Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyusuri Kerajaan Bekantan di Kawasan Konservasi Tarakan

Reporter

image-gnews
Bekantan (nasalis larvatus). ANTARA/Yusran Uccang
Bekantan (nasalis larvatus). ANTARA/Yusran Uccang
Iklan

TEMPO.CO, Tarakan  - Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Tarakan, Kalimantan Utara dinilai memiliki potensi besar menjadi obyek wisata andalan karena letaknya yang sangat mudah dijangkau. Objek wanawisata pesisir itu terletak di Jalan Gajahmada, Tarakan, dan hanya butuh 10 menit dari Hotel Segiri atau sekitar 20 menit jalan kaki dari Swiss-Belhote .

Any, salah seorang mahasiswi di Tarakan, mengaku bangga dengan wanawisata mangrove dan bekantan yang dibangun sejak 2001 tersebut. "Kawasan ini sudah dikenal luas, terbukti banyak tamu dari berbagai negara yang sudah berkunjung ke tempat itu," kata dia di Tarakan, Sabtu, 24/11.

KKMB boleh dikata menjadi “istana” bekantan di daerah tersebut. Berdasar data, populasi bekantan di kawasan konservasi seluas 22 hektare itu adalah 59 ekor, dan mereka terbagi atas dua kelompok besar. Masing-masing dipimpin bekantan besar yang disebut “John” dan “Michel”.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa, dan hutan pantai di Pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak, dan Brunei). Bekantan menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 ekor.

Nah, agar para bekantan di kawasan konservasi itu tak keluar dari habitatnya, saban hari KKMB memberi mereka makanan pisang cukup banyak.  Setiap hari sekitar 10.00 Wita, seorang petugas menyiapkan beberapa tandan pisang dan membawanya dengan gerobak menyelusuri jembatan ulin yang membelah kerimbunan hutan mangrove.

Setelah beberapa puluh meter membawa gerobak dari gudang makanan itu, muatan itu dibongkar dan dipindahkan ke sebuah bangunan mirip altar terbuat dari papan ulin. Itulah meja makan para bekantan penghuni hutan mangrove.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menu pisang itu sesungguhnya hanya makanan suplemen. Tujuannya agar bekantan tidak liar atau keluar dari kawasan konservasi di tengah kota itu. Tanpa pisang, bekantan tetap tidak kekurangan pakan selama hutan mangrove terjaga karena makanan utama sesungguhnya adalah pucuk daun serta buah pohon bakau.

Kawasan ini di pesisir ini dilengkapi gazebo, jembatan ulin keliling lingkungan, dan sebagian sudah dibangun jembatan permanen dari beton. Dengan menyelusuri jembatan itu jika beruntung bisa melihat biawak dan berbagai jenis burung laut atau yang habitatnya di pohon bakau.

Any menyarankan agar pengelola menambah beberapa fasilitas lagi,  misalnya tiolet, tempat sampah, halaman parkir, serta layanan Wifi.
Dia juga menunjuk sebagian jembatan ulin sudah lapuk atau titik tidak meniliki papan lagi. Selain licin, kondisi papan yang lapuk dan bolong-bolong itu membahayakan bagi pengunjung.

Beberapa anak kecil tampak mendapat peringatan dari orang tuanya karena terpeleset saat lari-lari di jembatan ulin yang licin dan lembab. Di sini cahaya matahari terhalang rimbunnya dedaunan mangrove.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

27 hari lalu

Anggota Komunitas Save Pesut Mahakam Hanson saat melakukan evakuasi bangkai pesut yang ditemukan di Sungai Mahakam, Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kukar, 26 Maret 2017. FIRMAN HIDAYAT/SAPRI MAULANA
Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.


Tersangka Perdagangan Satwa Dilindungi Ditangkap dengan Barang Bukti 6 Bekantan

49 hari lalu

Tersangka penjualan satwa liar yang ditangkap Penyidik Balai Gakkum LHK Wilayah Kalimantan dan dititipkan di Rumah Tahanan Negara Polres Samarinda. Dok. Humas KLHK
Tersangka Perdagangan Satwa Dilindungi Ditangkap dengan Barang Bukti 6 Bekantan

Selain bekantan, ada satwa dilindungi lainnya yakni 3 kucing hutan, 1 lutung kelabu, dan 3 monyet ekor panjang.


