3. Kopi Mane
Budaya minum kopi bagi orang Nusa Tenggara Timur mengakar di kehidupan sehari-hari. Bahkan, ketika tamu berkunjung, mereka bakal disuguhi minuman lokal bercita rasa pahit dan asam tersebut. Tak mengherankan. Sebab, kopi menjadi salah satu komoditas unggulan masyarakat setempat. Itu sebabnya, di daratan Flores, banyak ditemui warung-warung yang menjajakan kopi, semisal Kopi Mane yang dibuka pada 2015.
Kopi Mane dalam bahasa lokal berarti “kopi sore”. Pemiliknya, Wenti Romas, meneruskan usaha ayahnya yang sudah lebih dulu dibuka di daerah Ruteng, Manggarai.
Kopi juriah dan kompyang. (TEMPO /Francisca Christy Rosana)
Warung kopi milik Wenti menjajakan beragam jenis arabica dan robusta. Ada Manggarai, Juriah, Yellow Caturra, dan Lanang. Yang menyajikan rasa paling istimewa adalah Juriah. Kopi ini dipanen 2 tahun sekali di atas ketinggian 1.300 mdpl. Belanda-lah yang pertama kali membawa biji kopi tersebut ke Ruteng. Rasanya berbeda dengan kopi-kopi lain. After taste-nya menggambarkan karakter karamel, cokelat, dan tembakau yang kuat.
Secangkir Juriah atau kopi lain biasa disantap bersama kompyang—roti tradisional yang dibuat dari tepung beras ditaburi wijen. Sebelum disajikan, kompyang harus digoreng hingga kecokelatan. Meneguk kelezatan kopi dan mencecap kompyang sembari menikmati sore adalah kebahagiaan sederhana di warung yang istimewa.
Kopi Mane
Alamat: Jalan Utama Bandara Komodo Labuan Bajo, Flores
Buka pukul 09.00-21.00
Harga kopi mulai Rp 20 ribu, kompyang Rp 2.500