Pada area kawasan Benteng Speelwijk itu terdapat Kerkhoff atau pemakaman orang-orang Belanda. Salah satu makam yang paling besar dan menarik di antara makam-makam tersebut merupakan makam Komandan Hugo Pieter Faure (1717-1763).
Pengunjung di halaman Masjid Agung Banten. TEMPO/Dhemas Reviyanto
4. Masjid Agung
Masjid Agung Banten merupakan satu dari masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah tinggi. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar. Tempat ibadah ini dibangun pertama kali pada 1556 oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1562-1557), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
5. Vihara Avalokitesvara
Kelenteng tua ini konon dibangun sejak abad ke-16. Pembangunan vihara ini juga tidak bisa dilepaskan dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia.
Yang menarik gerbang Vihara Avalokitesvara pada atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari). Gerbang ini seolah menyambut pengunjung di pintu masuk sebelum pengunjung masuk lebih ke dalam vihara yang memiliki nama lain kelentang Tri Darma.
6. Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk terletak di depan Masjid Agung Banten. Meriam milik Kesultanan Banten ini konon digunakan untuk menjaga Pelabuhan Karangantu di Teluk Banten dari serangan musuh. Suaranya yang menggelegar ketika meledak disebut membuat musuh kocar-kacir. Itu dibuktikan ketika melawan armada laut Portugis maupun Belanda yang akan mendarat di Pantai Banten pada abad ke-15 dan abad ke-18. Selain Ki Amuk, ada kembaran meriam ini yakni Si Jagur. Keduanya dikisahkan adalah jelmaan dari prajurit Demak yang dikutuk sehingga berubah wujud menjadi meriam.
AYU CIPTA