Mengenal Bekantan, Kera Belanda Khas Kalimantan yang Pandai Berenang

14 Januari 2024

Monyet Bekantan berhidung besar yang merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan ini pernah dijuluki sebagai bianatang terjelek di dunia. dailymail.co.uk
Mengenal Bekantan, Kera Belanda Khas Kalimantan yang Pandai Berenang

Bekantan dalam status di ambang kepunahan dan termasuk satwa yang dilindungi


Jangan Lewatkan 4 Destinasi Wisata Kota Tarakan dan Sekitarnya

18 Desember 2023

Sejumlah wisatawan menikmati suasana  Pantai Amal Lama, Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu, 20 Agustus 2023. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi optimistis Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI) mampu mendorong wisatawan, terlebih Bangga Berwisata Indonesia (BBWI) khususnya di Kalimantan Utara, UMKM dan kepariwisataan Indonesia akan tumbuh dan dilirik masyarakat lokal juga mancanegara. ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Jangan Lewatkan 4 Destinasi Wisata Kota Tarakan dan Sekitarnya

Kota Tarakan punya 4 destinasi wisata, termasuk Pantai Amal dan Museum Sejarah Perminyakan.


Mahasiswa Newcastle University Ikuti Sekolah Konservasi Pulau Curiak, Antusias Melihat Bekantan

4 Desember 2023

Seekor bekantan (Nasalis larvatus) berada di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak milik Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Jumat 23 Juni 2023. Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia di Kalimantan Selatan pada tahun 2023 berhasil meningkatkan populasi bekantan dari 14 ekor menjadi sekitar 35 ekor serta sebagai upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam pelestarian lingkungan dan bekantan memasukkan Konservasi Bekantan Curiak menjadi salah satu situs geopark meratus yang di ajukan ke Unesco Global Geopark (UGGp). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Mahasiswa Newcastle University Ikuti Sekolah Konservasi Pulau Curiak, Antusias Melihat Bekantan

Sebanyak 16 mahasiswa Newcastle University, Australia peserta program "summer course" bekerja sama dengan ULM mengikuti sekolah konservasi alam.


Wisata Minat Khusus di Stasiun Riset Bekantan, Mengamati Lucunya Ikan Timpakul

17 Mei 2023

Ikan Tempakul atau Tembakul di hutan bakau Tarakan, Kalimanta Utara, 19 Mei 2016. Ikan tersebut dapat bertahan hidup di darat denganlama, (90% waktunya dihabiskan di darat), dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan 'berjalan' di atas lumpur. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Wisata Minat Khusus di Stasiun Riset Bekantan, Mengamati Lucunya Ikan Timpakul

Wisata minat khusus mengamati ikan timpakul itu disediakan oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).


KLHK Tangkap Pelaku Penyelundupan Bekantan dan Owa Jenggot Putih di Gorontalo

14 Februari 2023

Seekor bekantan (Nasalis larvatus) berada di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis 20 Oktober 2022. PT Pertamina Hulu Indonesia Regional 3 Zona 10 Tarakan Field di KKMB pada tahun 2022 berhasil meningkatkan populasi bekantan dari 31 ekor menjadi 45 ekor serta berhasil menambah populasi tanaman tarap hingga 673 pohon dan mengkonservasi 27 jenis mangrove. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
KLHK Tangkap Pelaku Penyelundupan Bekantan dan Owa Jenggot Putih di Gorontalo

TEMPO.CO, Jakarta- Tim Operasi Balai Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK Wilayah Sulawesi berhasil menggagalkan penyelundupan satwa yang dilindungi di Kota Gorontalo.


Amel, Perempuan Pertama di Dunia Bergelar Doktor Konservasi Bekantan

19 Januari 2023

Amalia Rezeki bersama Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Pascasarjana ULM Prof. Agung Nugroho (kiri) dan Koordinator Program Studi Doktor Prof. Akhmad R. Saidy (kanan). ANTARA/Firman
Amel, Perempuan Pertama di Dunia Bergelar Doktor Konservasi Bekantan

Amel, sapaan akrab pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), berhasil meraih gelar doktor di bidang konservasi bekantan di ULM.


Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

1 Juni 2022

Seekor bayi bekantan yang baru saja lahir di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, bersama induknya. (ANTARA/Firman)
Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

Tim SBI dan ULM didukung pemerintah daerah serta sektor lainnya berkomitmen mengembangkan wisata alam minat khusus Pulau Curiak.


Seekor Bekantan Lahir di Stasiun Riset Pulau Curiak

10 April 2022

Seekor bayi bekantan yang baru saja lahir di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, bersama induknya. (ANTARA/Firman)
Seekor Bekantan Lahir di Stasiun Riset Pulau Curiak

Peristiwa langka itu merupakan kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2022.