sumatera Selatan,” kata Sejarawan Sumatera Selatan, Farida Wargadalam, Selasa 5 Februari 2019.

Artinya, lanjut dia, replika itu tak mirip dengan Kapal Cheng Ho yang tersohor itu. “Namanya replika harusnya mirip, sebab kalau beda, nanti akan mengubah sejarah,” lanjut dia.

Kapal replika itu dibuat Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, tujuannya untuk mengenang kedatangan Cheng Ho yang pernah 4 kali singgah ke Palembang dengan berbagai keperluan, yakni menyebarkan pengaruh kekaisaran Tiongkok ke Bumi Sriwijaya, juga mengemban tugas negara dari Dinasti Ming, dengan Kaisar Yonle untuk memburu musuh negara, yang sebagian lari hingga ke Palembang dan menjadi bajak laut. Saat tugas itu, rombongan Cheng Ho membawa 62 kapal besar bersama 27.800 orang pasukan.

“Namun untuk menarik wisata ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya patut diancungin jempol, sayangnya tidak sesuai data penelitian dan sejarah,” tutur sejarawan Universitas Sriwijaya itu.

Farida juga menjelaskan, Cheng Ho melakukan perjalanan ke Nusantara sebanyak 7 kali, dia terkenal sebagai penghubung antara Kekaisaran China kuno dengan pelbagai kerajaan di wilayah laut China Selatan, antara tahun 1405-1433, dia berlayar ke Jawa 6 kali, Samudera Pasai 5 kali, Aceh 7 kali dan Palembang 4 kali.

“Cheng ho adalah orang Yunnan, dia dikenal sebagai Kasim Sanbao,” kata dia.

Kisah awal Cheng Ho, menurut Pemerhati Sosial Budaya Tionghoa di Palembang, Darwis Hidayat, yakni berawal ketika Cheng Ho bekerja di Istana Raja Yan, dan akhirnya dianggap berjasa oleh raja, lalu diangkat jabatannya menjadi Kasim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Raja Yan yang kemudian hari menjadi Kasiar Yonle, mencurigai orang dalam dari kekaisaran yang kabur ke luar negeri. Dia ingin melacaknya sekaligus memamerkan kekayaan dan kekuatan Cina, tepat tahun 1405, Kaisar Yongle, memerintahkan Cheng Ho bersama Wang Jinghong dan pasukan ke Samudera Barat.

Rombongan musuh yang diburu Cheng Ho itu yakni Cheng Zhuyi atau Chen Tsi Ji, pemberontak dari Tiongkok yang melarikan diri ketika terdesak pasukan pemerintah. Saat itu gerombolan perampok laut memang menjamur setelah Kerajaan Sriwijaya jatuh di bawah Kerajaan Majapahit, terutama di Perairan Sungsang Pantai Timur Sumatera dan Selat Bangka. “Atas dasar itulah Kaisar Tiongkok mengirim Laksamana Cheng Ho,” jelasnya.

Sedangkan menurut Pakar Cheng Ho asal Singapura Tan Ta Sen, kata Darwis, di Bumi Sriwijaya, sebelumnya sudah banyak orang Tionghoa ke Palembang, yakni Liang Daoming yang dianggap pemimpin perantauan Tionghoa, Shi Jinqin sebagai pembantu utama pemimpin. Namun saat Liang Daoming kembali ke Tiongkok menghadap Kaisar Zhu Di atau Kaisar Yongle, hingga Shi Jingqin pun menggantikannya.

Pada tahun 1407, ketika Cheng Ho akan pulang ke Tiongkok dari pelayaran pertamanya, dia sempat singgah ke Palembang. Ketika itu, rombongan Cheng Ho membawa armada kapal harta yang banyak dari upeti negara yang dikunjungi.

