TEMPO.CO, Bojonegoro - Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah II Bojonegoro, Jawa Timur, memperkirakan penampakan enam ekor buaya yang muncul di perairan Bengawan Solo, tepatnya di Desa Kalisari, Kecamatan Baureno, Rabu, 14/11, berasal dari muara. "Kemungkinan buaya dari muara karena di akanan di habitatnya berkurang," kata Kepala Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro Andik Sumarsono, di Bojonegoro, Jumat, 16/9.
Andik mengatakan jarak antara muara dengan lokasi penampakan tidak jauh. Dia meminta warga di tepian Bengawan Solo di sejumlah desa di Kecamatan Baureno, juga di Kecamatan Widang, Tuban, meningkatkan kewaspadaan kalau melakukan aktivitas di Bengawan Solo. "Karena buaya yang menampakkan diri itu kemungkinan besar sedang mencari makan."
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, menyetujui analisis tersebut. Penyebabnya, menurut dia, perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan buaya pindah ke sungai yang lebih dingin.
"Buaya tidak bisa di evakuasi karena medannya tidak memungkinkan. Kalau musim banjir buaya akan pindah sendiri. Saat ini petugas Polsek Baureno dengan dibantu Tagana melakukan penjagaan dilokasi," kata dia.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Eko Susanto, menjelaskan Tim BPBD bersama dengan petugas Polsek Widang, melakukan pemantauan di lapangan. Hingga Jumat enam ekor buaya itu sudah tidak menampakkan diri. "Dari foto yang beredar pengambilan gambarnya dari Desa Kalisari, Kecamatan Baureno, sedangkan penampakan buaya di wilayah Widang," ucapnya.
Berdasar catatan seekor buaya dengan ukuran tidak terlalu besar pernah ditemukan seorang nelayan Bengawan Solo di Desa Menilo, Kecamatan Soko, Tuban, sekitar tahun 2000. Buaya yang terjaring jala nelayan itu lalu dievakuasi dan dilepas kembali ke Bengawan Solo.
ANTARA