TEMPO.CO, Pontianak - Yohanes Fendi boleh jadi adalah barista paling populer di Kota Pontianak. Namanya kesohor dengan alias Koh Asiang. Lain dari peracik kopi biasanya, Koh Asiang di kedainya yang bernama Asiang selalu meramu kopi dengan telanjang dada.
Penasaran, Tempo pun menyambangi warung Koh Asiang di Jalan Merapi, Kota Pontianak, pada Minggu, 4 November lalu.
Baca juga: 7 Kedai Kopi yang Populer di Indonesia versi Instagram
Kala itu, belum genap pukul 07.00 WIB, tetamu telah memenuhi hampir seluruh bangku di kedai Koh Asiang. Ada 80-an orang tampak di kedai berbentuk ruko itu. Sekilas, tampak hampir semuanya mencecap menu serupa: kopi panas.
Wedang-wedang kopi di warung ini disuguhkan dengan cangkir keramik khas Cina tempo dulu. Ukurannya mini dan di permukaan cangkir itu terukir motif kembang pacar berwarna hijau pupus.Sejumlah pelanggan sedang ngopi di Kedai Kopi Asiang, Pontianak, Minggu, 4 November 2018. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Satu cangkir lagi untuk meja nomor 19, kopi hitam tanpa gula,” kata seorang karyawan perempuan paruh baya berteriak kepada Koh Asiang. Nomor 19 tersebut adalah nomor meja saya. Itu artinya, Koh Asiang sebentar lagi akan meracik pesanan saya.
Saya lantas bergegas menuju ruang peracikan kopi di muka kedai untuk menyaksikan cara Koh Asiang meramu pesanan. Tampak di balik rak setinggi 1 meter itu Koh Asiang sedang asyik menuang kopi dari teko saring ke sebuah cangkir. Caranya unik: teko ini ditarik-ulur sehingga kopi yang tertuang dalam cangkir tampak berbuih. Metode membikin kopi seperti ini acap dikenal dengan sebutan metode Hainan.
Orang-orang Hainan-lah yang mewarisi cara membuat kopi dengan disaring dan ditarik. Teknik ini membuat aroma kopi keluar optimal. Cara membuat kopi Hainan yang dilakukan Koh Asiang ini terbilang unik karena masih mempertahankan metode lama. Namun, ada yang lebih unik lagi. Saat meramu kopi Hainan itu, Koh Asiang tampak tak berbusana. Badannya yang tinggi kekar dan bertato ini dibiarkan terpapar asap panas kopi.
Keringat mengalir deras di badan Koh Asiang berbarengan dengan mengucurnya kopi-kopi itu dari teko panjang ke cangkir. Sekali waktu, ia tampak bergidik terpapar angin. “Kadang-kadang dingin kalau kena angin, tapi saya enggak pernah masuk angin,” kata Asiang mengawali perbincangan.