TEMPO.CO, Yogyakarta - Pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta International Airport atau Bandara NYIA segera dioperasikan pada April 2019. Meskipun saat ini pembangunan masih 26 persen, namun pengelola optimis bahkan di akhir Maret 2019 sudah siap.
Progres pembangunan bandar udara yang menempati lima desa di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo ini sudah seperempat dari total yang dikerjakan. Di sana sudah terbangun runway, apron, terminal, masjid sampai jalan akses menuju bandara.
"Progres bandara sampai saat ini sudah 26 persen. Target sampai April sudah 50 persen," kata Manager Project Pembangunan Bandara NYIA Taochid Purnomo Hadi, Selasa, 8 Januari 2019.
Sejumlah pejabat mengunjungi bandar udara baru. Antara lain Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Komisaris Utama Angkasa Pura I Ali Mochtar Ngabalin, General Manager Angkasa Pura I Bandara International Adisutjipto Yogyakarta Agus Pandu Purnama serta sejumlah pejabat dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Menurut Taochid, pada April 2019 progres pembangunan yang sudah 50 persen tersebut, sudah bisa digunakan. Bandara NYIA nantinya memiliki terminal dengan total area seluas 210.000 meter persegi.
Boeing 737 MAX 8 Lion Air Thai [Business Insider]
General Manager Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto Yogyakarta Agus Pandu Purnama mengatakan, pembangunan Bandara NYIA tuntas pada awal 2020. Namun, April 2019 sudah bisa digunakan meski masih minimum.
"Itu penerbangan internasional dari Bandara Adisutjipto akan dipindah di Bandara NYIA," kata dia.
Ia mengungkapkan, saat ini di Bandara Adisutjipto tercatat ada enam penerbangan internasional. Selain itu masih ada tiga penerbangan internasional yang statusnya pending karena tidak mendapatkan slot di Bandara Adisutjipto.
“Jadi nanti (April 2019), ada 8-9 penerbangan internasional yang dipindahkan dari Adisutjipto ke Bandara NYIA," kata dia.
Menurut dia, sejumlah penerbangan internasional sudah menyatakan beroperasi di Bandara NYIA. Antara lain Group Lion Air, ada dari Bangkok Thai dan Malaysia atau Malindo.
“Penerbangan Kuala Lumpur tambah satu flight," kata Kolonel penerbang ini. Dia mengakui, dari sejumlah maskapai penerbangan internasional yang berkeinginan membuka rute di Yogyakarta, mayoritas bukan pesawat berbadan besar.
"Sebenarnya sudah bisa untuk pesawat besar, tapi sejauh ini belum ada yang direct flight dari Eropa atau Australia," kata dia.
Agus Pandu mengatakan, sampai saat ini [bandara NYIA] masih terus melakukan komunikasi dengan sejumlah maskapai dari sejumlah negara agar melakukan direct flight dari dan tujuan Yogyakarta. Sejauh ini sudah ada pembicaraan dengan maskapai dari beberapa negara di Timur Tengah, Turki, Eropa dan Australia.