TEMPO.CO, Bandung - Perpustakaan Digital Budaya Indonesia menambah koleksi baru informasi tentang jenis ragam budaya negeri. Dari total 47 ribuan jenis, lebih dari separuhnya kuliner daerah. Perpustakaan itu bisa diakses mudah di laman www.budaya-indonesia.org.
Lewat acara bertajuk Datathon #NusaKuliner 6.0 selama sepekan sejak 14-20 Desember 2018, para peserta menambah koleksi informasi perpustakaan itu. Panitia yang disebut Sobat Budaya, berhasil menggaet peserta relawan yang menyumbang 2.200 data baru terkait makanan dan minuman di penjuru daerah Nusantara.
Dari total 47 ribu jenis, kini terhimpun 30.050 makanan dan minuman tradisi Nusantara. Selain itu terdapat 1.424 alat musik, 2.641 cerita rakyat, 1.225 motif kain. Kemudian ada 1.387 musik dan lagu, 570 naskah kuno dan prasasti, 736 ornamen, 543 jenis pakaian tradisional, 1.063 permainan tradisional, 1.545 produk arsitektur.
Perpustakaan digital itu juga menghimpun data 2.544 ragam ritual, 851 bentuk seni pertunjukan, 543 senjata dan alat perang, 1.775 tarian, serta 438 tata cara pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Pendataan itu melibatkan 8.640 relawan.
Hokky Situngkir, pembina Komunitas Sobat Budaya mengatakan, informasi itu disimpan untuk kemudian diolah sebagai data yang bisa diekstrak sedemikian rupa. "Sehingga menjadi sesuatu yang memperkaya khazanah dunia di era informasi,” katanya Sabtu, 22 Desember 2018. Pendataan budaya penting dilakukan karena melimpah dan tersebar di Nusantara serta menyimpan banyak pengetahuan.
Pada laman perpustakaan itu, pengunjung bisa bebas mencari kata kunci yang diinginkan. Misalnya dengan mengetik kuliner, akan ke luar berbagai jenisnya seperti sate karang di Kotagede Yogyakarta, asam pedas Sembilang, tempoyak khas Bandar Lampung, atau yutuk goreng khas Kebumen. Tulisan para pengirim datanya memperkaya pengetahuan pembaca.
Baca Juga: Nasi Pindang Kudus, Pilihan Kuliner Klangenan di Semarang
Sobat Budaya merupakan komunitas pemuda yang berupaya melestarikan budaya tradisional Indonesia melalui Gerakan Sejuta Data Budaya. Program itu bagian dari pembangunan Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (PDBI).
Gerakan yang berawal dari Kota Bandung ini diluncurkan pertama kali di Istana Negara pada 13 Desember 2011. Anggota komunitasnya kini telah berkembang dan merambah di beberapa daerah di Indonesia.
ANWAR SISWADI