Hari kedua
Pulau Kelor
Pulau Kelor terdiri atas bukit berbentuk kukusan dengan bibir pantai yang cukup luas. Dari atas, dengan medan tempuh menuju puncak yang cukup ekstrem, tampak hamparan laut bersama gradasinya yang memukau. Simetris di depan, terbentang daratan Flores yang panjang, layaknya barisan kerucut yang tak putus-putus. Memandang keindahan ini rasanya tak ingin dihentikan. Di pantainya, kita bisa snorkeling menyaksikan koral warna-warni menari. Ikan-ikan nemo dan sejawatnya yang terlampau cantik tak takut datang menghampiri. Ketenangan bersatu dengan alam makin menjadi karena tak ada pemukiman di situ. Pengunjung bisa bermalam dengan mendirikan tenda.
Pelabuhan Labuan Bajo
Menjelang senja, beranjak ke Pelabuhan Labuan Bajo yang berada di Jalan Soekarno Hatta adalah ide menarik. Di sana terlihat surya pulang ke peraduannya diiringi suara mesin kapal yang masih melaut. Pulau-pulau berbentuk kerucut dan dataran Flores yang tak ada putusnya mulai berubah warna jadi hitam, mengabarkan siluet. Pendar-pendar lampu mercusuar menyala, mengesankan alam pada malam yang romantis.
Di situ pula tercitra keaslian kehidupan masyarakat sekitar. Ada awak kapal yang mulai beranjak kembali ke rumah, ada juga yang masih tawar-menawar dengan turis untuk trip sailing ke pulau-pulau esok hari. Sementara itu, di pinggir dermaga, anak muda terlihat nongkrong sambil mengobrol sampai dinihari. Tak perlu mengeluarkan bujet untuk menikmati sore menjelang petang yang syahdu di sini.
Pembalap Valentino Rossi berfoto bersama saat mengunjungi restoran La Cucina di Labuan Bajo. Instagram.com/@Lacucinakomodo
La Cucina
Kembali malam, suasana Kampung Tengah sebagai sentra berkumpulnya para turis mulai menampakkan kehidupannya. Café-café berjajar di sepanjang jalan, dipenuhi pelancong. Namun ada satu yang paling menarik lantaran interiornya banyak menggambarkan pernik bahari. Namanya La Cucina. Konsepnya fusi Italia-Nusantara. Warna yang diangkat dominan putih dan biru.
Café ini dulu pernah disinggahi oleh Valentino Rossi ketika ia menyambangi Labuan Bajo. Ada tulisan tangan pembalap kesohor itu di salah satu sudut ruangan, disertai tanda tangannya. Umumnya, mereka yang makan tak sekadar menikmati santapan, tapi juga berfoto karena aksesori yang melekati resto itu menarik dan good looking.
Baca juga: Tak Hanya Lanskap, Kuliner Labuan Bajo pun Menggoda Dinikmati