TEMPO.CO, Mataram - Manajemen PT Angkasa Pura I Cabang Lombok International Airport (LIA) telah melakukan persiapan untuk libur Natal dan Tahun Baru (nataru), di mana arus kedatangan ke Lombok dimulai 21, 25 dan 26 Desember 2018. Sedangkan puncak keberangkatan dari Lombok 27 Desember 2018 , serta 2 dan 6 Januari 2019.
Diprediksikan libur nataru di Bandara Lombok akan terjadi peningkatan jumlah penumpang hingga 2 persen. Untuk mengantisipasi hal ini, telah ditambahkan beberapa fasilitas operasional dan pelayanan bandara Seperti optimalisasi lantai 3 sebagai ruang tunggu, pemindahan security check point (SCP) 1, penambahan dan menata drop zone dan pick up zone serta penambahan parkir pesawat yang semula berjumlah 10 menjadi 18. Dalam waktu dekat juga akan dioperasikan 2 buah garbarata yang berada disisi timur terminal.
General Manager LIA I Gusti Ngurah Ardita mengatakan bahwa LIA adalah bandara ke empat setelah Jakarta, Surabaya, Bali yang tercatat padat penumpang. ''Karena itu kami melakukan sentuhan pembangunan fasilitas secara bertumbuh,'' katanya di Mataram, Jumat, 21 Desember 2018 .
Saat ini, LIA telah memiliki 18 parking stand sehingga leluasa bisa ditempati pesawat yang menginap (remain overnight). Selain itu juga sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 777. Per jam tercatat, mampu melayani 22 penerbangan.
Baca Juga: Tahun Baru, Nikmati Fasilitas Anyar di Pantai Mandalika
Terminal LIA yang semula berukuran 20.000 meter persegi pun kini telah ditambah luasnya sebesar 20.000 meter persegi lagi. Kini terbagi dua, untuk penerbangan domestik di sisi barat dan untuk penerbangan internasional di sisi timur. "Ini juga sejalan dengan adanya ketersediaan 10.000 kamar hotel di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika yang tahun 2020,'' ujarnya.
Bandara yang terletak di Praya, Lombok Tengah ini mengalami penurunan jumlah penerbangan sewaktu terjadinya gempa bumi berkekuatan 6,0 Magnitudo lebih selama sebulan pada Agustus 2018. Padahal dalam kondisi normal , per hari bandara disinggahi 12 ribu penumpang bahkan pada puncaknya bisa mencapai 14 ribu. Namun karena bencana, merosot menjadi 7.000 penumpang. ''Kemarin mendekati stabil. Ada 9.000 penumpang,'' ucap I Gusti Ngurah Ardita.
SUPRIYANTHO KHAFID