Segitiga Ranu yang Instagramable Pemandangan pagi di Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur. TEMPO | Francisca Christy Rosana
Minggu, 8 April 2018, perjalanan kami berlanjut. Kali ini, tujuan kami ialah segitiga ranu yang masuk wilayah Lumajang. Suhu sejuk mengawali penjelajahan mencapai satu per satu ranu tersebut. Pertama, kami menyemukai Ranu Klakah. Air Ranu Klakah di Kecamatan Klakah, Lumajang, Jawa Timur, tak beriak sedikit pun pagi itu. Permukaannya anteng dan warna airnya bening membentuk refleksi.
Di ekor ranu alias danau itu, bayangan Gunung Lemongan yang membuntutinya terlihat nyata. Refleksi gunung dalam air tampak seperti dua segitiga sama kaki yang bertaut.
Pemandangan pagi di Ranu Klakah dengan latar gunung berketinggian 1.651 mdpl ini makin komplet dengan munculnya aktivitas seorang warga lokal pencari ikan. Ia menunggang getek, lalu menebar jaring insang atau gillnet dari tepi hingga lambung danau.
Sejumlah fotografer, yang juga merupakan wisatawan dari Jakarta, memotret panorama pagi itu. Pemandangan seperti ini konon langka bagi orang-orang yang hidup di daerah urban. “Banyak wisatawan ke sini pagi-pagi. Pemandangan pagi di sini langka karena ini satu-satunya danau yang berhadapan langsung, lurus, dan simetris dengan Gunung Lemongan,” kata seorang budayawan lokal, Abdullah AL-Kudus alias Aak.
Ranu Klakah membentang seluas lebih dari 20 hektare. Danau itu merupakan danau maar yang terbentuk karena letusan gunung berapi. Di sekitar Ranu Klakah terdapat danau maar lainnya. Ada 13 jumlahnya. Seluruhnya ialah maar yang terisi air dan terbentuk karena aktivitas vulkanis Gunung Lemongan.
Kedalaman Ranu Klakah mencapai 28 meter. Di dalamnya hidup beragam jenis ikan, seperti mujair, gabus, dan wader. Pada Juli hingga Agustus, pada waktu tertentu, ikan-ikan di Ranu Klakah akan mabuk dan pingsan. Kata Aak, peristiwa ini dikenal dengan musim koyok. “Kandungan belerang naik, dan ikan teler,” katanya.
Bagi penduduk setempat, musim koyok adalah peristiwa yang cukup misterius. Datangnya tak bisa dikira-kira jauh-jauh hari. Namun dapat diprediksi semalam sebelum musim itu tiba. “Malam sebelum musim koyok, suhu di sekitar Ranu Klakah dingin sekali. Lalu air di danau ini bau belerang,” tutur Aak.
Di balik panoramanya yang menyedot perhatian, Ranu Klakah menyimpan misteri lain yang hingga kini ramai menjadi buah bibir. Selain musim koyok, ada sejumlah ular bernama selanceng yang dipercaya hidup di dasar ranu.