TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena puncak Gunung Semeru bertopi pada Senin, 10/12, lalu telah menarik perhatian netizen. Banyak dugaan beredar mengenai peristiwa yang jarang terjadi tersebut.
Namun Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo dalam akun twitter-nya pada Senin lalu menjelaskan bahwa “topi” di Gunung Semeru tersebut diakibatkan oleh awan altocumulus lenticularis yang mengalami turbulensi di atas gunung.
Gunung Semeru beserta Gunung Bromo yang berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Bromo Tenger Semeru, memang selalu menarik perhatian, ada atau tidak pertiswa alam unik yang menyertainya. Gunung ini menjadi salah satu target para penggemar kegiatan luar ruang (outdoor) untuk dikunjungi.
Para pendaki gunung, peminat kebudayaan, hingga penghobi fotografi lenskap selalu ingin berkunjung ke Gunung Semeru. Berikut 4 fakta menarik seputar gunung Semeru dan Bromo.
1. Waktu terbaik pendakian dan kunjunganVerbena brasiliensis di Pos Oro-Oro Ombo, lokasi kelima dari sepuluh jalur pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur (4/6). Kehadiran tamanan semak tahunan dari Amerika Selatan itu mengancam ekosistem spesies tanaman asli di Taman Nasional ini. TEMPO/Abdi Purmono
Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang Yuli Annisa mengatakan musim-musim terbaik yang bisa diacu wisatawan untuk menyambangi kawasan TNBTS, khususnya Bromo dan Semeru, adalah pada bulan April dan Mei.
Karena pada saat itu, kawasan Bromo dan Semeru sedang hijau segar. Pada bulan tersebut, biasanya tanaman, seperti rumput dan pepohonan, tumbuh subur.
Hujan memang akan turun sesekali, namun tidak mengganggu aktivitas kunjungan. Hujan justru membuat rerumputan yang terkena debu tersapu air. “Makanya penampakan pemandangannya sedang bagus-bagusnya saat bulan tersebut,” kata Yuli, September, 2018.
Musim kering akan terjadi pada Juli hingga Agustus. Cuaca relatif panas dan angin terasa kering. Rerumputan dan pepohonann di sekitar kawasan TNBTS biasanya meranggas. Beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada pertengahan Oktober, wilayah TNBTS akan mengalami musim basah atau mulai terjadi peningkatan curah hujan. Saat itu, kawasan sabana Gunung Bromo dan jalur trekking Gunung Semeru akan becek dan cenderung berlumpur.
2. Kawasan Ekowisata Terbaik
Kawasan Bromo Tengger Semeru adalah salah satu destinasi ekowisata terbaik di Indonesia. Pengembangan ekowisata di Bromo selama ini menjadi contoh dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
Kementerian Pariwisata sangat antusias dan mendukung program ini. Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana menyatakan hal ini sebagai salah satu bentuk diversifikasi produk wisata yang baik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.