Kisah desa ini dimulai pada 2013, ketika sejumlah orang datang ke Desa Penisir berniat menyewa lahan dan rumah warga seperti yang lainnya. Mereka ternyata merupakan anggota perkumpulan Gafatar.
Sebelum Gafatar masuk, di Penisir sudah ada permukiman, yakni milik warga yang sejak lama bermukim dan warga baru dari pemukiman transmigrasi lokal.
Gafatar akhirnya berhasil meyakinkan warga Penisir (umumnya transmigran lokal) untuk melakukan nota kesepahaman (MoU) pinjam pakai dengan pola tahun pertama bagi hasil 50:50, tahun kedua 60:40, dan seterusnya 80:20.
Mereka meyakinkan tujuan organisasi itu bersifat sosial, utamanya ketahanan pangan. Didukung oleh kemampuan SDM (sumber daya manusia) Gafatar karena pendidikan mereka lebih baik, bahkan sebagiannya sarjana, maka sektor pertanian di Penisir sangat berkembang pesat.
Akan tetapi belakangan, mulai marak berita, khususnya di televisi nasional, terkait penolakan warga terhadap Gafatar. Penolakan yang ditandai dengan pembakaran berbagai rumah di provinsi lain membuat warga Kaltara resah.
Sejak itu, jumlah warga di Desa Penisir terus berkurang seperti disebutkan seorang guru di SD Desa Penisir.
Guru yang enggan disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa jumlah pelajar di SD Penisir kini hanya 16 orang dari kelas 1 sampai 6. Artinya satu kelas terdapat hanya 2-3 murid. Ironisnya jumlah siswa makin berkurang setiap bulan.
Menyinggung kondisi sekolah beberapa tahun silam, ia mengakui jumlah siswa saat itu cukup banyak. Mereka merupakan pelajar dari warga lokal. Sebab anak-anak warga Gafatar tidak disekolahkan oleh orangtuanya di sekolah umum. Lagi-lagi karena alasan SDM, mereka secara eksklusif mendidik anak warganya bukan di sekolah formal (home schooling).
Setelah Gafatar diusir pemerintah dari sana, Desa Panisir kian sepi karena sebagian warga lokal ikut pindah dan para penyewa lahan serta rumah yang dulu pernah ramai, enggan datang lagi.
Kini, Desa Penisir masih memiliki keindahan alam dan potensi pertanian yang lumayan, namun semakin hari kian terlantar.
Baca juga: Makan Durian di Pontianak, Catat Tempat Favorit Menikmatinya
CATATAN KOREKSI: Naskah berita ini disunting ulang pada Senin 14 Januari 2019 pukul 20.36 WIB agar tidak menimbulkan stigma pada aliran kepercayaan tertentu. Redaksi meyakini agama dan kepercayaan merupakan hak asasi warga negara.