Kapal harta itu diketahui Cheng Zhuyi, gembong bajak laut yang malang melintang di Selat Malaka hingga perairan Palembang. Ketika Cheng Zhuyi datang ke kapal Cheng Ho, maka si laksamana besar membacakan maklumat kaisar agar Cheng Zhuyi menghentikan aksinya, hasilnya Cheng Zhuyi pun menyatakan tunduk. Tapi si perampok itu menyimpan niat jahat, dia pura-pura menyerahkan diri lalu berencana membunuh Cheng Ho. Sialnya rencana itu diketahui Shi Jingqin, dan Cheng Ho pun segera memasang perangkap.

“Buah peperangan itu, Cheng Zhuyi dan ribuan anggota kelompoknya kalah,” lanjut mantan Ketua Yayasan Wihara Dharmakirti itu. Dan Cheng Zhuyi pun dibawa ke Tiongkok untuk dihukum.

Sayangnya saat ini, duplikasi Kapal Cheng Ho di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sepi dari pengunjung. Selain tak ada tour guide yang siap menjelaskan sejarah kapal itu, tak ada juga petanda yang berisi riwayat Cheng Ho di Palembang. Padahal untuk naik dan berfoto di kapal itu harus bayar Rp 3 ribu.

Baca juga:
Tak Hanya Pempek, Burger Ini pun Kini Jadi Favorit di Palembang
Akan Ada Kapal Wisata yang Nyaman Menuju Pulau Tikus Bengkulu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perhatikan Jumlah Tanduk Kambing di Atap Rumah Limas Palembang, Ini Filosofinya yang Penuh Makna

15 jam lalu

Pada bagian atap Rumah Limas terdapat ornamen menyerupai tanduk kambing dengan jumlah beragam. Jumlah tersebut melambangkan manusia dan Islam. TEMPO/Parliza Hendrawan
Perhatikan Jumlah Tanduk Kambing di Atap Rumah Limas Palembang, Ini Filosofinya yang Penuh Makna

Rumah Limas dibangun dengan perencanaan matang dan penuh dengan pesan moral dan filosofi yang dapat diambil hikmahnya. Salah satunya, di bagian atap rumah Limas terdapat ornamen menyerupai tanduk kambing dengan jumlah beragam.


PUPR Targetkan Tol Palembang - Betung Tuntas di 2025, Basuki: Tambah Tim Percepatan

20 jam lalu

Alat berat dikerahkan untuk menyelesaikan pengaspalan  Jalan Tol Trans Sumatera ruas Kayu Agung-Palembang (Kapal) di Jejawi, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, 27 Maret 2024. Untuk memperlancar arus mudik 2024 serta meningkatkan kenyamanan pemudik, PT Waskita Sriwijaya Tol melakukan perbaikan di Jalan Tol Trans Sumatera ruas Kayu Agung-Palembang (Kapal) dengan metode Scrapping Filling Overlay, Leveling, Patching dan ditargerkan selesai pada H-7 Idul Fitri 1445 H. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
PUPR Targetkan Tol Palembang - Betung Tuntas di 2025, Basuki: Tambah Tim Percepatan

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah melihat langsung progres konstruksi dan pernak-pernik permasalahan di Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung.


Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

1 hari lalu

Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

Kedua rumah limas di Palembang ini pernah muncul di uang pecahan Rp10.000, dibangun tahun 1830-an.


Pulang Mudik Lebaran, Ini Destinasi Wisata Dekat Gerbang Tol Palembang dan Pekanbaru

3 hari lalu

Destinasi wisata budaya tempo dulu di Bukit Siguntang, Palembang. Di dalam Bukit Siguntang terdapat diantara nya makam Putri Rambut Selako. TEMPO/Parliza Hendrawan
Pulang Mudik Lebaran, Ini Destinasi Wisata Dekat Gerbang Tol Palembang dan Pekanbaru

Agar tak terlalu capai saat pulang mudik Lebaran bisa menepikan kendaraan untuk menikmati kuliner mengunjungi destinasi wisata


Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Palembang, Polisi Selidiki Dugaan Ada Motif Lain

4 hari lalu

Polisi usut kasus pembunuhan ibu dan anak di Palembang, Sumatera Selatan, Senin 15 April 2024. ANTARA/HO-Polrestabes Palembang
Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Palembang, Polisi Selidiki Dugaan Ada Motif Lain

Motif pembunuhan ibu dan anaknya itu diduga perampokan, namun tidak ada barang berharga yang hilang di rumah.


