Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tradisi Gebug Ende Meriahkan Pemuteran Bay Festival di Bali

Reporter

image-gnews
Pertarungan dalam ritual Gedug Ende dalam Pemuteran Bay Festival, Bali, 13-15 Desember 2018. (Dok.Kemenpar)
Pertarungan dalam ritual Gedug Ende dalam Pemuteran Bay Festival, Bali, 13-15 Desember 2018. (Dok.Kemenpar)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemuteran Bay Festival (PBF) 2018 tidak hanya memperlihatkan kepedulian terhadap alam. Pada acara yang digelar 13-15 Desember di Desa Pemuteran, Gerokgak, Singaraja Bali ini, budaya juga mendapat porsi besar. Salah satunya, dengan menampilkan tradisi masyarakat Bali, Gebug Ende.

Atraksi Gebug Ende ditampilkan 13-14 Desember, pukul 15.00-17.30 WITA.  Budaya sakral ini dibawakan secara menarik hingga mendapatkan apresiasi dari pengunjung. “Gebug Ende termasuk daya tarik PBF 2018. Budaya ini merupakan tradisi turun temurun yang sakral. Karena, pada hakikatnya memiliki makna dan tujuan khusus,” ungkap Kelihan Desa Pakraman Pemuteran Ketut Wirdika, Jumat (14/12).

Gebug Ende adalah sebuah tarian. Gerakannya khas menyerupai silat lengkap dengan alat tamiang (perisai) dan pemukul dari rotan. Tamiang ini terbuat dari kulit sapi. Gebug Emde biasanya menjadi ritual untuk meminta hujan. Tujuan lain dari Tari Gebug Ende adalah sebagai penolak bala energi negatif. Tarian ini biasanya diperagakan saat kemarau panjang.

Dua petarung dalam ritual Gebug Ende yang digelar pada Pemuteran Bay Festival 2018. (Dok. Kemenpar)

“Saat ini Gebug Ende masih terpelihara dengan baik dan menjadi fenomena budaya yang menaik dan unik. Apalagi, sejarah mencatat kalau Gebug Ende ini bukan dari daerah Pemuteran atau Gerokgak sini,” terang Wirdika.

Gebug Ende berasal dari Desa Seraya, Karangasem, Bali. Tradisi ini hingga akhirnya berkembang di kawasan Gerokgak karena dibawa krama Desa Seraya yang merantau. Tradisi ini lalu berkembang di Buleleng Barat pada1925, khususnya di Desa Sumberkima. Pada 1930, ada pemekaran Desa Adat Pemuteran menjadi beberapa wilayah.

Pemekaran Desa Adat Pemuteran pun menghasilkan sekitar 8 desa. Ada Desa Sumberkima, Pejarakan, Pemuteran, Sumberklampok, Patas, Banyupoh, Penyabangan, hingga Sanggalangit. Seiring waktu, tradisi ini pun rutin digelar bila kemarau panjang datang. Menggelar Gebug Ende, para krama desa memohon kepada Ida Betara agar diturunkan hujan.

“Air ini sangat penting sebagai sumber kehidupan. Bila kemarau terlalu panjang tentu mengganggu dan harus segera diakhiri. Caranya, berdoa dan menggelar ritual Gebug Ende. Oleh karena itu, ritual Gebug Ende ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan,” katanya lagi. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

22 jam lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


PHRI Bali: Libur Lebaran Berpotensi Dongkrak Hunian hingga 80 Persen

2 hari lalu

Wisata Bali (TEMPO/Mila Novita)
PHRI Bali: Libur Lebaran Berpotensi Dongkrak Hunian hingga 80 Persen

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali menyebutkan libur panjang Lebaran 2024 berpotensi mendongkrak tingkat hunian hotel.


Mas Dhito Berharap Festival Kuno Kini Berdampak Bagi Masyarakat

2 hari lalu

Mas Dhito Berharap Festival Kuno Kini Berdampak Bagi Masyarakat

Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1220, Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggelar festival Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Festival Kuno Kini.


