4. Gang Gloria
Gang kecil nan sempit ini dipenuhi dengan beragam pedagang makanan sekaligus "surga" untuk penikmat daging babi.
Di gang ini berdiri kedai kopi tertua di Batavia, Kopi Es Tak Kie, yang dibuka sejak 1930-an.
Tak jauh dari situ, ada juga Ko Tang Barber Shop, tempat pangkas rambut legendaris yang sudah berdiri hampir 90 tahun.
"Tiap ada kampanye, entah pemilihan kepala daerah atau presiden, pasti tempat itu didatangi kandidat yang mau minta 'restu'," kata Ira.
Jangan meleng bila ingin menemukan penjual chi cong fan yang mangkal di pinggir jalan dengan sepeda modifikasi berisi uyen (talas goreng), somay dan lumpia. Seporsi gorengan lengkap dengan potongan ci chong fan yang mirip kwetiau dapat dinikmati dengan harga Rp10.000.
Di sekitar situ juga ada gang yang dipakai untuk membersihkan hewan-hewan untuk dimakan, seperti belut dan kodok.
Gereja Katolik Santa Maria De Fatima di Glodok, Jakarta. (ANTARA News)
5. Gereja Katolik Santa Maria De Fatima
Gereja Katolik yang sudah berdiri sejak 1950-an ini unik karena arsitekturnya bergaya bangunan Tiongkok Selatan atau Fukien.
"Hanya ada dua gereja berasitektur Cina di Indonesia, satu lagi di Manado," kata Ira.
Gereja dengan gaya arsitektur Tionghoa yang dihiasi sepasang patung singa batu itu dulunya merupakan rumah orang Cina yang menganut agama Katolik. Di gereja ini, misa diadakan dalam bahasa Mandarin.
6. Wihara Dharma Bakti alias Kelenteng Jin De Yuan
Di luar wihara, berjejer kandang berisi ratusan burung kecil. Kandang-kandang berisi burung ini nantinya dibeli oleh orang yang bersembahyang, kemudian kadang itu akan dibuka agar hewan-hewan di dalamnya bisa terbang bebas.
Ira menjelaskan tradisi melepaskan burung dianggap dapat membawa karma baik.
Alat-alat untuk sembahyang juga dijual di sebuah toko yang letaknya hanya puluhan langkah dari pintu masuk wihara. Toko ini menjual uang, sepatu hingga baju dari kertas yang akan "dikirim" pada leluhur dengan cara dibakar.
Wihara yang sudah berdiri selama 4 abad itu dipenuhi orang yang bersembahyang saat Imlek. Bukan cuma itu, berjejer pula antrean pengemis yang mengharap lembaran uang dari orang-orang yang ingin berbagi rezeki pada Tahun Baru.
Ira menjelaskan, wihara ini sudah beberapa kali terbakar, tapi bisa bertahan hingga saat ini. Pada kebakaran 2015, patung Dewi Kasih Sayang Kwan Im berhasil selamat dari api yang berkobar, membuat orang-orang menganggapnya sebagai patung keramat.
Di Indonesia, umat yang berdoa di kelenteng dan wihara kerap bercampur baur. Ini adalah sebuah keunikan, ujar Ira, karena di luar negeri kelenteng dan wihara tampak berbeda satu sama lain.
Di wihara-wihara Indonesia, ada beragam simbol yang ada di klenteng. Tidak demikian halnya dengan wihara di luar Indonesia.
Ini tak lepas dari kebijakan politik Orde Baru yang menciptakan diskriminasi bagi orang-orang keturunan Cina di Indonesia, salah satunya soal kebebasan beribadah.
Penganut konghucu harus memeluk agama yang saat itu diakui, kebanyakan memilih agama Budha, kristen protestan atau katolik.
Kelenteng Jin De Yuan pun berganti nama jadi Wihara Dharma Bakti.
Semenjak pemerintahan Gus Dur, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa kembali diakui.
Baca juga: 3 Tujuan Wisata Favorit Orang Indonesia di Hari Raya Imlek