Oleh-oleh Kerajinan Khas Palembang, Ada Tanjak Karya Cek Eri yang Bisa Custom Order

4 hari lalu

Tanjak, penutup kepala khas Sumatra Selatan, karya Heri Sutanto atau Cek Eri bisa dipesan secara custom order. TEMPO/Parliza Hendrawan
Oleh-oleh Kerajinan Khas Palembang, Ada Tanjak Karya Cek Eri yang Bisa Custom Order

Tanjak, bersama songket, dikenal sebagai bagian tak terlepas dari pakaian adat Palembang yang berfungsi sebagai penutup kepala pria.


Libur Lebaran di Palembang, Penumpang LRT Sumsel Capai 188.481 Orang

5 hari lalu

Ilustrasi penumpang di LRT Sumsel. TEMPO/Parliza Hendrawan
Libur Lebaran di Palembang, Penumpang LRT Sumsel Capai 188.481 Orang

Jumlah penumpang LRT Sumsel naik selama masa libur Lebaran. Mencapai 188.481 orang.


Antisipasi Lonjakan Arus Balik Lebaran, Perjalanan Kapal Sumatera ke Jawa Ditambah

5 hari lalu

Pemudik dengan kendaran roda empat antre menunggu untuk memasuki kapal di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, Sabtu 13 April 2024. Berdasarkan data Posko ASDP selama 12 jam, memasuki H+2 lebaran 2024, sebanyak 14.507 unit kendaraan menyeberang ke Pulau Jawa menggunakan jasa angkutan kapal laut. ANTARA FOTO/ Ardiansyah
Antisipasi Lonjakan Arus Balik Lebaran, Perjalanan Kapal Sumatera ke Jawa Ditambah

Kemenhub tambah perjalanan kapal untuk antisipasi lonjakan arus balik Lebaran untuk penyeberangan dari Sumatera ke Jawa.


Penyeberangan Lintas Panjang-Pelabuhan Ciwandan Dimulai Hari Ini, Simak Jadwal dan Tarifnya

6 hari lalu

Foto udara ribuan pemudik sepeda motor saat antre memasuki Pelabuhan Ciwandan, Cilegon, Banten, Sabtu, 6 April 2024 dini hari. Ribuan pemudik sepeda motor menuju Sumatera memadati Pelabuhan Ciwandan pada puncak arus mudik Idul Fitri 1445 Hijriah. TEMPO/M Taufan Rengganis
Penyeberangan Lintas Panjang-Pelabuhan Ciwandan Dimulai Hari Ini, Simak Jadwal dan Tarifnya

Mulai hari ini Sabtu, 13 April 2024, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) akan melayani penyeberangan lintas Pelabuhan Panjang-Pelabihan Ciwandan.


Libur Lebaran di Ogan Komering Ilir, Sensasi Petik Buah Duku di Tepian Sungai Segonang Sukaraja

7 hari lalu

Jalan setapak menuju kebun duku milik warga di Desa Sukaraja, Pedamaran, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Hasil panen dijual untuk memenuhi pasar buah di Palembang hingga Jawa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Libur Lebaran di Ogan Komering Ilir, Sensasi Petik Buah Duku di Tepian Sungai Segonang Sukaraja

Lebaran di Ogan Komering Ilir bukan berpelesir biasa tapi pengalaman baru sembari panen dan petik langsung buah duku dari pohonnya.