Serangkaian Aturan Bagi Turis Asing Saat Berada di Bali: Soal Berlalu Lintas hingga Berbusana

5 hari lalu

Personel Satlantas Polres Badung menindak warga negara asing (WNA) yang melanggar aturan lalu lintas di kawasan Canggu, Badung, Bali, Kamis 9 Maret 2023. Jajaran Polda Bali terus melakukan penindakan berupa tilang manual di berbagai titik kawasan wisata di Pulau Dewata menyusul maraknya WNA yang melanggar aturan berlalu lintas. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Serangkaian Aturan Bagi Turis Asing Saat Berada di Bali: Soal Berlalu Lintas hingga Berbusana

Pemerintah Provinsi Bali memberlakukan sejumlah aturan kepada wisatawan yang berkunjung ke Bali, apa saja?


Pilgub Bali 2024: Apakah Terjadi Duel Eks Gubernur Bali Wayan Koster Vs Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya?

5 hari lalu

Gubernur Bali, I Wayan Koster menjadi salah satu tokoh yang menolak kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 di Indonesia.  I Wayan Koster  secara tegas menolak kehadiran Israel di Indonesia melalui surat yang dikirimkan ke Menteri Olahraga dan Pemuda (Menpora). ANTARA
Pilgub Bali 2024: Apakah Terjadi Duel Eks Gubernur Bali Wayan Koster Vs Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya?

Menjelang Pilgub Bali 2024 sejumlah nama digandang-gadang ikut kontestasi eks Gubernur Bali Wayan Koster, Giri Prasta, dan Sang Made Mahendra Jaya.


Istri Lee Beom Soo Mengaku Lelah Jalani Pernikahan, Selalu Jadi Pemadam Kebakaran dan Tong Sampah

5 hari lalu

Lee Beom Soo dan Lee Yoon Jin. Foto: Soompi.
Istri Lee Beom Soo Mengaku Lelah Jalani Pernikahan, Selalu Jadi Pemadam Kebakaran dan Tong Sampah

Istri Lee Beom Soo mengungkapkan sang suami melarang putrinya sendiri pulang ke rumahnya di Seoul lantaran memilih tinggal bersamanya di Bali.


Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

6 hari lalu

Senja di desa adat Waerebo, 28 April 2017. Desa adat Waerebo terletak di atas ketinggian 1200 Mdpl di Kabupaten Manggarai, NTT. ANTARA FOTO
Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO


Tradisi Megibung, Berbuka Puasa di Kampung Islam Kepaon Bali Saat Bulan Ramadan

6 hari lalu

Umat Islam menggelar makan bersama atau megibung saat berbuka puasa di Masjid Baitul Makmur, Denpasar, Bali, Jumat 8 April 2022. Kegiatan megibung yang digelar saat waktu berbuka puasa tersebut untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1443 Hijriah dan sekaligus ajang menjalin silaturahmi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Tradisi Megibung, Berbuka Puasa di Kampung Islam Kepaon Bali Saat Bulan Ramadan

Tradisi di salah satu kampung Muslim di Bali ketika bulan Ramadan yaitu berbuka puasa dengan makan bersama atau megibung.


Merayakan Lebaran dengan Keistimewaan di Infinity8 Bali

8 hari lalu

Hotel Infinity 8 Bali
Merayakan Lebaran dengan Keistimewaan di Infinity8 Bali

Infinity8 Bali mengumumkan peluncuran Paket Lebaran yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman menginap yang istimewa.


Ramadan di Bali, Junjung Toleransi dan Lintas Agama Sama-sama Berburu Takjil

8 hari lalu

Umat Islam menggelar makan bersama atau megibung saat berbuka puasa di Masjid Baitul Makmur, Denpasar, Bali, Jumat 8 April 2022. Kegiatan megibung yang digelar saat waktu berbuka puasa tersebut untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1443 Hijriah dan sekaligus ajang menjalin silaturahmi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Ramadan di Bali, Junjung Toleransi dan Lintas Agama Sama-sama Berburu Takjil

Menjalankan ibadah puasa Ramadan di Bali pun menarik. Toleransi yang dijunjung tinggim bahkan warga lintas agama sama-sama berburu takjil.